YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah — Ada yang unik. Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Pusat Aisyiyah mengambil langkah berbeda dengan mengangkat tema entrepreneurship dalam ruang-ruang kaderisasinya. Langkah ini mendapat apresiasi sekaligus menjadi kejutan bagi salah satu pimpinan Persyarikatan yang hadir dan menyampaikan pandangan reflektifnya dalam sebuah diskusi kewirausahaan dengan tema Penguatan Entrepreneurship Kader Aisyiyah di SM Tower (13/12).
Hadiri dalam acara tersebut Ketua Umum Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Salmah Orbayinah, Ketua MPK PP 'Aisyiyah Mami Hajaroh, serta Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah, Deni Asy'ari MA, Dt. Marajo
Direktur Utama Suara Muhammadiyah/PT SCM Deni Asy’ari MA Dt Marajo mengaku semula mengira MPK hanya berkutat pada internalisasi ideologi, kepemimpinan, dan penguatan nilai-nilai kader. Namun, pilihan MPK mengangkat entrepreneurship justru dinilainya sangat tepat dan relevan dengan kebutuhan zaman. “Ini surprise bagi saya. Tapi justru ini bagian dari ikhtiar menghidupkan kembali DNA Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah,” ujarnya.
Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa spirit dagang, bisnis, dan keberanian mengambil risiko sejatinya adalah watak asli para pendiri Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Ia menyebut sejumlah tokoh awal Persyarikatan seperti KH Ahmad Dahlan dan lain sebagainya. Di sisi ‘Aisyiyah, peran perempuan dalam dakwah berbasis ekonomi bahkan dinilainya sangat luar biasa, termasuk melalui bisnis batik dan perdagangan rakyat.
“Kalau kita lihat sejarah, tumbuh-kembangnya Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di banyak daerah justru disokong oleh peran entrepreneurship. Dakwah berjalan seiring dengan perdagangan,” tegasnya.
Ia menyoroti bahwa tantangan saat ini bukan pada minimnya pelatihan atau seminar kewirausahaan, melainkan absennya ekosistem yang berkelanjutan. Banyak program ekonomi berhenti di tengah jalan karena tidak dibangun dalam sebuah circle yang kuat. Berbeda dengan masa lalu, ketika para tokoh Muhammadiyah bergerak dalam jaringan pedagang yang saling menopang.
Karena itu, MPK dinilai memiliki peluang strategis untuk membuka jalur kaderisasi nonformal yang lebih agresif dan progresif, dengan menghadirkan pelatihan berkelanjutan serta ekosistem bisnis yang mendukung kader berjiwa entrepreneur. “Entrepreneurship itu butuh kontinuitas dan mentalitas. Tanpa ekosistem, potensi kader akan terhenti,” kata Deni.
Deni pun kemudian mengangkat pengalaman Suara Muhammadiyah (SM) sebagai contoh konkret. Ia menegaskan bahwa keberhasilan SM membangun berbagai unit bisnis—mulai dari Logmart, BulogMu, SM Tower, hingga restoran—bukan karena latar belakang akademik bisnis, melainkan karena ekosistem dan keberanian mengambil keputusan. “Kami tidak terlalu banyak rapat. Dua-tiga kali rapat, lalu eksekusi. Prinsip kami, lebih baik minta maaf daripada minta izin,” ujarnya lugas.
Salah satu poin penting yang disorot adalah peran dominan ‘Aisyiyah dalam penguatan ekonomi Persyarikatan. Dari sekitar 140 gerai Logmart dan lebih dari 300 jaringan BulogMu, sekitar 85 persen digerakkan oleh ibu-ibu ‘Aisyiyah. Bahkan pada masa pandemi, sektor inilah yang dinilai menyelamatkan bisnis Muhammadiyah. “Ibu-ibu ‘Aisyiyah ini bukan hanya tangguh, tapi juga menginspirasi lintas komunitas, bahkan lintas agama,” tambahnya.
Deni juga menekankan pentingnya mentalitas kemandirian, terutama dalam hal mengurangi ketergantungan pada utang perbankan. Suara Muhammadiyah, menurutnya, menjadi contoh amal usaha yang dibangun tanpa hutang, termasuk dalam pengembangan bisnis perhotelan ‘Aisyiyah, Aisyi Tower, yang pendanaannya berasal dari investasi jamaah dan amal usaha.
Selain mentalitas, sinergi dan kolaborasi juga menjadi kunci utama. Di era disrupsi, struktur ekonomi mapan bisa tergeser, membuka ruang bagi gerakan ekonomi jamaah. Model bisnis berbasis jamaah yang melibatkan UMKM ‘Aisyiyah—seperti produk-produk yang hadir di kamar-kamar SM Tower—menjadi bukti bahwa kolaborasi mampu memperkuat keberlanjutan usaha.
Menutup paparannya, Deni menegaskan optimismenya pada peran ‘Aisyiyah dalam menggerakkan ekonomi Persyarikatan. “Saya lebih percaya ‘Aisyiyah untuk kolaborasi ekonomi. Ketahanannya luar biasa. Insya Allah, SM siap bersinergi untuk mendorong lahirnya kader-kader entrepreneur dan membangun gerakan ekonomi Muhammadiyah–‘Aisyiyah yang berkemajuan,” pungkasnya. (diko/nurvi)


