YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pusat Studi Muhammadiyah bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berkolaborasi untuk menyosialisaiskan dan menanamkan pilar karakter siswa hebat menuju Indonesia Emas melalui 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Hal ini sebagaimana terpotret dalam rangkaian seminar di SM Tower Malioboro Yogyakarta, Kamis (9/10).
Direktur Pusat Studi Muhammadiyah Bachtiar Dwi Kurniawan mengapresiasi dengan program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Menurutnya, program yang diinisiasi Kemendikdasmen tersebut sangat baik untuk mendukung pengembangan karakter anak.
“Kami terpanggil untuk bisa bersama-sama bersinergi menyukseskan program pemerintah ini, karena ini program yang sangat baik sekali untuk investasi sumber daya manusia yang menjadikan manusia-manusia Indonesia tidak hanya unggul, tetapi mempunyai kebiasaan yang berkarakter,” katanya.
Gus Bach menekankan, ke depan pihaknya berkomitmen untuk terus menyosialisasikan program Kemendikdasmen ini di sekolah-sekolah Muhammadiyah. “Kita ingin fokus di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sehingga kami lebih mudah untuk berkomunikasi dan mengimplementasikan program ini kepada sekolah Muhammadiyah,” terangnya.
Melalui seminar ini, sambung Gus Bach, akan terus dirumuskan dengan ide-ide dan pengembangan berkelanjutan. Dari sinilah kemudian, disusun agenda yang lebih konkret.
“Bagaimana strategi pemberdayaan, membuatkan pedoman, panduan, modul, dan sebagainya. Tentu mungkin penyeragaman, penilaian, silabus, dan pembuatan konten, sehingga bisa menjadi acuan,” tambahnya.
Secara khusus, Gus Bach memandang, program Kemendikdasmen tersebut sebagai program yang bagus. “Tidak hanya menyasar kognitif, keunggulan intelektual atau akademi saja,” ucapnya. Tetapi, menurutnya, Kemendikdasmen saat ini mulai menyasar karakter dan kebiasaan anak. “Supaya manusia-manusia Indonesia menjadi hebat untuk Indonesia Emas tahun 2045,” sambungnya.
Baginya, membangun Indonesia itu harus utuh dan tidak bisa bersifat parsial. “Selain membangun akal pikiran, juga harus membangun akal budi,” ujarnya. Akal pikiran menyasar pada akademik, sementara akal budi mewujud pada karakter melalui kebiasaan-kebiasaan yang baik.
“Tentu ini merupakan proses membangun Indonesia yang utuh. Tidak hanya akademik, tetapi jiwa, karakter, mental dari anak. Kalau ini bisa sinergis dan komprehensif, saya kira manusia-manusia Indonesia ke depan akan menjadi manusia yang unggul, baik, dan bisa membawa kemajuan bangsa Indonesia,” tandasnya.
Seminar ini dihadiri Arif Jamali Muis, Staf Khusus Mendikdasmen Bidang Pembelajaran dan Sekolah Unggul sebagai keynote speech. Sementara, pemateri antara lain Achmad Muhammad, Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikasmen-PNF) PWM DIY, Muhammad Samsudin, Dosaen Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Shinta (Bunda Cinta), Praktisi Psikologi dan Trainer. (Cris)