YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Lokakarya Green Masjid inisiasi kolaborasi Eco Bhinneka Muhammadiyah 1000Cahaya digelar Rabu (28/5) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Ahmad Dahlan Yogyakarta. Acara yang dihadiri Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais ini mengusung judul “Membangun Sinergi untuk Mewujudkan Masjid yang Ramah bagi Kehidupan dan Kelestarian Alam.”
Dalam keterangannya, Karina Damayanti selaku Panitia Pelaksana melaporkan bahwa sebanyak 14 perwakilan masjid hadir dalam kegiatan tersebut. Para peserta berasal dari Yogyakarta, Jawa Tengah, serta beberapa dari luar wilayah. “Jadi masjid yang kita sasar ini sementara yang ada di Pulau Jawa,” terangnya.
Karina menyebut, Eco Bhinneka Muhammadiyah berkomitmen menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam yang tidak hanya fokus pada ibadah mahdhah, tetapi juga peduli terhadap kehidupan sosial dan kelestarian alam.
“Kita dapat menjadikan masjid sebagai ruang yang tidak hanya menghidupkan ruhani umat, tetapi juga menyelamatkan bumi,” sebutnya.
Menurut Karina, pesan ini sejalan dengan slogan Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah, “Apa pun masalahnya, Masjid adalah solusinya.”
“Slogan ini bukan sekedar ungkapan, tapi merupakan tekad bahwa masjid harus hadir sebagai pusat transformasi sosial, kultural, bahkan ekologis,” jelasnya.
Karina menambahkan, tujuan dari kegiatan ini untuk mengembangkan pemahaman bersama tentang konsep Masjid Ramah Lingkungan meliputi isu koservasi udara, pengelolaan sampah, penghijauan serta energi bersih-penurunan emisi karbon.
“Mendorong sinergi antara LPCRPM dan pegiat masjid di berbagai daerah. Juga merancang program konkrit terkait konservasi udara dan efisiensi energi berbasis masjid,” sambungnya.
Ketua Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) PP Muhammadiyah Budi Setiawan mengatakan, berbicara tentang masjid beririsan dengan Qs at Taubah [9]: 18. Bagi Budi, ayat tersebut tidak hanya dipahami sebagai seruan memakmurkan masjid, tetapi juga menjaga kebersihan masjid.
“Kadang-kadang sebagian dari umat Islam memahami ayat itu cakupannya kurang luas. Di dalam agama Islam soal kebersihan menjadi suatu hal yang utama dan penting,” ujarnya.
Budi menerangkan, dalam bab fikih, kebersihan dikelompokan ke dalam sub-bab Thaharah. “Diajarkan sedemikian rupa,” katanya. Dalam konteks ini, Budi menegaskan, kebersihan harus diletakkan dalam pandangan yang inklusif.
“Kita mencoba memahamkan pengertian kebersihan dengan lebih tertata, sehingga relatif masjid lebih bersih,” jelasnya.
Selain itu, Merujuk Qs at-Taubah [9]: 108, bahwa masjid didirikan berlandaskan unsur takwa. Dan di dalamnya, sambung Budi, terdapat orang-orang yang ingin gemar membersihkan diri. Karena Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri.
“Ketika kita membersihkan diri, maka kemudian lingkungan masjid juga harus bersih. Maka masjid yang bersih dalam artian bersih dari najis dan bersih air juga lingkungannya, nampaknya perlu menjadi perhatian kita bersama,” ungkapnya.
Acara ini menghadirkan narasumber Muhammad Jamalaudin Ahmad, Ketua LPCRPM PP Muhammadiyah, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ali Yusuf, Hening Purwati Parlan, Aktivis lingkungan juga Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, dan Maya Tamimi dari Sustainability Expert. (Cris)