Dakwah Kultural Muhammadiyah Perlu Dipandang Secara Seimbang

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
156
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi memberikan pidato iftitah Pengajian Ramadan di UMY

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi memberikan pidato iftitah Pengajian Ramadan di UMY

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam Pengajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Ar Fakhruddin B Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (14/3), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi mengatakan dakwah kultural di Muhammadiyah berupaya untuk memperkaya wawasan kepada para anggota, kader, dan pimpinan. Bukan malah sebaliknya, membias dari manhaj pemikiran keagamaan dalam Muhammadiyah.

"Pemikiran yang terkandung dalam Dakwah Kultural Muhammadiyah sesungguhnya sudah sangat lengkap pemikiran, pendekatan, metode, dan hal-hal lainnya seputar pemikiran dakwah dalam Muhammadiyah,” katanya.

Dakwah Kultural menjadi keputusan di Tanwir Denpasar tahun 2002. Kelahiran pemikiran Dakwah Kultural ini sebagai langkah penajaman dakwah Muhammadiyah di akar rumput. Lewat strategi Dakwah Kultural, Muhammadiyah sesungguhnya tengah berupaya untuk menyebarluaskan dakwahnya lewat siasat yang tidak kaku, namun bersifat cair, luwes, dan menggembirakan dengan mengombinasikan antara kebudayaan.

Sebab, bagi Haedar, budaya itu telah hidup subur di Muhammadiyah. Sehingga, tidak dapat dinafikan jika dakwah kultural berdimensikan dengan budaya itu telah menjadi kekhasan tersendiri di Muhammadiyah di dalam menjalankan roda dakwahnya. Maka, sebab itu Haedar mendorong agar lebih memperdalam pemaknaan tradisi budaya secara proporsional, bukan secara parsial.

"Penting memahami tradisi, budaya, dan kebudayaan secara benar, objektif, dan proporsional,” ujarnya.

Guru Besar Ilmu Sosiologi UMY ini menegaskan melalui dakwah kultural, Muhammadiyah memang secara serius tengah berupaya memperluas spektrum dakwahnya di akar rumput. Tetapi, memang harus diakui tidak mudah untuk mengejawantahkannya ke dalam lapangan kehidupan sehari-hari. Maka, Ia mendorong agar perlu ada pendekatan secara komprehensif dengan mempertajam pada aspek bayani, burhani, dan irfani supaya  tidak mengalami pemahaman yang serampangan, kering, dan bias dalam melihat kebudayaan sebagai reaktualisasi dari implementasi dakwah kultural di akar rumput.

"Karenanya sangat penting untuk menggunakan pendekatan bayani, burhani, dan irfani secara utuh, mendalam, kaya, dan interkoneksi sehingga tidak melahirkan bias  pemahaman Islam. Karena Islam itu agama yang membawa kemajuan. Artinya, Islam melahirkan kebudayaan maju sesuai dengan nilai-nilai Islam," tandasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

GUNUNGKIDUL, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Ranting Muhammadiyah Rongkop menggelar pembekalan penguru....

Suara Muhammadiyah

19 November 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sebagai salah satu trisula Muhammadiyah, Majelis Pemberdayaan Masya....

Suara Muhammadiyah

14 October 2023

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Kejuaraan Nasional Tapak Suci, yang merupakan acara bergengsi yan....

Suara Muhammadiyah

4 November 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nash....

Suara Muhammadiyah

13 September 2023

Berita

BANJARBARU, Suara Muhammadiyah - Lazismu Banjarbaru melalui Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya ....

Suara Muhammadiyah

20 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah