SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kerkulah P. Nyeleker, mahasiswa Program Studi International Program of Government Affairs and Administration (IGOV) UMY angkatan 2022 asal Liberia, berhasil meraih penghargaan Environment and Sustainability Award in Africa pada ajang Asian-African Students’ Conference (AASC) 2025.
Konferensi bergengsi ini diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro di Semarang pada 30 September hingga 2 Oktober 2025 dengan mengusung tema “The Rise of Asia-Africa Spirit: Global South Unites for Global Challenges.”
Kerkulah meraih penghargaan tersebut berkat presentasi makalah penelitiannya berjudul “The CBAM Challenge: Reconciling the European Union Climate Ambition with Sustainable Development in Africa.” Dalam wawancara melalui telepon Selasa (7/10), Kerkulah menjelaskan bahwa penelitiannya berfokus pada dampak kebijakan iklim Uni Eropa terhadap negara-negara berkembang di Afrika.
“Saya memilih topik ini untuk mengkaji bagaimana Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) Uni Eropa memengaruhi tujuan pembangunan berkelanjutan di Afrika. Studi ini unik karena menghubungkan kebijakan iklim, keadilan perdagangan, dan keadilan pembangunan,” ujar Kerkulah.
Ia menyoroti bagaimana ambisi iklim negara-negara Global Utara (negara maju) dapat memengaruhi peluang pertumbuhan di negara-negara Global Selatan (berkembang). Dalam makalahnya, Kerkulah juga mengusulkan kerangka kerja sama kebijakan yang menyeimbangkan antara upaya dekarbonisasi dan pembangunan ekonomi yang berkeadilan.
Penghargaan Environment and Sustainability Award in Africa yang diterimanya menjadi bentuk pengakuan atas kontribusi akademiknya dalam memperkuat diskusi tentang pembangunan berkelanjutan di Global Selatan. “Penghargaan ini mencerminkan pengakuan atas relevansi dan dampak penelitian saya dalam mendorong wacana kebijakan iklim yang lebih adil,” tambahnya.
Konferensi AASC 2025 diikuti oleh lebih dari 100 delegasi dari berbagai universitas di Asia dan Afrika, yang mewakili beragam bidang keilmuan dan perspektif.
Setelah keberhasilannya ini, Kerkulah berencana untuk terus memperluas dampak penelitiannya melalui kolaborasi lintas negara dan forum akademik internasional. “Saya berharap dapat memperdalam keterlibatan dalam jaringan riset global, mendorong kerja sama iklim yang inklusif antara Afrika dan kawasan lain, serta berkontribusi pada kebijakan berbasis bukti untuk pembangunan berkelanjutan,” ungkapnya.
Prestasi Kerkulah tidak hanya mengharumkan nama UMY di kancah internasional, tetapi juga mempertegas peran mahasiswa sebagai agen perubahan global dalam isu-isu lingkungan, keadilan iklim, dan keberlanjutan. (FU)