Arsjad Rasjid Dorong Kultur Entrepreneurial Kampus Muhammadiyah

Publish

16 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
79
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tingginya angka pengangguran nasional di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dinilai sebagai peringatan serius bagi dunia pendidikan tinggi. Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid, menegaskan bahwa perguruan tinggi harus segera bertransformasi agar tidak terus melahirkan lulusan yang terputus dari kebutuhan industri dan dinamika dunia kerja.

Pernyataan tersebut disampaikan Arsjad dalam Kuliah Umum bertajuk “Membangun Iklim Entrepreneurship untuk Kemajuan Bangsa melalui Dunia Usaha” yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Senin (15/12) di Ballroom Student Dormitory UMY.

Arsjad mengungkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2025, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,46 juta orang. Sekitar 16 persen di antaranya berasal dari generasi Z, kelompok usia yang seharusnya berada pada fase paling produktif. Kondisi ini, menurutnya, menjadi ironi besar dalam pembangunan sumber daya manusia nasional.

Ia menilai persoalan ketenagakerjaan saat ini tidak lagi semata-mata disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan. Lulusan perguruan tinggi, termasuk sarjana dan pascasarjana, kini semakin sulit menembus pasar kerja akibat skill mismatch serta dampak disrupsi teknologi, khususnya AI.

“AI berdampak signifikan terhadap ketersediaan pekerjaan pemula atau entry-level jobs. Banyak pekerjaan administratif ke depan akan digantikan oleh teknologi. Ini menjadi tantangan serius bagi angkatan kerja muda dan lulusan baru,” ujar Arsjad.

Situasi tersebut, lanjutnya, menuntut universitas untuk bersikap lebih adaptif dan agile, baik dalam penyusunan kurikulum, metode pembelajaran, maupun orientasi pendidikan. Perguruan tinggi tidak lagi cukup membekali mahasiswa dengan pengetahuan akademik semata, tetapi juga harus memperkuat keterampilan teknologi, kepemimpinan, dan kewirausahaan.

Dalam konteks itu, Arsjad memandang konsep entrepreneurial university, sebagaimana menjadi arah pengembangan UMY, sebagai solusi strategis untuk menjawab krisis lapangan kerja. Kampus didorong untuk menggeser orientasi dari sekadar mencetak pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja.

“Entrepreneurship bukan sekadar pilihan karier, melainkan solusi strategis bagi persoalan pengangguran. Kampus harus menjadi ruang lahirnya ide, tempat ide diuji, dikembangkan, dan dieksekusi hingga memberi dampak ekonomi nyata,” tegasnya.

Ia mencontohkan sejumlah universitas kelas dunia yang berhasil membangun ekosistem kewirausahaan melalui inkubator bisnis, akselerator startup, hilirisasi riset, serta kolaborasi erat dengan industri dan investor. Menurutnya, riset akademik tidak boleh berhenti di jurnal, tetapi harus didorong menjadi produk, inovasi, hingga perusahaan rintisan.

Arsjad juga menyoroti keunggulan kontekstual UMY dan Muhammadiyah yang dinilai memiliki modal besar untuk membangun entrepreneurial university. Jaringan amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, keuangan mikro, hingga UMKM disebut dapat berfungsi sebagai living laboratory bagi pengembangan kewirausahaan mahasiswa dan dosen.

“Jaringan rumah sakit, sekolah, koperasi, dan berbagai amal usaha Muhammadiyah adalah ekosistem nyata. Ini menjadi keunggulan yang tidak banyak dimiliki perguruan tinggi lain,” jelasnya.

Meski demikian, Arsjad menekankan bahwa faktor paling menentukan dalam membangun kultur kewirausahaan tetaplah sumber daya manusia, khususnya mahasiswa. Ia menempatkan mahasiswa sebagai aktor utama perubahan, bukan sekadar objek kebijakan kampus.

“Gedung dan fasilitas itu penting, tetapi yang paling menentukan adalah manusianya. Mahasiswa adalah pusat perubahan. Dengan budaya entrepreneurship yang kuat, kampus tidak hanya melahirkan sarjana, tetapi juga inovator, pemimpin, dan pencipta lapangan kerja,” pungkasnya.

Arsjad meyakini, jika perguruan tinggi mampu membangun ekosistem kewirausahaan yang kokoh dan relevan dengan perkembangan teknologi, kampus dapat menjadi salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan. (ID)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

Selamatkan 90% Anak Muslim dari Kehilangan Identitas Kemusliman JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Japan....

Suara Muhammadiyah

1 December 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tak dinyana, tiba-tiba pintu ruang redaksi Suara Muhammadiyah (SM) ....

Suara Muhammadiyah

22 September 2025

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (FIKES-....

Suara Muhammadiyah

18 October 2024

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menunjukkan komitmennya dalam me....

Suara Muhammadiyah

20 February 2024

Berita

MALANG, Suara Muhammadiyah - Berdasar data dari Kementerian Kesehatan RI 2023, gangguan kesehatan me....

Suara Muhammadiyah

20 February 2024