Mentransformasikan Tafsir Al-Qur'an

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
265
Konferensi Mufasir Muhammadiyah 3 di Kulonprogo Yogyakarta (27/8)

Konferensi Mufasir Muhammadiyah 3 di Kulonprogo Yogyakarta (27/8)

KULONPROGO, Suara Muhammadiyah - Menteri Agama RI Nazaruddin Umar memenuhi undangan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pemateri dalam acara Konferensi Mufasir Muhammadiyah ke-3 yang bertempat di ballroom Hotel Novotel Yogyakarta Internasional Airport Kulonprogo pada Kamis siang (27/8). 

Dengan mengusung tema "Metodologi Tafsir Al-Qur'an yang Transformatif" ia mengawali paparannya dengan melontarkan sebuah pertanyaan, "apa itu Al-Qur'an?"

Menurut bahasa, Al-Qur'an berarti himpunan. Sebagaimana sebuah bangunan, ia menghimpun banyak hal seperti batu bata, semen, besi, dan lain sebagainya. Dalam pengertian ini, manusia dan alam raya sejatinya juga dapat disebut Al-Qur'an.

Meski menghimpun banyak hal, tak banyak orang yang mampu memaknai Al-Qur'an secara kontekstual dan relevan. Nazaruddin pun menyayangkan bahwa, dalam memahami Al-Qur'an, masih banyak kalangan dari umat Islam yang memaknainya secara tekstual. Al-Qur'an dipahami dengan cara yang kaku sehingga tak memberikan celah sedikitpun bagi penafsiran alternatif. Menurutnya, hal inilah yang menyebabkan umat Islam sulit keluar dari kungkuman kejumudan.

"Kelemahan umat kita hari ini adalah sangat paham masalah fikih, tapi tidak paham usul fikih. Mereka ibarat memanjat sebuah pohon, tapi berpegang pada ranting yang rapuh ketimbang batangnya yang kokoh," tegasnya mencontohkan.

Disinilah sejatinya letak pentingnya mengajarkan Al-Qur'an yang tidak hanya sebagai kitabullah, tapi juga sebagai kalamullah. Pengertian kalamullah tidak sama dengan kitabullah. Kalamullah memiliki makna lebih spesifik dan mendalam jika dibandingkan kitabullah. Jika kitabullah datang sebagai putunjuk bagi seluruh umat manusia, kalamullah hadir sebagai pencerahan bagi orang-orang yang bertakwa. Kalau kitabullah diturunkan kepada para nabi, kalamullah diturunkan khusus kepada Nabi Muhammad Saw. Oleh sebab itu, untuk bisa memaknai Al-Qur'an sebagai kalamullah, diperlukan sebuah tafsir Al-Qur'an yang transformatif.

Terkait dengan bagaimana mentransformasikan tafsir Al-Qur'an, Nazaruddin memiliki opsi alternatif. Ia melihat bahwa selama ini tafsir Al-Qur'an lebih banyak mengedepankan sifat maskulinitas Tuhan. Sedangkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an lebih memuat tentang sifat-sifat feminim Tuhan. Oleh sebab itu menurutnya sudah saatnya para mufasir Muhammadiyah lebih memfokuskan diri pada sifat feminim Tuhan yang masih sangat jarang disoroti para mufasir.

"Kita perlu pemikiran besar. Mubaligh dan mufasir kita selama ini kurang bisa memahami segitiga antara teologis, logos, dan etos," paparnya. (diko)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BATAM, Suara Muhammadiyah – Peran program Internasionalisasi Universitas Muhammadiyah Riau (Um....

Suara Muhammadiyah

8 February 2025

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memulai groundbreaking Kampus II U....

Suara Muhammadiyah

6 January 2024

Berita

BARITOKUALA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Marabahan  Barito Kuala se....

Suara Muhammadiyah

18 February 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Angkatan Muda Muhammadiyah Gondomanan Kota Yogyakarta (AMM Go....

Suara Muhammadiyah

8 April 2024

Berita

CIREBON, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Cirebon ....

Suara Muhammadiyah

22 October 2023