PAYAKUMBUH, Suara Muhammadiyah — Para dai perlu memahami peta dakwah guna menentukan strategi tepat dalam penyebaran ajaran Islam. Pemahaman ini membantu dakwah lebih efektif, efisien, dan menghindari kesalahpahaman atau konflik akibat ketidaktahuan konteks sosial-budaya masyarakat.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Payakumbuh, Irwandi Nashir, dalam Training of Trainer (ToT) Muballigh/Muballighat, Imam, dan Khatib se-Provinsi Riau yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Riau. Acara berlangsung di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Jumat hingga Ahad (20–22 Juni 2025).
“Peta dakwah memuat gambaran komprehensif kondisi masyarakat target. Dengan itu, dai bisa merencanakan dakwah secara efektif sekaligus mencegah konflik,” ujar Irwandi, yang juga dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Bukittinggi, saat memaparkan makalah “Strategi Dakwah yang Membangun”.
Menurutnya, peta dakwah dengan data akurat membantu mengidentifikasi tiga kategori dakwah:
1. Membangun masyarakat di wilayah belum tersentuh Islam,
2. Memperbaiki kerusakan di masyarakat,
3. Memelihara keberlanjutan dakwah di masyarakat yang sudah kondusif.
“Setiap kategori memerlukan strategi berbeda,” tegas Direktur Lembaga Studi Dakwah Indonesia (LSDI) itu.
Ia mencontohkan strategi Rasulullah SAW saat membangun masyarakat Islam di Madinah. Langkah pertama Nabi Muhammad SAW adalah mengajak menebar salam, memberi makan kaum papa, menyambung silaturahim, dan menegakkan salat malam.
“Terdapat empat unsur prioritas: perdamaian, ekonomi, kekuatan sosial, dan kedekatan kepada Allah. Ini muncul karena Rasulullah paham konteks masyarakat Madinah,” jelas Irwandi.
Ia menekankan, selain piawai membaca peta dakwah, dai wajib memahami kaidah dakwah, terutama keteladanan sebelum berkhotbah.