Memaknai Cinta dalam Bingkai Takwa

Publish

7 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
226
Dok Istimewa

Dok Istimewa

Memaknai Cinta dalam Bingkai Takwa

Oleh Bahrus Surur-Iyunk, Kader Muhammadiyah lulusan Pondok Modern Muhammadiyah Paciran, Penulis Tetap Rubrik Bina Akidah Majalah Suara Muhammadiyah

Islam mengajarkan umatnya untuk saling mencintai dengan penuh ketulusan. Islam juga mendorong umatnya untuk menumbuhkan rasa cinta yang sejati. Yaitu, cinta kepada Allah, yang kemudian memancar menjadi cinta kepada sesama manusia dan seluruh ciptaan-Nya. Mencintai Allah dengan tulus akan melahirkan kasih sayang, kepedulian, dan solidaritas sosial yang kuat. Maka, cinta kepada sesama adalah refleksi dari cinta kepada Tuhan.

Dalam Islam, cinta kepada Allah tidak hanya berhenti pada ritual pribadi. Ia harus diwujudkan dalam bentuk cinta kepada keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan tanah air. Karena itulah, shalat berjamaah lebih besar pahalanya daripada shalat sendirian bukan semata-mata karena jumlah rakaatnya, tetapi karena ada nilai kebersamaan dan persaudaraan di dalamnya. Islam sangat menjunjung tinggi nilai kolektif, kerja sama, dan kasih sayang di antara umat manusia.

Sesama Muslim adalah saudara. Persaudaraan ini bukan sekadar kata-kata, melainkan harus dibuktikan dalam keseharian: dengan saling mengucap salam, saling menjaga, menghargai, dan menghindari prasangka buruk. Sebab, hati yang bersih tidak akan melahirkan kebencian, sekecil apapun.

Cinta kepada istri, suami, anak, dan keluarga pun merupakan bagian dari ibadah, bagian dari wujud takwa dan cinta kepada Allah. Tidak pantas seseorang mengaku bertakwa tetapi masih menyimpan dendam, bersikap sinis, dan bermuka masam kepada orang lain. Rasulullah ﷺ telah memberikan keteladanan yang sempurna. Dalam waktu 23 tahun, beliau berhasil membangun masyarakat Arab yang awalnya keras menjadi umat yang berakhlak mulia. Itu semua terjadi bukan karena perintah semata, tetapi karena Rasulullah sendiri lebih dulu menjalankan apa yang beliau serukan. Keteladanan adalah kunci perubahan.

Dalam konteks bangsa, cinta kepada tanah air juga bagian dari iman. Maka, dalam situasi Indonesia yang masih penuh tantangan seperti praktik korupsi dan ketidakadilan, mencintai negeri ini berarti menjaga dan tidak menyakitinya. Korupsi, kolusi, dan perusakan alam adalah bentuk pengkhianatan terhadap cinta tanah air. Indonesia adalah sajadah tempat kita bersujud dan beribadah. Maka, jangan kotori sajadah ini dengan perilaku yang merusak.

Cinta yang dibingkai dengan takwa adalah cinta yang suci, yang mendorong setiap individu menjadi lebih baik bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, dan negerinya. Inilah cinta yang tidak sekadar emosi, tetapi menjadi jalan menuju keridhaan Allah. Wallahu a’lamu .


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Hadlarah

Mengapa Allah berbicara sebagai Orang Ketiga dalam Al-Qur`an?  Donny Syofyan, Dosen Fakul....

Suara Muhammadiyah

24 January 2024

Hadlarah

Oleh: Muhsin Hariyanto Dosen Tetap Program Studi Ekonomi Syari’ah, Fakultas Agama Islam, Univ....

Suara Muhammadiyah

15 February 2024

Hadlarah

Oleh: Ali Trigiyatno Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Batang Ketika kuliah dulu, penulis dapat c....

Suara Muhammadiyah

11 January 2024

Hadlarah

Syu’aib Musthofa (92) adalah salah satu penasihat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, D....

Suara Muhammadiyah

18 October 2023

Hadlarah

Kepastian Waktu dalam 25 Tahun Judul               : 25 Tahun Ka....

Suara Muhammadiyah

6 May 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah