MENEGUHKAN KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
2383
Foto Istimewa

Foto Istimewa

MENEGUHKAN KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

Pengalaman dan kiprah kesejarahan Muhammadiyah semakin membentuk gerakan Islam ini dalam corak perjuangannya yang khas sebagai gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang moderat. Pilihan Muhammadiyah sebagai gerakan keagamaan dan kemasyarakatan (sosial) ini bukanlah pilihan yang tanpa godaan. Pilihan ini berulang kali digoda untuk ditinggalkan. Bahkan sejak pada masa Kiai Dahlan masih memimpin Persyarikatan ini, godaan itu sudah pernah datang menyapa. Tapi, Muhammadiyah tetap kukuh pada pilihannya sebagai gerakan keagamaan dan kemasyarakatan.

Di tahun 1918 (ada juga yang menyebut 1921), di salah satu forum permusyawaratan Muhammadiyah, Agus Salim berusaha meyakinkan Kiai Dahlan dan peserta sidang yang lain agar Muhammadiyah mengubah orientasi gerakannya menjadi gerakan politik. Meniru Sarekat Islam yang telah menjadi partai politik. Dikisahkan, gagasan dan retorika Agus Salim itu hampir bisa memengaruhi mayoritas peserta sidang. Apalagi, saat itu SI sedang moncer-moncernya dan menjadi role-model bagi gerakan modern yang menarik massa rakyat.

Namun, Kiai Dahlan menolak gagasan itu. Dengan jawaban retoris, “Apakah Islam itu?”, serta “Bagaimana Muhammadiyah mewujudkan Islam?”. “Apakah yang kita lakukan ini, untuk apa dan mengapa? Kiai Dahlan mematahkan seluruh bangunan argumen Agus Salim. Menurut Sang Pencerah, Islam itu lebih luas ketimbang politik. Muhammadiyah harus tetap pada jalurnya sebagai gerakan Islam yang luas, yang tidak memainkan peran politik praktis. Inilah pilihan sadar Muhammadiyah yang diletakkan pendirinya, Kiai Dahlan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menyebarluaskan dan memajukan Islam yang berwatak kemasyarakatan, bukan gerakan politik.

Godaan berikutnya terjadi di tahun awal 1930- an. Ketika banyak tokoh di berbagai daerah tergoda untuk ikut pemilihan volksraad (parlemen/perwakilan rakyat). Suasana dan keadaan Muhammadiyah kala itu dapat dibaca di Tajuk Utama Majalah Suara Muhammadiyah nomor 26, 29 Januari 1931 halaman 593-597 yang ditulis oleh S Tjitrosoebono (Pemred Suara Muhammadiyah kala itu).

Selengkapnya dapat membeli Majalah Suara Muhammadiyah digital di sini Majalah SM Digital Edisi 10/2024


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

REFORMASI KADERISASI MUHAMMADIYAH Krisis Kader dapat dikatakan sebagai pembahasan yang paling serin....

Suara Muhammadiyah

23 November 2023

Editorial

MASJID, KAFE, DAN ANAK MUDA Pertanyaan yang agak menghenyakkan itu dilontarkan oleh Prof Irwan Akib....

Suara Muhammadiyah

19 April 2025

Editorial

Elite Politik Negarawan Awal Oktober 2024 merupakan momentum baru pelantikan anggota MPR, DPR, dan ....

Suara Muhammadiyah

10 September 2025

Editorial

CERITA DARI KUPANG “Prasasti ini perlu ada. Besok beberapa puluh tahun yang yang akan datang,....

Suara Muhammadiyah

18 February 2025

Editorial

Ideologi Islam Berkemajuan Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Muhammadiyah melekat dengan dan men....

Suara Muhammadiyah

16 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah