Ketika Bencana Terjadi, Hati Diuji
Oleh: Mohammad Fakhrudin
Ketika terjadi bencana, di antara kita ada yang menjadi saksi sebagai sastrawan, ilmuwan, politisi, kiai, tentara, polisi, dokter, perawat, bidan, guru, psikolog, pedagang, pengusaha, pemulung, pemborong, atau yang lain berhati bersih. Ketika terjadi bencana, dengan penuh ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, insan berhati bersih membantu para korban. Bagi insan berhati bersih ketika bencana terjadi, terpanggil nurani.
Di sisi lain, ada orang-orang yang menjadi penjarah, penipu, atau koruptor. Mereka rakus dan tamak, bahkan, lebih rakus dan lebih tamak daripada serigala sebagaimana dijelaskan di dalam hadis berikut ini.
عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
"Dari Ka’ab bin Malik radiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.”
Menjadi apa pun sesungguhnya setiap orang mempunyai kesempatan untuk berbuat kebaikan atau sebaliknya. Memang begitulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengilhamkan kefasikan (kejahatan) dan ketakwaan ke dalam hati manusia sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat asy-Syams (91):8
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ
“Lalu, Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,”
Agar manusia memilih ketakwaan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah naluri, pancaindra, akal, dan agama.
Cerdas Bersikap
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di dalam HR al-Bukhari dan HR Muslim,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).”
Dalam hubungannya dengan ciri-ciri orang yang berhati bersih (baik), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dijelaskan di dalam hadis berikut ini,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ، قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ! فَمَنْ عَلَى أَثَرِهِ؟ قَالَ: الَّذِي يَنْشَأُ الدُّنْيَا وَ يُحِبُّ الْآخِرَةِ. قُلْنَا: مَا نَعْرِفُ هَذَا فِيْنَا إِلَّا رَافِعٌ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ، فَمَنْ عَلَى أَثَرِهِ؟ قَالَ: مُؤْمِنٌ فِي خُلُقٍ حَسَنٍ قُلْنَا: أَمَا هَذِهِ فَإِنَّهَا فِيْنَا.رَوَاهُ الْمُنْذِرِي وَ صَحَحَهُ الْأَلْبَانِي فِي السِلْسِلَةِ
"Dari sahabat Abdullah bin 'Amru dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Setiap (orang) yang hatinya makhmum dan lisan yang jujur.” Mereka berkata, “Lisan yang benar telah kami ketahui, lantas apakah maksud dari hati yang makhmum?” Beliau bersabda, “Hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada dosa, kedurhakaan, keterbelengguan dan kedengkian padanya.” Lalu, kami bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapakah yang mampu menempuh jalan tersebut?" Nabi menjawab, “Orang yang benci dengan dunia dan cinta kepada akhirat.” Kami menimpali, "Kalau yang seperti ini, kami tidak mengetahuinya kecuali sahabat Rafi` Maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah yang mampu mengikuti jejaknya? Nabi menjawab, “Orang mukmin yang berakhlak baik.” kami menimpali, “Adapun yang ini, kami mampu melakukannya.” (HR Mundziri)
Dari hadis tersebut kita ketahui bahwa orang yang berhati makhmum sekurang-kurangnya ditandai dengan (1) hati yang bertakwa dan bersih, (2) tidak ada dosa, (3) tidak ada kedurhakaan, (5) tidak ada keterbelengguan, dan (5) tidak ada kedengkian padanya.
Orang-orang yang memilih perbuatan takwa adalah orang yang berhati bersih. Dalam keadaan bagaimana pun, di mana pun, untuk siapa pun, dan kapan pun mereka merujuk kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Rasul-Nya yang berisi perintah dilaksanakannya dengan penuh ketaatan, sedangkan firman-Nya dan sabda Rasul-Nya yang berisi larangan ditinggalkannya dengan penuh ketundukan juga.
Dengan merujuk kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah kita dapat menyikapi bencana secara proporsional. Kita menggunakan semua hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana telah disebutkan secara utuh.
Bencana bagi Orang Berhati Bersih
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bencana berarti sesuatu yang menyebabkan (menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan, bahaya. Orang yang berhati bersih memahami bencana merujuk kepada Al-Qur’an, misalnya, surat al-Baqarah (2):214,
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya, pertolongan Allah itu dekat.”
Sementara itu, di dalam surat Ali ‘Imran (3):186 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًاۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
“Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. Kamu pun pasti akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”
Dengan merujuk kepada ayat-ayat tersebut, orang-orang yang berhati bersih bersikap sabar dan takwa menerima ujian berupa apa pun (yang membuat duka atau yang membuat suka). Dengan sabar dan takwa mereka berbuat kebaikan. Mereka beriman bahwa bagi orang yang sabar disediakan ampunan, rahmat, dan petunjuk sebagaimana dijelaskan di dalam surat al-Baqarah (2):158
اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
“Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ilmuwan yang berhati bersih dapat mengambil hikmah dari peristiwa apa pun sebagaimana dijelaskan di dalam surat al-Baqarah (2):269,
يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
“Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali ululalbab.”
Bencana bagi Orang Berhati Kotor
Jika ketika terjadi bencana di antara kita ada orang yang memilih berbuat jahat seperti menjarah, korupsi, menipu, atau perbuatan jahat yang lain, berarti orang-orang yang demikian berhati kotor. Mereka mengotori hatinya. Orang-orang yang berhati kotor termasuk ke dalam orang-orang fasik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat al-Baqarah (2):59
فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ لَهُمْ فَاَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رِجْزًا مِّنَ السَّمَاۤءِ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَࣖ
“Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Oleh karena itu, Kami menurunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka selalu berbuat fasik.”
Banjir bandang yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat karena hujan merupakan contoh nyata! Pembalakan hutan secara masif merupakan tindakan yang melanggar larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini berarti bahwa pelakunya mengganti perintah-Nya dengan perintah yang lain!
Oleh karena itu, mereka pasti menerima azab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik di dunia maupun di akhirat. Hal itu dijelaskan di dalam surat as-Sajdah (32):20.
وَاَمَّا الَّذِيْنَ فَسَقُوْا فَمَأْوٰىهُمُ النَّارُ كُلَّمَآ اَرَادُوْٓا اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَآ اُعِيْدُوْا فِيْهَا وَقِيْلَ لَهُمْ ذُوْقُوْا عَذَابَ النَّارِ الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَ
“Adapun orang-orang yang fasik (kafir), tempat kediaman mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, ‘Rasakanlah azab neraka yang dahulu selalu kamu dustakan.”
Selanjutnya, di dalam ayat 21 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”
"Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya, merugilah orang yang mengotorinya." (QS asy-Syams [91]:9 dan 10)


