YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Jamaluddin Ahmad menyebut, bantalan vital Muhammadiyah terletak di akarnya. Akar itu, sebut Jamal, ada di level ranting, cabang, dan masjid.
“Pusatnya Muhammadiyah memang di PP Muhammadiyah. Namun sebagai suatu gerakan Islam, maka pusatnya Muhammadiyah yang sesungguhnya adalah di cabang ranting dan masjid,” katanya saat memberikan materi Lokakarya Green Masjid inisiasi kolaborasi Eco Bhinneka Muhammadiyah dengan 1000Cahaya, Rabu (28/5) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Jamal menggarisbawahi, jika ketiga variabel tersebut tidak hidup dan aktif, maka Muhammadiyah sebagai gerakan sesungguhnya telah mati. “Meskipun gedungnya PP, PWM, dan PDM masih hidup dan aktif,” sebutnya.
Oleh karena itu, di bawah kepemimpinannya, LPCRPM membuat program masjid percontohan. Dibentangkan Jamal, saat ini LPCRPM telah bekerja sama dengan Lazismu membuat Masjid Berdaya, dengan Lembaga Risiliensi Bencana (LRB) berupa Masjid Tangguh Bencana, dan dengan Eco Bhinneka akan membuat program Green Masjid.
“Itu semua nanti dikumpulkan menjadi masjid-masjid percontohan. Dan sekarang ini upaya kita agar di masjid percontohan nanti bisa memenuhi kriteria sebagai green masjid,” ujarnya.
Jamal mengingatkan pesan Yunus Anis Ketua PP Muhammadiyah periode 1959-1962. Bahwa gambaran ranting itu salah satunya memiliki masjid dan mushala yang besar lagi bersih.
“Bersih dalam konteks sekarang biasa, tapi itu sudah disebut tahun 1928. Bisa dibayangkan betapa maju pikirannya Yunus Anis. Waktu itu masih muda, belum menjadi jenderal beliau, sebelumnya jadi pejuang, tentara, dan satu-satunya Ketua Muhammadiyah yang jenderal. Ahli administrasi, strategi, berpikiran maju, termasuk menyebut masjid yang besar lagi bersih,” urainya.
Bahkan, dalam Pedoman PP Muhammadiyah Nomor 2/PED/I.0/B/2024 tentang Masjid dan Mushala Muhammadiyah dibentangkan, masjid dan mushala diselenggarakan dengan pelbagai prinsip, salah satunya kepedulian dan keseimbangan. “Itu bisa dipahami bahwa mencakup salah satunya masalah masjid ramah lingkungan,” terangnya.
Ditambahkan bahwa pengelolaan masjid dan mushala berbasis pada wawasan kearifan lokal dan lingkungan hidup. Juga harus memadai untuk melaksanakan program dan kegiatan ibadah, dakwah, pendidikan, pelatihan, kesehatan, serta pelayanan dan pemberdayaan yang berkemajuan dan berkelanjutan.
“Itu jelas disebut. Ini wajib dilakukan karena ada peraturan dari Muhammadiyah. Seluruh masjid dan mushala harus memperhatikan itu. Di pedoman saja sudah memerintahkan masjid mushala ramah lingkungan,” tegasnya.
Dan, dalam hasil Rakernas LPCRPM PP Muhammadiyah disebutkan, kriteria masjid mushala dikategorisasikan unggul itu kalau ramah lingkungan (fisik dan sosial). “Ini merupakan turunan dari kredo masjid makmur dan memakmurkan,” pungkasnya. (Cris)