BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Gerakan Subuh Mengaji (GSM) 'Aisyiyah Jawa Barat dilaksanakan pada Ahad (17/08) menghadirkan Muhammad Syaltut, Ketua Dakwah dan Pengkajian Agama PP Pemuda Muhammadiyah. Kajian ini mengangkat tema "17 Agustus dalam cahaya Wahyu : Tafsir kemerdekaan & Penguatan Peran Perempuan."
Dalam kajian tersebut, Syaltut menguntip pandangan dari Imam Al-Qurthubi bahwa Kemerdekaan adalah fitrah manusia yang diberikan oleh Allah SWT. Hal ini tertuang dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 70, yang menyatakan bahwa Allah telah memuliakan manusia dan memberikan kemerdekaan kepada mereka dari segala bentuk perbudakan dan penindasan.
"Imam Ibnu Katsir dalam Al Qur'an Allah SWT, Menafsirkan surat Al isra ayat 70 itu bahwa bentuk kemuliaan yang kemudian di anugerah oleh Allah SWT kepada manusia itu mencakup dari kemerdekaan dari segala bentuk perbudakan dan penindasan,"pungkasnya.
Syaltut menambahkan pandangan dari para ulama, kemerdekaan itu mencakup tiga aspek penting, yaitu kemerdekaan dari segala bentuk perbudakan dan penindasan, kebebasan dalam berfikir, serta kemerdekaan sosial.
"Membangun komunikasi sosial seluas-luasnya kepada siapapun tanpa membatasi atau pun di batasi oleh agama atau kesukuan,"ujarnya.
Pada sisi lain, kemerdekaan juga memiliki makna yang setara dengan jihad. Tanpa resolusi jihad dari ulama dan pemuda, perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda dan Jepang akan sulit terwujud.
"Kemerdekaan itu adalah bagian daripada jihad yang mana sudah menjadi salah satu kajian strategis dan ilmu syari'ah,"tuturnya.
Menurut Syaltut, Islam adalah cahaya Wahyu Al Qur'an yang sejak awal telah mendeklarasikan sebagai agama yang anti terhadap penjajahan, senantiasa menggaungkan kemerdekaan serta mengajak kaum muslimin bahkan seluruh umat manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk penindasan. (Nurvi)