Gerakan Pencerahan Muhammadiyah

Publish

31 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
80
Haedar Nashir. Foto: Cris

Haedar Nashir. Foto: Cris

Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, MSi

Gerakan Muhammadiyah saat ini dan ke depan semakin dihadapkan pada masalah dan tantangan yang kompleks, baik yang bersifat praktis maupun strategis. Masalah judi online, narkoba, kekerasan seksual, bunuh diri, kriminalitas, hingga masalah keluarga dalam beragam jenis terjadi secara luas. Sementara masalah besar seperti korupsi, kejahatan kerah putih, perubahan iklim, pelanggaran hukum,  genosida, terorisme, konflik sosial dan konflik antar negara, dan masalah-masalah besar lainnya juga terjadi meluas.

Masalah-masalah tersebut sekaligus bertemali dengan tantangan yang dihadapi manusia, masyarakat, dan bangsa secara lebih masif. Menurut Muhammadiyah, dinamika kehidupan global akhir-akhir ini memberikan gambaran betapa dunia dalam kondisi yang penuh dengan kerawanan dan keterancaman karena konflik, kekerasan bahkan perang. Apa yang terjadi di Timur Tengah, Eropa Timur, Asia Pasifik dan Afrika yang masih berkecamuk konflik dan peperangan yang menyeret banyak kekuatan negara super power dan pendukung-pendukungnya menjadi keprihatinan sendiri. 

Situasi ini sungguh membuat dunia menjadi tempat penuh dengan ancaman kecemasan, tidak aman dan nyaman, terlebih ditengah ancaman krisis energi, krisis pangan dan krisis lingkungan yang turut mengancam. Dibutuhkan kearifan dan kebijaksanaan semua pihak untuk bisa menahan diri, untuk bisa bersinergi mengatasi persoalan penduduk global secara bersama-sama, tidak terkecuali dari kekuatan keagamaan dan tentunya juga Muhammadiyah.  Karenanya Muhammadiyah penting mengantisipasi masalah dan tantangan yang berat dan luas tersebut.

Gerakan Pencerahan

Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan sebagai agenda strategis dalam menghadapi be4bagaj masalah dan tantangan yang besar dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan. Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua tahun 2010 hasil Muktamar di Yogyakarta ditegaskan tengan berbagai aspek “Gerakan Pencerahan”. Bahwa gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk: (1) Memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural; (2) Menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan; (3) Mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama.

Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasathiyyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjunjung tinggi akhlak mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Komitmen Muhammadiyah tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam yang autentik.

Muhammadiyah dalam melakukan gerakan pencerahan berikhtiar mengembangkan strategi dari revitalisasi (penguatan kembali) ke transformasi (perubahan dinamis) untuk melahirkan amal usaha dan aksi-aksi sosial kemasyarakatan yang memihak kaum dhu’afa dan mustadh’afin serta memperkuat civil society (masyarakat madani) bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Dalam pengembangan pemikiran Muhammadiyah berpijak pada koridor tajdid yang bersifat purifikasi dan dinamisasi, serta mengembangkan orientasi praksis untuk pemecahan masalah kehidupan. Muhammadiyah mengembangkan pendidikan sebagai strategi dan ruang kebudayaan bagi pengembangan potensi dan akal-budi manusia secara utuh. Sementara pembinaan keagamaan semakin dikembangkan pada pengayaan nilai-nilai aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalat-dunyawiyah yang membangun keshalehan individu dan sosial yang melahirkan tatanan sosial baru yang lebih relijius dan humanistik.

Dalam gerakan pencerahan, Muhammadiyah memaknai dan mengaktualisasikan jihad sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan (badlul-juhdi) untuk mewujudkan kehidupan seluruh umat manusia yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat. Jihad dalam pandangan Muhammadiyah bukanlah perjuangan dengan kekerasan, konflik, dan permusuhan. Umat Islam dalam berhadapan dengan berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan yang kompleks dituntut untuk melakukan perubahan strategi dari perjuangan melawan sesuatu (al-jihad li-al-muaradhah) kepada perjuangan menghadapi sesuatu (al-jihad li-al- muwajahah) dalam wujud memberikan jawaban-jawaban alternatif yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih utama.

Kebangsaan dan Global

Dalam kehidupan kebangsaan Muhammadiyah mengagendakan revitalisasi visi dan karakter bangsa, serta semakin mendorong gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa yang lebih luas sebagaimana cita-cita kemerdekaan. Dalam menghadapi berbagai persaingan peradaban yang tinggi dengan bangsa-bangsa lain dan demi masa depan Indonesia yang lebih maju maka diperlukan transformasi mentalitas bangsa ke arah pembentukan manusia Indonesia yang berkarakter kuat. Manusia yang berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas mental yang membedakan dari orang lain seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, ketegaran, kuat dalam memegang prinsip, dan sifat-sifat khusus lainnya yang melekat dalam dirinya. Sementara nilai-nilai kebangsaan lainnya yang harus terus dikembangkan adalah nilai-nilai spiritualitas, solidaritas, kedisiplinan, kemandirian, kemajuan, dan keunggulan.

Ditegaskan dalam aspek wawasan kebangsaan bahwa bangsa  Indonesia sesungguhnya memiliki nilai-nilai keutamaan yang mengkristal menjadi modal sosial dan budaya penting. Di antara nilai-nilai itu adalah daya juang, tahan menderita, mengutamakan harmoni, dan gotong royong. Nilai-nilai keutamaan tersebut masih relevan, namun memerlukan penyesuaian dan pengembangan sejalan dengan dinamika dan tantangan zaman. Tantangan globalisasi yang meniscayakan orientasi kepada kualitas, persaingan dan daya saing menuntut bangsa Indonesia memiliki karakter yang bersifat kompetitif, dinamis, berkemajuan, dan berkeunggulan disertai ketangguhan dalam menunjukkan jatidiri bangsa.

Begitu juga dalam kehidupan global. Dalam menghadapi perkembangan kemanusiaan universal Muhammadiyah mengembangkan wawasan keislaman yang bersifat kosmopolitan. Kosmopolitanisme merupakan kesadaran tentang kesatuan masyarakat seluruh dunia dan umat manusia yang melampaui sekat-sekat etnik, golongan, kebangsaan, dan agama. Kosmopolitanisme secara moral mengimplikasikan adanya rasa solidaritas kemanusiaan universal dan rasa tanggungjawab universal kepada sesama manusia tanpa memandang perbedaan dan pemisahan jarak yang bersifat primordial dan konvensional.

Pada abad kedua Muhammadiyah menghadapi perkembangan dunia yang semakin kosmopolit. Dalam perspektif kosmopolitanisme yang melahirkan relasi umat manusia yang semakin mendunia, Muhammadiyah sebagai bagian integral dari warga semesta dituntut komitmennya untuk menyebarluaskan gerakan pencerahan bagi terbentuknya wawasan kemanusiaan universal yang menjunjung tinggi perdamaian, toleransi, kemajemukan, kebajikan, keadaban, dan nilai-nilai yang utama. Orientasi gerakan yang kosmopolitan tidak serta merta menjadikan Muhammadiyah kehilangan pijakan yang kokoh dalam ranah keindonesiaan dan lokalitas kebudayaan setempat, serta mencerabut dirinya dari kepribadian Muhammadiyah. 

Para pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan dan komponen organisasi penting memahami dokumen-dokumen resmi seperti tentang Gerakan Pencerahan tersebut sebagai rujukan berpikir dalam menghadapi masalah dan tantangan agar tidak berdasarkan pola pikir individual atau pribadi yang dikedepankan, tetapi pemikiran resmi Muhammadiyah sebagai patokan dan bingkai pemikiran. Apalagi pemikiran dan sikap pribadi kemudian diproyeksikan dan dijadikan patokan dalam membawa Muhammadiyah menghadapi masalah dan tantangan dalam kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta!

Sumber: Majalah SM Edisi 03/2025


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

100 TAHUN MAJELIS TARJIH Saat ini, Majelis Tarjih dapat dikatakan sebagai salah satu majelis yang p....

Suara Muhammadiyah

26 February 2024

Editorial

DILEMA ROHINGYA ANTARA KEMANUSIAAN DAN KEAMANAN Kapal demi kapal yang membawa warga Rohingya telah ....

Suara Muhammadiyah

23 February 2024

Editorial

Sumberdaya Alam untuk Dimanfaatkan Allah memberi anugerah luar biasa kepada manusia dan seluruh mak....

Suara Muhammadiyah

14 June 2024

Editorial

109 TAHUN UJUNG TOMBAK LITERASI BERKEMAJUAN Demokrasi memerlukan rakyat yang pandai. Negara demokra....

Suara Muhammadiyah

9 September 2024

Editorial

Muhammadiyah Korektif-Bijaksana Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Siapa bilang Muhammadiyah tid....

Suara Muhammadiyah

24 January 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah