Mendongkrak Kemajuan Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
76
Haedar Nashir

Haedar Nashir

Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, MSi

Alhamdulillah Muhammadiyah memperoleh kepercayaan publik dengan citra baik dan terbaik 91% (Kompas, 18/11/2024). Masyarakat luas juga banyak mengapresiasi usaha-usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan dakwah kemasyarakatan. Mereka yang tidak ada hubungan dengan Muhammadiyah bahkan bangga dengan Muhammadiyah.

Namun dengan tetap bersyukur dan berterimakasih atas segala nilai positif di ruang publik itu, para penggerak dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh komponen organisasi tetap harus berikhtiar keras untuk semakin memajukan gerakan Muhammadiyah agar kian berkualitas dan mencapai keunggulan di berbagai bidang kehidupan. Sebab persaingan, masalah, dan tantangan yang dihadapi Muhamadiyah semakin kompleks. 

Karenanya jangan hanya melihat persoalan-persoalan  bangsa  terus menerus bila tanpa disertai dengan usaha-usaha optimal dalam memajukan gerakan Muhammadiyah. Sikap kritis dan orientasi politik pun mesti diletakkan dalam posisi Muhammadiyah sebagai gerakan “keagamaan dan kemasyarakatan” secara moderat sebagaimana Kepribadian Muhammadiyah. Bukan sikap partisan yang melibatkan diri pada  pro-kontra politik yang tidak berkesudahan, seakan Muhammadiyah gerakan politik atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Seluruh pimpinan mesti berbuat nyata dalam memajukan Muhammadiyah secara optimal agar berdampak positif dalam memperbaiki kehidupan umat dan bangsa. 

Problem Internal

Muhammadiyah masih memikiki pekerjaan rumah yang berat. Sejumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah memang berkategori unggul, tetapi sekitar 60 prosen masih menengah ke bawah. Amal usaha kesehatan juga masih banyak yang menengah bawah. Lembaga pendidikan dasar dan menengah memiliki masalah yang sama, sebagaimana amal usaha lainnya. Berapa prosen dari sekitar 22 ribu TK ABA yang berkualitas baik, bahkan belum ada yang berkualitas internasional. Amal usaha sosial tidak jauh berbeda,  yang memerlukan reformasi secara menyeluruh.

Amal usaha ekonomi baru perintisan. Sebagian bertumbuh dengan baik, namun amal usaha yang satu ini memerlukan berbagai jenis usaha dan bisnis yang berskala menengah ke atas. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) belum meluas dan merata, sehingga belum menjadi andalan secara tersistem. Apalagi bisnis berskala besar, baru memulai bergerak di usaha tambang saja banyak kontroversi dan hambatan, karena pola pikir pimpinan dan anggota yang masih dogmatis dan serba anti. Pengembangan usaha ekonomi tidak akan maju jika tidak disertai perubahan pola pikir ke arah positif dan konstruktif baik dalam pemikiran keagamaan maupun organisasi. Apalagi jika masih ada yang anti kerjasama dan menegasikan segala hal yang bersifat duniawi, sehingga Muhammadiyah tidak akan menjadi kekuatan yang besar dan mandiri secara ekonomi. Padahal kalau ekonomi Muhammadiyah dan umat Islam lemah, maka sampai kapanpun tidak akan mandiri dan menjadi organisasi yang kuat.

Usaha pembinaan Cabang dan Ranting maupun Masjid-Mushala Muhammadiyah  terus diintensifkan oleh Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Masjid. Persoalan klasik masih terdapat masjid-mushala yang tidak terkelola dengan baik, sehingga dikelola orang lain yang tidak sejalan dengan Muhammadiyah. Sementara umat dan warga di akar-rumput tidak tersantuni dengan lekat, sehingga mereka merasa tidak menjadi bagian dari Muhammadiyah. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) dan Dakwah Komunitas tidak atau belum mengakar di basis massa umat dan warga. Pengajian-pengajian dan tabligh di basis umat dan warga meniscayakan pembaruan sesuai dengan situasi dan perkembangan setempat. Akibat lebih jauh, Muhammadiyah tidak atau kurang memiliki kekuatan di basis akar rumput.

Apalagi di sebagian lingkungan Muhammadiyah dijumpai konflik dalam mengelola organisasi dan amal usaha, yang mempengaruhi laju gerakan. Sementara itu, masih dijumpai pimpinan persyarikatan di tingkatan wilayah, daerah, cabang, dan ranting maupun amal usaha yang memiliki keterbatasan dalam bergerak karena kondisinya serba minimal seperti dalam keuangan, sumberdaya manusia, akses, dan lainnya sehingga organisasi tidak berkembang sebagaimana harapan. Kondisi Muhammadiyah yang serba terbatas tidak akan kuat peranannya ke dalam maupun keluar, karena keadaannya masih berada dalam posisi “yadus sufla” (tangan di bawah) dan bukan “yadul ulya” (tangan di atas) di tengah semangat berlebihan untuk selalu kritik sana dan sini.

Etos Baru 

Berbagai masalah internal tersebut memerlukan solusi dengan pentingnya mengerahkan segala kemampuan untuk mendongkrak kualitas dan perluasan gerakan secara lebih tersistem. Hal itu jika Muhammadiyah ingin lebih dinamis dan progresif menjadi Muhammadiyah yang “Unggul Berkemajuan” sebagaimana amanat Muktamar di Surakarta tahun 2022. Apalagi di kanan dan kiri Muhammadiyah banyak pesaing baru di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan dakwah keagamaan yang lebih baik sekaligus perkembangan kehidupan di ranah lokal, nasional, dan global yang semakin kompleks. Jika Muhamadiyah bergerak biasa saja atau apa adanya, maka Muhammadiyah akan seperti laju kereta yang ketinggalan. 

Memajukan Muhammadiyah (amar makruf) di tengah berbagai masalah, kendala, dan tantangan sungguh tidak mudah. Apalagi membangun pusat-pusat keunggulan yang akan membuat Muhammadiyah menjadi “yadul ulya”. Membangun kantor atau gedung Pimpinan Persyarikatan di satu tingkatan atau gedung amal usaha yang kecil saja yang bernilai ratusan juta hingga miliaran rupiah sungguh tidak mudah, padahal sekadar bangunan fisik. Apalagi untuk mengembangkan kualitas gerakan Muhammadiyah, termasuk kaderisasi dan aspek gerakan lainnya sangatlah berat. 

Karenanya siapa bilang amar makruf itu lebih mudah sebagaimana opini pada sebagian orang di tubuh Muhammadiyah. Sementara untuk menjalin hubungan ke luar, baik dengan pemerintah maupun lembaga lain, baik untuk komunikasi dan akses maupun menjalin kerjasama, sama tidak mudah. Dalam hal dana pun, baik memobilisasi dari internal warga maupun dari pihak luar lewat kerjamasama apalagi bantuan, tidaklah mudah. Apakah ada pihak yang selama ini suka bersuara kritis ke luar atasnama nahyu munkar mau dan sanggup memobilisasi komunikasi, akses, dana, sumberdaya manusia, dan aspek penting lainnya dalam memajukan Muhammadiyah? Apakah bisa membangun pusat-pusat keunggulan dengan langkah nyata demi marwah dan kemandirian Muhamamdiyah yang selalu digelorakah?

Sekadar bersuara kritis itu malah mudah daripada berbuat nyata untuk hal-hal penting bagi kemajuan organisasi karena “berkata itu biasanya lebih mudah daripada berbuat nyata”. Bahkan dalam orientasi yang positif saja, tidak sedikit orang memiliki banyak ide atau usul dalam Muhammadiyah, tetapi ketika dituntut untuk bagaimana caranya merumuskan dan apalagi mewujudkan ide baik dalam kenyataan tersebut sungguh tidaklah mudah. Ide mengorganisasi iuran anggota dan mengumpulkan dana abadi saja sampai sekarang berjalan lambat. Lain di teori dan pernyataan, berbeda pula dalam praktik dan kenyataan.

Dengan demikian penting mambangun atau mengembangkan etos baru gerakan di tubuh persyarikatan Muhammadiyah bersama seluruh komponennya agar tidak menggampangkan urusan organisasi dalam membawa kapal besar gerakan yang bernama Muhammadiyah ini secara serius, seksama, seimbang, dan penuh perhitungan disertai pemikiran dan langkah nyata yang sungguh-sungguh membawa pada kemajuan gerakan di berbagai aspek. Agar Muhammadiyah makin unggul-berkemajuan sebagai gerakan Islam yang membawa misi besar dakwah dan tajdid di tengah dunia yang makin kompleks.

Etos baru gerakan berupa semangat bergerak yang lebih dinamis dan progresif dari para pimpinan dalam menyelesaikan masalah, menghadapi situasi, memobilisasi potensi, membuka akses, menjalin kolaborasi, dan  mengagendakan perubahan ke arah perubahan yang signifikan. Secara fokus termasuk membangun pusat-pusat keunggulan (center of excellence) yang akan membawa Muhammadiyah mampu “berfastabiqul khairat” dan mengembangkan kebesaran dirinya sebagai organisasi Islam moderan  yang terdepan di berbagai bidang kehidupan. Etos baru yang lebih mengedapankan gerak “lil-muwajjahah” ketimbang “lil-mua’aradlah” sebagaimana garis resmi Muhammadiyah.

Etos kemajuan tersebut harus dimulai dan kuncinya tergantung pada para pimpinan persyarikatan di seluruh tingkatan dan komponen organisasi, termasuk kepemimpinan organisasi otonom di amal usaha. Agar para pimpinan Muhammadiyah betul-betul memperhatikan kondisi internal organisasi dalam berbagai aspeknya. Para pimpinan tidak menghabiskan perhatian pada masalah-masalah eksternal dengan melupakan situasi internal yang sejatinya banyak urusan besar dan krusial yang harus diurus layaknya para pemimpin Islam berkemajuan. Makna “quu anfusakum wa ahlikum nara” (QS At-Tahrim: 6) harus difungsikan, sebelum mengurus dunia luar maka uruslah diri, rumahtangga, dan organisasi sendiri.

Para pimpinan di seluruh lingkungan persyarikatan juga jangan terbuai dengan aktivitas rutin dan bepergian ke dalam dan luar negeri yang tidak berdampak signifikan dalam memajukan gerakan. Mobilitas internal dan eksternal itu mesti seperlunya dan jangan memghabiskan waktu dengan mobilitas rutin yang sejatinya tidak peoduktif. Para pimpinan jangan menganggap uang organisasi dan peluang itu serbamudah tanpa berpikir bagaimana memajukan organisasi menuju keunggulan yang meniscayakan peran dan kerja-kerja produktif yang membumi. Jika ingin mengurus bangsa dan dunia maka sukseskan dulu urusan organisasi sendiri agar tidak besar pasak daripada tiang. Jadilah para pemimpin beretos tinggi pergerakan. Menjadi “pemimpin kemajuan Islam” kata Kyai Ahmad Dahlan!

Sumber: Majalah SM Edisi 04/2025


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

REFORMASI KADERISASI MUHAMMADIYAH Krisis Kader dapat dikatakan sebagai pembahasan yang paling serin....

Suara Muhammadiyah

23 November 2023

Editorial

PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI HALAL Masih ingat dengan SGIE? Istilah SGIE sempat ramai dibicarakan....

Suara Muhammadiyah

9 April 2024

Editorial

Rekonstruksi Perjuangan Islam Indonesia Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si Indonesia sering disebu....

Suara Muhammadiyah

15 February 2025

Editorial

Banyak Agenda Muhammadiyah Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Muhammadiyah sungguh besar dan memi....

Suara Muhammadiyah

29 February 2024

Editorial

Pengaruh Ideologi Kiri LSM Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Muhammadiyah maupun umat dan bangsa....

Suara Muhammadiyah

14 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah