Oleh: Ziyadul Muttaqin, Sekretaris MTT PDM Batang
إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِناَ. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا دِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ .فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Setiap Muslim diperintahkan untuk beramal. Namun, dalam Islam amal bukan semata-mata tentang banyaknya aktivitas ibadah atau panjangnya daftar kebaikan yang dikerjakan. Amal harus dilandasi dengan keikhlasan, ketundukan kepada Allah dan selalu diiringi harapan agar diterima. Hal ini tercermin dalam kisah agung Nabi Ibrahim dan putranya Ismail saat mereka membangun fondasi Baitullah (Ka’bah), sebagaimana direkam dalam QS. Al-Baqarah ayat 127–128. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ١٢٧ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ١٢٨ ( البقرة/2: 127-128)
(Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (128.) Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah/2:127-128)
Ada beberapa hal yang bisa menjadi refleksi kita sekaligus tadabbur surat Al Baqarah ayat 127-128 ini:
1. Amal Harus Dibarengi Rasa Ikhlas dan Penuh Harap
Nabi Ibrahim dan Ismail tidak hanya bekerja keras secara fisik, tetapi juga memohon agar amal tersebut diterima. Inilah yang harus menjadi orientasi amal seorang muslim, bukan kuantitas tetapi kualitas dan keikhlasan. Setiap pekerjaan, ibadah atau kontribusi sosial harus diniatkan untuk Allah, bukan pujian manusia.
قَالَ الِامَام عَبْدُ اللّهِ بنِ المُبَارَك (ت: 181هـ) : خَصْلَتَانِ حُرِمَهُمَا النَّاسُ: الحِسْبَةُ فِي الكَسْبِ، وَالْحِسْبَةُ فِي النَّفَقَةِ
Imam Ibnu Mubarak berkata : "Ada dua hal yang banyak disia-siakan oleh manusia: mengharap pahala saat bekerja dan mengharap pahala saat memberi nafkah keluarga."
2. Doa Setelah Amal adalah Ciri Hamba yang Tawadhu’
Doa setelah beramal menunjukkan kesadaran akan ketergantungan kita kepada Allah. Kita sering berdoa sebelum beramal, tetapi terkadang lupa berdoa setelahnya. Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa doa setelah amal sangat penting, karena penerimaan amal hanya di tangan Allah, bukan karena usaha atau kehebatan kita. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,
كَانُوْا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ، ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُم
“Dahulu Para salaf selalu berdoa kepada Allah selama enam bulan agar bisa diperjumpakan dengan bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar Allah menerima amalan mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 369).
3. Peduli pada Generasi Penerus
Nabi Ibarahim berusaha mewariskan nilai tauhid kepada anak cucu melalui keteladanan dan pendidikan. Seorang Muslim sejati tak hanya membina diri, tapi juga memohon kebaikan bagi generasinya.
رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu, dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu…” (QS. Al-Baqarah: 128)
4. Meminta Petunjuk dan Taubat
وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا “…tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami.…”
Ibadah yang benar tidak cukup dengan semangat, tetapi harus sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa pun kita, tetap butuh bertaubat. Karena manusia tidak pernah lepas dari kesalahan. Kesadaran bahwa kita bisa salah dalam beramal membuat kita selalu meminta arahan dan pengampunan.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Semoga Allah menerima seluruh amal kita, mengampuni kekurangan kita, dan menjadikan kita serta keturunan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang tunduk dan taat. Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فىِ اْلقُرأنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الاٰيَاتِ وَالذِّكْرَ اْلحَكِيْمِ، وَ تَقَبَّلَ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الَسمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُّبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اُتَّقُوا اللَّهَ، اُتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ.
اَلَّلهُمَ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاِء مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. اَلَّلهُمَ إِنَّانَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنىَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ . رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرَّيَّاتِناَ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَاماً. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ اْلوَهَّابُ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ . رَبَّناَاٰتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى اْلأٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعَزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ، وَاْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
Sumber: Majalah SM Edisi 12/2025