Menjaga Amanah Persyarikatan

Publish

14 January 2024
pwm

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
243
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menjaga Amanah Persyarikatan

Oleh: Saidun Derani

Pada Pembukaan Baitul Arqam Pimpinan  Universitas Muhammadiyah Abdur Rozak (A.R) Fachruddin (UNIMAR) Tangerang, Provinsi Banten, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Banten, Dr. KH. Muhammad Syamsuddin, M.Pd dalam pengarahannya menyampaikan pesan bahwa begitu penting peran para pengelola  Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) menjaga Amanah yang dipercayakan persyarikatan kepada mereka. “Jangan sekali-kali dikhianati kepercayaan masyarakat itu di tengah persaingan  pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pada era perubahan sosial (social change) yang cepat ini”, tegas beliau yang biasa disapa Pak Kyai di masyarakat itu di depan para peserta.

Pada tahun yang lalu juga beliau dalam kesempatan Safari Ramadhan 1443 H, mengingatkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), PCM, PRM, PDA, NA, Ortom, IPM, IMM, Pemuda, se- Tangsel bahwa modal utama masuk surga itu ada dua, yaitu meminta ampunan Allah dari segala dosa yang pernah dilakukan baik tampak nyata maupun yang tersembunyi, dan kedua, mengharap ridha, rahmat, barokah anugrah,  dan kasih sayang Allah Swt. 

Mengapa harus meminta ampunan Allah. Sebab segala bala dan bencana yang ada sekarang akibat dosa kolektif umat Islam dan tidak akan berhenti menimpa umat Islam kecuali dengan tobat nasuha, mulai dari atas sampai rakyat bawah kebanyakan.

Allah telah menitipkan dan mengamanahkan kepada umat Islam air, darat dan udara supaya dikelola dengan  baik dan benar. Kenyataan di masyarakat ketiga titipan itu dijual dan dimiliki umat yang lain, lanjut beliau lebih jauh. 

Perhatikan bangunan-bangunan bersifat kantoran bisnis dan sosial yang ada di kota-kota besar  NKRI, khususnya yang ada di wilayah Jabodetabek dan sekarang tanah Ibu Kota Nusantara. Bukankah ini merupakan salah satu titipan Allah kepada umat Islam yang sekarang sudah berpindah tangan. Menyedihkan. Belum lagi asset bangsa yang lain baik liquid dan non-liquid dikuasai hanya 5 % kelompok  tertentu. Mengkhawatirkan masa depan anak cucu umat Islam ini.

Pada hal dalam Rahim Ibu kita berjanji kepada Allah Swt akan menjaga Amanah itu. Alqur’an (2:30) menegaskan umat Islam adalah    sebagai Khalifah di bumi untuk merawatnya. Tidak berbuat kerusakan  di muka bumi. Tidak menzalimi  diri sendiri dan  keluarga. Tidak melalaikan kewajiban sebagai anggota  masyarakat dan warga negara karena NKRI ini milik  umat Islam. 

Coba perhatikan dengan saksama ketusan para Alim Ulama pada 22 Oktober 1945 di Jawa Timur ketika Ir Soekarno kebingungan menghadapi kejahatan tentara Belanda NICA ingin menjajah NKRI Kembali. Salah satu Keputusan itu adalah bahwa bumi NKRI merupakan Darul Islam miliki kaum Muslim maka wajib umat Islam mempertahankannya dari penjajah setelah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. 

Fakta integritas dan janji kepada Allah ini  wujud dan bentuknya adalah umat Islam, supaya menjaga, memelihara, lalu mengembangkan  (dalam arti luas) agama, akal, jiwa, nasab (keturunan) dan harta benda. Kelima hal itu wajib diikhtiarkan menjadi sebuah keharusan untuk mencapai kesejahteraan duniawi dan ukhrowi (sa’adatuddaraini) sebagai tujuan hidup Umat Islam.  

Inilah doa yang sering dibaca Nabi Muhammad dalam Surah Al-Baqarah, ayat 201:

رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنۡيَا حَسَنَةً وَّفِى الۡاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

“ Ya Rabb berikanlah kami kesejahteraan di dunia dan kesejahteraan di Akhirat”.

 Ini artinya Allah Swt melarang Umat Islam loba hutang di dunia dan miskin pula dari kehidupan Akhirat.

Firman Allah dalam Surah Al-‘Araf, ayat 172; 

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku Rabbmu?”Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb kami), dan kami menjadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kalian tak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lalai terhadap keesaan Allah Swt.”

Makna ayat di atas kata Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya bahwa setiap anak lahir dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan atau Majusi. Hadis ini memberi warning (peringatan) kepada kita bahwa melahirkan anak itu susah  (generasi muda Islam yang tangnguh) dan akan lebih susah lagi memelihara dan mendidiknya. 

Memelihara di sini diartikan  mendidik imannya  menjadi kuat dan wajib diberi ilmu pengetahuan yang luas. Alquran berfirman : 

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ 
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”  (Surah al-Mujadalah, ayat 11).

Beriman dan berilmu pengetahuan merupakan kata kunci Menjaga Amanah Allah.  Karena banyak kelalaian yang kita lakukan sehingga iman kita menurun disebabkan lupa menunaikan hak-hak Allah Swt, baik yang disengaja atau karena kebodohan dan atau kejahilan.

Dalam konteks inilah makna signifikan petuah Ketua PWM Banten di atas supaya menjaga Amanah para pengelola AUM khususnya dan umumnya AUM Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang ada di Banten :” Jangan sekali-kali dikhianati kepercayaan masyarakat itu di tengah persaingan  pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pada era perubahan sosial (social change) yang cepat ini”. Maksud Ketua PWM Banten ini adalah bahwa PTM diharapkan mampu melahirkan penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakat.

Kunci kedua masuk surga Allah dengan memaksimalkan resources yang Allah Swt berikan kepada kita (hidung, mata, kaki, tangan, mulut, kuping, lidah, aqal, qalbun) melalui ketaatan menjalankan apa-apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Dengan tulus melaksanakan perintah-perintah-Nya, maka kita berharap Allah Swt  memberikan Ridha,  Rahmat, Barokah, Anugrah  dan Kasih Sayang-Nya. 

Banyak hadis Nabi menerangkan bahwa menyantuni anak yatim, menolong fakir miskin,  membantu ibnu sabil dan fi sabilillah, membangun infra struktur jalan, bersatu jangan berpecah belah, memiliki asset (Baitul Mal), mendirikan lembaga pendidikan, rumah sakit, berkata benar dan santun, berbaik dengan tetangga, menjaga alam lingkungan, mengembangkan ekonomi dan financial ummat Islam, semua ini merupakan jalan-jalan Allah (wasilah)  menurunkan Ridha, Rahmat, Barokah, Anugrah, dan Kasih Sayang-Nya kepada kaum Muslimin. 

Aspek kedua inilah mengapa Allah menyuruh umat Islam menguasai ilmu pengetahuan (IPTEK) yang sementara ini tertinggal jauh dari umat yang lain. Jadi jangan diherankan kalau sekarang kita melihat, mendengar dan merasakan umat Islam menjadi umat konsumen, menjadi umat pegawai, dan menjadi bangsa konsumen bukan bangsa produsen, bukan menjadi tuan  di negeri sendiri. 

Dalam konteks ini Allah Swt menegur umat Islam (supaya hati dan jiwanya hidup) dalam Surat Al-A’raf, ayat 168:

وَبَلَوْنٰهُمْ بِالْحَسَنٰتِ وَالسَّيِّاٰتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat)  yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk agar kembali (kepada kebenaran)”.

“Kami coba” diartikan dengan malapetaka, kemalangan dan atau cobaan/ujian karena tidak menjaga Amanah yang Allah titipkan kepada mereka.

Paparan berikut ada beberapa fakta lapangan memperkuat argument di atas mengapa sebagai umat Islam belum menjadi pemain utama di rumahnya sendiri dan sementara ini menjadi “pecundang” di sektor  ekonomi dan financial. Ikuti kisah di bawah ini.

Pasca Khutbah Idul Fitri di Ranting Kademangan Gading Serpong, 1 Syawal 1443 H, Pak Turhaerudin, Wakil Sekretaris PWM Banten, Periode 2015-2027,  menyebutkan bahwa salah satu Perusahaan Pengembang Besar (developer)  (tak disebutkan namanya  untuk menjaga kerahasian) yang cukup dikenal di Indonesia ada kewajiban memberikan fasos fasum namun tak maksimal, masing-masing ada dana CSR, akan tetapi  umumnya kembali ke anak perusahaan atau Yayasan yang mereka miliki. 

Beliau menambahkan bahwa masyarakat sekitar tetap saja termarjinalkan dan bahkan ditambahkan ada kesan semacam pembiaran dalam berbagai aspek kehidupan karena tidak siap mengantisipasi adanya perubahan yang dahsyat yang diciptakan pengembang.

 Beliau menyebutkan misalnya setiap tahun membangun masjid dan  mushalla lalu dikelola mereka dan untuk mereka. Persoalan SDM masyarakat sekitar tidak menjadi perhatian. Jadi kepada umat Islam hanya disuruh berdoa dan melaksanakana ritual ibadah secara rutin.

Jadi apa yang disampaikan beliau ini penulis teringat kepada seorang aktor intelektual Kolonial Belanda Prof. Christian Snouck Hurgronje (w. 1936 M). Husnul Aqib Suminto, Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam karyanya “Politik Islam Hindia Belanda”, terbitan tahun 1985, LP3ES, Jakarta  menerangkan konsepsi Snouck bahwa Islam politik harus diberantas dengan keras/dimatikan dan Islam yang bersifat ritual harus didukung penguasa (membantu mendirikan lembaga ibadah dan kitab sucinya) serta melakukan politik asosiasi dengan menekankan orientasi budaya western kepada generasi muda melalui beasiswa pendidikan dan sosial. 

Lalu sector ekonomi dan financial diserahkan kepada kelompok Timur Asing (China, Arab, dan India). Dalam konteks ini, teringat alm Pak Projo, Mantan Komandan Kokam DKI, berkomentar kepada penulis tahun 1979 di IKIP Muhammadiyah Jakarta (sekarang menjadi UHAMKA) bahwa penjajah Belanda lebih senang menyerahkannya aspek ekonomi dan financial kepada kelompok etnis China, ketimbang etnis Arab dan India. Kaum pribumi cukuplah hanya sebatas sebagai rakyat orang “suruhan”.

Zaman reformasi ini, Dr. Afrizon Safri, seorang praktisi ekonomi dan financial,  menyebutkan bahwa banyak solusi dan cara yang bisa dikembangkan umat Islam di sektor ekonomi dan financial sehingga dapat mengalahkan raksasa-raksasa ekonomi yang sudah ada dan mapan tersebut. Kenyataan lapangan sektor ekonomi dan financial ini di lingkungan umat Islam khususnya di Muhammadiyah, wabil khusus lagi di PWM Banten belum berjalan seperti yang diharapkan. Pertanyaan mengapa (why).

 Ada kesan bahwa tokoh-tokoh agama Islam di NKRI “dibuai” dengan jabatan-jabatan yang “empuk” di komisaris BUMN dan Perusahaan Swasta yang tidak perlu berfikir keras dan serius dalam masalah ekonomi dan financial akan tetapi menerima manfaat yang cukup   bahkan berlebih.

Kedua, pada umumnya orang-orang yang memimpin persyarikatan ini usianya sudah lansia/sepuh dan secara ekonomi sudah mapan. Keaktifan mereka secara rutin hanya butuh “penghargaan”. Kedua hal inilah yang menurut Dr. Afrizon dirasakan dan dilihatnya dalam berbagai survey dan pengalaman lapangan mengapa Garapan Pilar Ketiga Muhammadiyah yang dicanangkan pada Muktamar tahun 2015 di Makasar belum berjalan maksimal dan optimal sebagaimana mestinya.

Contoh kasus beliau menyebutkan bahwa ketika Ketua PP Muhammadiyah sektor Ekonomi dan Bisnis ditawarkan Presiden RI Joko Widodo untuk mengelola tanah berapa pun yang diminta akan diberikan. Akan tetapi sampai hari ini belum ada respons yang sistemik dan terukur dari Buya Dr. Anwar Abbas, MM, MA dan PP umumnya.

Padahal ini  tegas Afrizon adalah sebuah kesempatan emas untuk membuktikan bahwa Muhammadiyah mampu menjawab tantangan itu karena memiliki SDM yang melimpah yang ada di Perguruan-perguruan Tinggi yang dimiliki Muhammadiyah. Tentulah kalau masalah kesempatan ini tidak diambil maka diduga kuat berdampak secara moral bagi aktivis Persyarikatan Muhammadiyah.

Kedua, hasil diskusi dengan Prof. M. Yunan Yusuf sebagai Ketua Konsorsium Badan Pengurus Harian Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jabotabek (ada 11 PTM) pada Ramadhan 1443 H bahwa untuk mengembangkan sektor ekonomi dan financial  yang jelas-jelas sangat menguntungkan persyarikatan  misalnya sektor perbankan dan insurance sebagai sebuah company. Akan tetapi respons yang ada mengalami jalan “buntu” sementara ini dan belum berani mengambil terobosan baru karena berbagai hal dan kondisi yang ada. 

Dan sektor ekonomi dan financial persyarikatan ini juga sudah pernah kami tawarkan (SD dan Afrizon dengan topik “Pengembangan Bisnis Persyarikatan”) dalam sebuah diskusi bulanan Forum Keluarga Muhammadiyah UIN Syahid Jakarta tahun 2021 dikoordinir Prof. Masri Mansur.  Kedua instrument ini (insurance dan perbankan) jelas sekali captive market-nya akan tetapi sungguh sangat disayangkan sampai sekarang kedua instrument ekonomi dan financial itu diberikan kepada orang lain pengelolaannya. 

Selain itu, menurut aktivis PWM Banten ini bahwa pada umumnya Muhammadiyah membangun Kantor Dakwah dan pusat pengendalian persyarikatan biasanya “menunggu” tanah wakaf. Dan karena tanah wakaf maka lokasinya ada di tempat-tempat yang tidak strategis sehingga sebagian besar kalangan muda Muhammadiyah  tak menimbulkan kebanggaan  walaupun tidak mereka menampakkan (Jahar) khawatir kena “dampratan” para pengurus yang sudah kenyang makan “asam garam” itu.  Belum lagi kantor di Tingkat PDM dan PCM serta Ranting sejauh pengamatan penulis di lapangan sebagian besar  belum “menggembirakan”, bahkan hanya “terdengar” saja.

Tidak bisa juga dipungkiri bahwa memang betul ada berapa lembaga otonom sektor ekonomi dan financial dipegang kalangan muda dan profesional.  Akan tetapi sejauh pengamatan di lapangan terlihat “rangkap jabatan” (dengan alasan pengabdian) sehingga belum fokus dan efektif-efisien pelaksanaannya. Pada hal garapan Pilar Ketiga Muhammadiyah ini membutuhkan konsentrasi dan waktu penuh serta professional untuk memikirkan serta mengelolanya (termasuk di dalamnya memiliki intelijen bisnis). 

Memang benar kata Dr. Afrizon di atas bahwa jika ada pun yang mengembangkan sektor ekonomi dan financial di Muhammadiyah sifat pengelolaannya secara parsial di beberapa wilayah atau cabang bukan skala besar. Dan bahkan ada bisnis yang mengatas namakan Muhammadiyah tetapi dimiliki masing-masing individu anggota Muhammadiyah.

Dalam konteks sejarah bangsa bahwa KH Ahmad Dahlan bersama teman dan muridnya telah berhasil meletakkan pondasi persyarikatan yang kokoh (sangat cerdas penulis kira) lalu mengembangkan dua aspek  (AUM- Pendidikan dan PKU, Rumah sakit, klinik) plus wamil (wajib meliter kayak Hizbul Wathon)  yang sampai sekarang sudah terlihat jelas manfaatnya untuk masyarakat luas (sayang belum merata di luruh Indonesia) walaupun dalam pengelolaannya belum maksimal. Yang penting diperhatikan bahwa al-haqqu bila nizham, yurlab al-bathil bi- an-nizham” bahwa sebuah kebaikan yang tidak dikelola dengan baik akan dikalahkan kejahatan yang terorganisir”.

Demikinlah sebenarnya para penerus Dahlan muda dapat mengembangkan sektor ekonomi dan financial yang sekarang menjadi Pilar Ketiga Muhammadiyah sebagaimana salah satu hasil keputusan strategis Muktamar Muhammadiyah Makasar tahun 2015. Penulis pikir seperti yang dikatakan di atas, Para elite Muhammadiyah harus berani mengambil terobosan di sektor ekonomi dan financial (dalam berbisnis harus berani mengambil resiko) kalau tidak maka akan semakin tertinggal jauh di masa-masa yang akan datang tetangga sebelah.

Dalam konteks inilah memahami Amanah Ketua PWM Banten di atas. Kontribusi Muhammadiyah sangat ditunggu umat Islam Indonesia dan dunia. Karena asset Muhammadiyah baik liquid dan non-liquid cukup melimpah sudah sepatutnya berani mengambil  peran ini dengan berbagai resiko yang akan diterimanya. Bukan kah asset yang banyak itu kalau hanya disimpan dapat menimbulkan masalah saja. Sabda Nabi bahwa ibarat air  jika tidak mengalir maka akan mendatangkan banyak penyakit. Allah ‘alam bi -shawab

Penulis adalah Dosen Pascasarjana UM-Surby dan UIN Syahid Jakarta, aktivis PWM Banten.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Keutamaan dan Etika Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Oleh: Tito Yuwono, Ph.D, Dosen Teknik Elektro UI....

Suara Muhammadiyah

4 May 2024

Wawasan

Pendidikan dan "Gelombang Olok-Olok" di Media Sosial Oleh: Prof. Dr. Abdul Rahman A.Ghani  Ba....

Suara Muhammadiyah

11 October 2023

Wawasan

Ambillah Tuah Pada yang Menang dan Ambil Pelajaran pada yang Sudah Oleh Dr Masud HMN Karena tuah (....

Suara Muhammadiyah

6 November 2023

Wawasan

Mengapa Muhammadiyah Tanpa Mazhab Oleh: Dr Masud HMN Karya terbesar dari Khalifah Abassiyah yang ....

Suara Muhammadiyah

29 September 2023

Wawasan

Integritas dalam Sistem Politik Oleh: Saifullah Bonto, Demisioner Ketum PC IMM Kab. Pangkajene, Mah....

Suara Muhammadiyah

13 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah