Tali Pengikat dalam Kehidupan Manusia

Publish

15 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
791
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Tali Pengikat dalam Kehidupan Manusia

Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon

"Tali pengikat dalam kehidupan ini ditentukan seberapa kuat tali itu mengikat! Maka tidak ada jalan lain selain membangun koneksi secara langsung dengan Tuhan. Dengan begitu, tali itu akan kuat mengikat secara batin maupun lahir, baik dalam hubungan biologis maupun sosial serta ideologis."

Beberapa pekan ini, media sosial ramai memperbincangkan ceramah Ustadz Adi Hidayat (Wakil Ketua Majelis Tabligh) PP Muhammadiyah. Ustadz Adi Hidayat menyampaikan tentang Surat As-Syuara. Sebenarnya, apa yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat sudah jelas dan gamblang. Namun, teman-teman Salafi memandang bahwa apa yang dikatakan oleh Ustadz Adi Hidayat menyimpang, bahkan dalam akun Facebook Maryono Abdullah Kastri sudah men-tadhzir atau mengkafirkan Ustadz Adi Hidayat.

Sangat disayangkan sebuah ucapan yang mengkafirkan Ustadz Adi Hidayat. Apakah oknum tersebut lupa bahwa Tuhan, nabi, dan kitabnya sama? Berani mengucapkan kafir terhadap sesama umat Islam, yang notabene Ustadz Adi Hidayat adalah seorang tokoh ilmu agama yang mumpuni dan dalam.

Apabila Ustadz Adi Hidayat dalam menyampaikan mungkin terpeleset dalam ucapan (syaqul kalam), itu wajar karena manusiawi. Maka, seharusnya yang dilakukan jangan langsung men-tadhzir (mengkafirkan) UAH.

Memang dalam kehidupan di dunia ini, perbedaan pemikiran, pemahaman, dan pilihan adalah sunatullah. Namun, jika kita masih dalam satu ikatan tali, maka harus bijaksana dalam menanggapi perbedaan itu dan harus bisa menghormati serta menghargainya sepanjang tidak keluar dari nilai-nilai pokok dalam agama. Oleh karena itu, tali pengikat kita sebagai seorang yang bertuhan sama, nabi yang sama, dan kitab yang sama harus dijaga dengan baik. Hal ini agar kita tidak terjerumus dalam jurang neraka.

Muhammadiyah Tenda Besar

Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebuah organisasi dakwah sosial kemasyarakatan yang besar dan usianya sudah lebih dari satu abad. Muhammadiyah memiliki aset yang sangat besar. Dari besarnya Muhammadiyah itulah maka terdapat berbagai macam tipologi orang atau warga persyarikatan dalam bermuhammadiyah, yaitu:

Mukhlas (Muhammadiyah Ikhlas), MUNU (Muhammadiyah Nahdlatul Ulama) yang dalam praktiknya masih belum meninggalkan tradisi atau kebiasaan lama, MUSA (Muhammadiyah Salafi) yang berkeinginan mengembalikan seperti di zaman Nabi, MARMUD (Marhein Muhammadiyah) yang merupakan warga Muhammadiyah abangan.

Dalam hal inilah yang menarik bagaimana dari berbagai pemahaman dan aktivitasnya, semua aturan atau kode etik dalam bermuhammadiyah berfungsi sebagai tali pengikat yang bernama "Persyarikatan Muhammadiyah". Muhammadiyah sebagai wadah atau alat perjuangan dalam rangka untuk menegakkan ila kalimatillah untuk kejayaan Islam secara holistik. Maka, jangan sampai menjadi benalu dalam Muhammadiyah. Jangan sampai warga persyarikatan saling bermusuhan dan merasa paling benar serta paling suci sendiri. Hal ini ditegaskan Allah dalam Surat Ali 'Imran Ayat 103 tentang pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan di bawah tauhid Allah.

وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَا ذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَ صْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّا رِ فَاَ نْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 103)

Dengan memahami dan menghayati ayat di atas, kita akan mendapatkan pelajaran atau hikmah di antaranya adalah:

  1. Tauhid adalah penyatuan umat yang menyatakan beriman.
  2. Janganlah terpecah belah dan bermusuhan hanya karena lebih mementingkan ego pribadi maupun kelompoknya.
  3. Allah akan memberikan nikmat pada hamba/umat yang mana antara kesalehan spiritual seimbang dengan kesalehan sosial.
  4. Dengan adanya rasa satu hati baik secara lahir maupun batin, maka ibarat tubuh, satu merasakan sakit/menderita, yang lainnya juga merasakan yang sama.
  5. Akan tetapi, jika itu semuanya tidak diamalkan, maka kita akan menjadi umat yang kembali pada zaman jahiliyah atau kebodohan dan akan terperosok pada jurang neraka.

Semoga kita mendapatkan rahmat dan hidayah Allah dalam menjalani kehidupan ini dengan tetap menjaga tali pengikat tauhid yang kuat. Aamiin.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Remaining Filantropi Al Ma’ūn di Era Milenial Oleh: Ngatipan, Anggota PCM Girisubo, Gunungki....

Suara Muhammadiyah

10 May 2024

Wawasan

Refleksi Hardinas dan Jembatan Emas Pendidikan Oleh: Adam Dahlanisme, Pascasarjana UMS Tujuan Pend....

Suara Muhammadiyah

2 May 2024

Wawasan

Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko LPCRPM PPM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Menyimak acara seminar via z....

Suara Muhammadiyah

26 February 2024

Wawasan

Salah Kaprah tentang Nasikh dan Mansukh (1) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univers....

Suara Muhammadiyah

15 April 2024

Wawasan

Menjadi Perempuan Berdaya dan Pembelajar Sepanjang Hayat Menjaga Kekokohan Peri Kehidupan Bangsa M....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah