Pancasila, Fajar di Langit Nusantara

Publish

3 June 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
49
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Oleh: Agus setiyono, Aktivis Persyarikatan Muhammadiyah dan pegiat dahwah online, Jambi

“Negara Indonesia bukanlah milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.”
— Soekarno

Tatkala fajar menyingsing pada tanggal 1 Juni 1945, tidak hanya matahari yang terbit di ufuk timur. Di ruang sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), sebuah cahaya peradaban memancar dari suara Sukarno yang menggelegar, bukan sebagai pidato biasa, tetapi sebagai titisan roh zaman. Pancasila, nama itu kemudian menjelma sebagai jiwa bangsa, sebagai nadi yang menghidupkan tanah air bernama Indonesia.

Pancasila bukan sekadar dasar negara—ia adalah napas kebangsaan, getar nurani kolektif, dan denyut harapan yang tak pernah padam. Ia lahir dari jerit sejarah, dari luka-luka kolonialisme, dari tekad untuk menyatukan beragam wajah Nusantara dalam satu rumah kebangsaan.

Filsafat yang Hidup dalam Lima Sila

Pancasila bukan teori beku yang terkurung dalam buku hukum, melainkan kebijaksanaan hidup yang terus bertumbuh. Ia menyentuh langit filsafat dan menjejak bumi realitas. Lima silanya bukan urutan angka—mereka adalah tangga menuju martabat kemanusiaan dan keadilan semesta.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa bukan sekadar pengakuan atas Tuhan, tetapi adalah penghormatan atas spiritualitas yang tak seragam. Seperti kata Buya Hamka, “Ketuhanan dalam Pancasila adalah Ketuhanan yang menebar rahmat, bukan yang menebar laknat.”

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah gema dari nilai universal yang melintasi sekat-sekat geografis. Seperti diungkapkan oleh Tan Malaka, “Kemanusiaan yang tidak memperjuangkan keadilan adalah kemunafikan.”

3. Persatuan Indonesia bukan seruan kosong, tapi ikrar yang mengandung tangis, darah, dan cinta. Persatuan dalam keberagaman, seperti mozaik indah yang tidak pernah memaksa warna menjadi seragam.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan mengajarkan bahwa kekuasaan harus disemayamkan dalam kebijaksanaan kolektif, bukan dalam suara mayoritas yang membungkam minoritas. Bung Hatta pernah menulis, “Demokrasi tidak cukup hanya dengan suara terbanyak, tapi juga suara keadilan.”

5.Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah tujuan luhur yang tidak boleh dilupakan, sebab di situlah titik temu antara idealisme dan realitas. Seperti yang pernah dikatakan oleh Gus Dur, “Negara harus hadir di tengah mereka yang tak mampu bersuara.”

Pancasila Sebagai Jiwa yang Terus Tumbuh

Pancasila bukanlah patung yang diam, melainkan pohon yang terus tumbuh, menyesap air zaman, menjulang ke langit modernitas tanpa tercerabut dari akar tradisi. Ia lahir dalam konteks kolonialisme, tetapi ia tumbuh dalam zaman digital. Dan dalam setiap zaman, ia menuntut kita untuk menafsirkan ulang maknanya dengan nurani dan kebijaksanaan.

Hari Lahir Pancasila bukan sekadar peringatan. Ia adalah pengingat bahwa kita bukan sekumpulan individu yang kebetulan tinggal bersama. Kita adalah bangsa yang dipersatukan oleh cita-cita, oleh nilai, oleh sejarah penderitaan dan harapan yang sama.

Hari ini, ketika tantangan bangsa bukan lagi hanya penjajahan fisik, tapi juga penjajahan pikiran dan perpecahan identitas, Pancasila hadir sebagai pelita yang menuntun kita agar tidak tersesat dalam kebisingan zaman.

Kita diajak tidak hanya menghafal sila-sila itu, tetapi menghidupkannya: dalam cara kita berdoa, dalam cara kita berbicara, dalam cara kita memperlakukan sesama, dalam cara kita bersuara atas ketidakadilan. Mari, dalam diam yang khusyuk dan dalam gema perjuangan, kita rayakan kelahirannya bukan hanya dengan upacara, tapi dengan tindakan. Sebab Pancasila hidup, selama kita rela menghidupkannya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Pengajian yang Menyenangkan dan Mengenyangkan Oleh: Rahmat Siswoko, Aktifis Muhammadiyah Mayong Jep....

Suara Muhammadiyah

30 July 2024

Wawasan

Dampak Kurikulum Merdeka Belajar Bagi Siswa Oleh Wiguna Yuniarsih, Pendidik dan Wakil Kepala SMK Mu....

Suara Muhammadiyah

8 March 2024

Wawasan

Ujian Idul Fitri: Mencari Makna dalam Perayaan Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univ....

Suara Muhammadiyah

30 March 2025

Wawasan

Pemikiran Revitalisasi Ajaran Islam Oleh: Dr. Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. H....

Suara Muhammadiyah

5 June 2024

Wawasan

Anak Saleh (23) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

26 December 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah