Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (26)

Publish

29 February 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
197
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (26)

Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tinggal di Magelang Kota)  dan Iyus Herdiyana Saputra (dosen al-Islam dan Kemuhammadiyah Universitas Muhammadiyah Purworejo)

Di dalam “Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah” (IAMKS)  25 telah diuraikan cara duduk dan cara berjalan yang mencerminkan akhlak mulia. Bagi tiap muslim yang berakhlak mulia, cara duduk dan cara berjalan pun sangat diperhatikan. Kiranya sudah menjadi pemahaman umum bahwa  kebiasaan ketika kecil hingga remaja dan teman dekat dapat berpengaruh. Kebiasaan baik dapat berpengaruh baik. Demikian sebaliknya.

Mungkin di antara orang tua muslim ada yang tidak memperhatikan kebiasaan anaknya dalam hal duduk dan berjalan yang menggambarkan akhlak mulia. Tambahan lagi, teman pergaulan anak itu pun tidak pernah peduli. Akibatnya, anak itu ketika berusia "dewasa" mempunyai kebiasaan duduk dan berjalan yang menurut masyarakat umum tidak sopan. Jika hal ini terjadi pada calon istri (juga calon suami) harus ada tindakan “saling menasihati untuk kebenaran dan untuk kesabaran.” Berkenaan dengan itu, pihak yang menasihati menggunakan cara yang baik, sedangkan pihak yang dinasihati dengan lapang dada menerima nasihat tersebut. Pendek kata, semua pihak menghindari kalimat, “Pokoknya aku, ya, begini.” 

Berbekal Ilmu

Tiap muslim wajib menuntut ilmu. Islam mengondisikan umatnya berilmu. Muslim yang berilmu ditinggikan derajatnya. Bahkan, ketika berproses mencari ilmu pun, telah ada jaminan yang memuliakannya. 

Firman Allah Subhaahu wa Ta’la di dalam Al-Qur’an surat al-Mujadilah (58): 11

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,"  lapangkanlah, niscaya Allah memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."

Sementara itu, di dalam hadis-hadis dijelaskan, antara lain, sebagai berikut.

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim).
 مَنْخَرَجَفِىطَلَبُالْعِلْمِفَهُوَفِىسَبِيْلِاللهِحَتَّىيَرْجِعَ

 "Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR at- Tirmizi)

Perintah menuntut ilmu tidak hanya ditujukan kepada laki-laki, tetapi juga ditujukan kepada perempuan. Perempuan yang berilmu hakikatnya telah memiliki salah satu bekal yang sangat penting untuk menuju keluarga sakinah. Dikatakan demikian karena tantangan membangun keluarga sakinah makin kompleks dan berat. 

Berbagai tantangan sering dengan mudah masuk ke rumah melalui medsos. Perempuan yang berilmu dengan cepat dan tepat dapat memastikan apakah informasi yang diperolehnya “hoax” atau bukan. Sebaliknya, perempuan yang berbekal ilmu tidak cukup, mudah tertipu! Cukup banyak kasus ibu rumah tangga yang tertipu investasi bodong, penipuan berkedok arisan, atau penipuan yang lain.

Akhlak dan Ilmu

Tingginya ilmu saja tidak cukup untuk menyelesaikan semua persoalan kehidupan. Lebih-lebih lagi persoalan cinta laki-laki dan perempuan! Banyak laki-laki ganteng, berpendidikan tinggi, kaya, dan berakhlak mulia beristrikan perempuan berakhlak mulia, berpendidikan tidak setinggi suaminya, dan dari keluarga sederhana sukses membangun keluarga sejahtera. Ada pula laki-laki berwajah “biasa-bisa” saja, berpendidikan tidak setinggi istri, dan tidak sekaya istrinya dia dapat melaksanakan fungsinya sebagai kepala rumah tangga sesuai dengan tuntunan syar’i sehingga sukses membangun rumah tangga sejahtera! Apa faktor pendukungnya? Laki-laki dan perempuan itu adalah suami istri yang berakhlak mulia. Itulah gambaran pentingnya akhlak mulia sebagai landasan cinta.

Sebaliknya, banyak keluarga berantakan, padahal suami istri berpendidikan tinggi. Mengapa terjadi? Salah satu di antara mereka atau kedua-duanya berakhlak buruk!
 
Tiap muslim wajib memahami bahwa akhlak berkedudukan di atas ilmu. Pemahaman yang demikian menjadi modal penting bagi ikhtiar menuju keluarga sakinah.

Dari ayat 11 surat al-Mujadilah yang telah dikutip, kita tahu bahwa muslim wajib berakhlak mulia dan berilmu. Di dalam kenyataan ada gadis cantik, berpendidikan lebih tinggi daripada jejaka, bahkan, karena itu, dia mempunyai jabatan tinggi. Namun, dia meletakkan akhlak di atas tingginya ilmu dan jabatannya itu. Dia tidak membanggakan diri. Dia tidak sombong, baik melalui ucapan maupun perilakunya. Dia mau menerima saran dari orang lain yang lebih rendah pendidikan dan jabatannya. Bahkan, kritik pun diterimanya dengan lapang dada. Tanpa khawatir kehilangan harga diri, dia mau mengubah pendapat dan sikapnya demi menjadi yang lebih baik. Dia berilmu dan rendah hati. 

Muslim berilmu tinggi yang rendah hati sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini.

تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ

"Belajarlah kalian ilmu untuk ketenteraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya." (HR Thabrani).

Kemuliaan akhlak pada gadis itu membuat jejaka yang berpendidikan dan berjabatan lebih rendah tidak merasa direndahkan. Jejaka itu sangat menghormatinya, tetapi mempunyai nyali menyatakan cintanya. Tentu hal itu dilakukannya setelah yakin bahwa kalaupun cintanya ditolak, penolakannya dilakukan dengan cara yang mencerminkan kemuliaan akhlak. Dia yakin tidak akan dipermalukan, tetap dapat bersahabat, dan mau saling mendoakan untuk dipertemukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di surga-Nya.

Allahu a’lam


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Tri Aji Purbani, A.Md, BI Majelis Ekonomi Bisnis, Pariwisata dan Pengembangan UMKM Pimpinan D....

Suara Muhammadiyah

20 January 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dalam Islam kita merasa sebagai bagian dari umat (ummah) yang satu tetapi berag....

Suara Muhammadiyah

29 September 2023

Wawasan

Resesi dalam Kehidupan Dalam kehidupan di dunia ini tidaklah semulus jalan tol dan secepat pesawat,....

Suara Muhammadiyah

20 October 2023

Wawasan

Trade-Off antara Utang dan Dana Sendiri dalam Mengembangkan Amal Usaha Muhammadiyah ....

Suara Muhammadiyah

11 October 2023

Wawasan

Indonesia, Muhammadiyah, dan Pasar Oleh: Saidun Derani Mukaddimah Tulisan Dr. Mukhaer Pakkana, Se....

Suara Muhammadiyah

7 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah