JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Irwan Akib, M. Pd. menegaskan pentingnya Ikhlas dalam Bermuhammadiyah. Hal ini ia sampaikan pada acara Halal Bihalal 1446 H dan Hari Bermuhammadiyah Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) di Auditorium KH. Ahmad Azhar Basyir, M.A., Gedung Cendikia, Rabu (30/04/2025).
Irwan mengatakan Halal Bihalal merupakan tradisi yang dilakukan setelah Ramadan. Ia mengutip nilai-nilai dari surat Ali Imran, yang menekankan bahwa bulan Ramadan merupakan momentum penguatan derajat kemanusiaan.
Selama Ramadan, umat muslim dilatih untuk menahan lapar dan dahaga. Puasa ini merupakan bentuk empati terhadap mereka yang hidup dalam kekurangan. Selain itu, Ramadan juga menjadi momen untuk memperkuat berbagi melalui infaq.
“Infaq bukan sekadar ibadah finansial, tetapi juga sarana untuk mengurangi kesenjangan sosial dan mempererat solidaritas antarumat,” ujarnya.
Irwan juga menekankan bahwa Ramadan juga menjadi sarana pelatihan emosional. jika nilai-nilai Ramadan tersebut dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka silaturahmi antar sesama akan terjalin dengan lebih harmonis.
Halal Bihalal menjadi ruang untuk saling memaafkan, membersihkan hati dari kebencian, dan membangun kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan bahwa keikhlasan adalah landasan utama dalam bermuhammadiyah. Keikhlasan dimaknai sebagai kebersihan hati dan jiwa dalam beraktivitas, tanpa motif duniawi selain mengharapkan ridha Ilahi.
“Dengan ikhlas, kita dapat mencapai tujuan akhir dalam bermuhammadiyah, yaitu meraih ridha Allah,” ujar Irwan.
Irwan juga menegaskan pentingnya kerja sama dan ketulusan dalam membangun UMJ. Menurutnya, institusi ini tidak akan berkembang jika para civitas akademika tidak bekerja dengan hati yang bersih dan saling mendukung.
“Silaturahmi, saling memaafkan, dan keikhlasan dalam bekerja adalah kunci kemajuan. Jabatan bukanlah yang utama, tetapi amal usaha yang dilakukan dengan tuluslah yang bernilai,” tambahnya.
Pada kesempatan ini juga dilakukan peluncuran logo milad UMJ yang ke 70, penandatanganan PKS FIK UMJ dengan Lembaga Pelatihan Alumni, dan Sharing Session alumni. Selain itu juga terdapat pemeriksaan kesehatan berupa cek tensi dan cek kadar gula darah. Acara ini juga dimeriahkan dengan pembagian ratusan doorprize dan hadiah utama yaitu umroh.
Turut hadir Badan Pembina Harian UMJ Drs. Nandi Rahman, M.Ag., Rektor UMJ Prof. Dr. Ma’mun Murod, M.Si., Jajaran Wakil Rektor, Dekan, Kepala bagian dan civitas academica di lingkungan UMJ.
Integrasi Nilai Islam dan Ilmu Kesehatan
Sementara itu Alumni Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ Ns. Agus Purnama, M.Kep., Sp.KMB. memaparkan integrasi nilai Islam dan ilmu kesehatan dengan pendekatan fisiologis dalam keperawatan.
Agus menjelaskan bahwa dunia kesehatan sangat berkaitan dengan evidence based atau harus berdasarkan bukti. Evidence based yaitu berkaitan mengenai riset-riset terkini yang biasanya menjadi rujukan dalam mengambil sebuah keputusan.
”Kita kadang terbiasa memahami bahwa evidence based utama kita yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Padahal, dalam pembuktian pada ilmu kesehatan juga,” ujarnya.
Agus memberikan contoh mengenai pendekatan holistik yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan atau homeostasis. Ia menerangkan bahwa konsep homeostasis sendiri telah tercantum dalam al-Qur’an yaitu pada surat Al-Infithar ayat 6-7.
Selain itu, Agus juga menjabarkan tentang anatomi tubuh manusia telah diterangkan dalam surat An-Nur ayat 45, surat Al-Mursalat ayat 20 dan surat Al-Mu’minun ayat 13. Ketiga surat tersebut membuktikan bahwa susunan tubuh manusia 60% air.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan anatomi dan fisiologi kulit manusia. Ia menyebutkan bahwa berdasarkan penelitian kulit mengandung sebagian besar reseptor nyeri. Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT tentang kulit dalam surat An-Nisa ayat 56.
Berdasarkan beberapa contoh pemaparannya, Agus memberi kesimpulan bahwa sains tidak membuktikan, tapi menjelaskan.
”Pembuktian sudah selesai di Al-Qur’an dan As-Sunnah, sisa referensi dan hasil riset yang sekarang itu hanya menjelaskan pembuktian yang sudah ada,” ucapnya.
Dalam kesempatan ini juga, Agus menyampaikan keperawatan komplementer, yakni keperawatan yang menggunakan terapi non-konvensional untuk mendukung penyembuhan secara holistik. Pengobatan medis ini memperhatikan aspek fisik, emosional dan spiritual. Dalam hal ini Agus memberikan contoh terapi bekam.
Selanjutnya, Agus menjelaskan konsep bekam juga telah di sebutkan sejak zaman Rasulullah SAW. Sementara saat ini, konsep bekam telah dijelaskan lebih luas mengenai patofisiologi dan patogenesisnya.
Menurut Agus, seluruh penjelasan tersebut sangat penting untuk tenaga kesehatan Muslim. Sebagai seorang tenaga kesehatan harus menjunjung profesionalisme serta berpikir kritis sehingga dengan itu akan menjadi amal ibadah.