PACITAN, Suara Muhammadiyah - Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah Deni Asy'ari menyebut, Suara Muhammadiyah menjadi satu-satunya media tertua di Indonesia. Dan, tak ada media yang mampu menyainginya, lebih-lebih lahir sezamannya.
"Usianya yang media melampaui 1 abad, hanya Suara Muhammadiyah. Usianya 110 tahun. Dan tentu ini tidak sekadar dimensi pers, news, tetapi ada dimensi heritage, legasi, literasi, yang turun-temurun ternyata masyarakat kita masih awet budaya literasi," ujarnya saat launching Kemadjoean Resto di Pantai Pancer Door Lingkungan Kebon, Kelurahan Ploso, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Sabtu (9/8).
Pada awal kelahirannya tahun 1915, Suara Muhammadiyah masih menggunakan Aksara Jawa. Kemudian, seiring berjalannya waktu, mulai mengalami perubahan di mana beralih menggunakan bahasa Jawa ngoko, Melayu, sampai bahasa Indonesia, yang Indonesia berlaku sejak tahun 1924.
"Oleh karena itu, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan kepada Suara Muhammadiyah sebagai Media Pelopor Dakwah yang menggunakan Bahasa Indonesia yang pertama di Republik ini," bebernya.
Sampai sekarang, media ini terus konsisten menjalankan perannya sebagai penyampai informasi, penguat dakwah, dan penggerak budaya literasi di tanah air. Kendati dalam beberapa tempo terakhir, kehidupan media dihadapkan dengan aneka tantangan sarat kompleksitas yang tinggi, Suara Muhammadiyah tetap berkomitmen menjaga kualitas dan relevansinya.
"Tidak sedikit media-media yang hari ini gulung tikar, tutup berhadapan dengan era digitalisasi, disrupsi, baik media nasional, internasional, termasuk media lokal," terangnya. (Cris)