JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto menekankan, Muhammadiyah dalam kiprahnya mengarusutamakan membangun peradaban yang unggul dan utama. Hal ini disampaikan saat membuka Pengajian PP Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (10/10).
“Tidak mentargetkan seberapa banyak kader-kader yang nanti bisa masuk berdiaspora dalam pemerintahan, tapi bagaimana kita membangun suatu peradaban yang unggul, peradaban utama,” jelasnya.
Dalam proses membangun peradaban, harus berbasiskan pada al qiyam al asasiyah (fondasi dasar). Menurut Imam asy-Syathibi, fondasi dasar bagi peradaban manusia ada tujuh hal. Pertama, nilai-nilai tauhid. Nilai tauhid sekarang ini yang paling sulit dijadikan pegangan yaitu menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya (Qs al-Jatsiyah ayat 23).
“Itu yang paling berat saat ini. Sehingga karenanya, kemusyrikan, churafat, atau tahayul, itu TBC masa lalu. Tapi TBC sekarang, kemusyarikan saat ini mempertuhankan hawa nafsu. Seseorang yang mempertuhankan hawa nafsunya, dia akan mengedepankan egonya, dibandingkan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah SwT),” terangnya.
Kedua, nilai-nilai keadilan. Dalam Al-Qur’an disebutkan, i'dilụ, huwa aqrabu lit-taqwā, adil itu lebih dekat kepada takwa (Qs al-Maidah ayat 8). Keadilan itu sifatnya universal, yakni adil dalam ekonomi, hukum, dan sosial. “Keadilan di Indonesia masih jauh panggang dari api. Ini sesuatu hal yang tidak mudah untuk kita realisasikan. Karena luar biasa ketimpangan-ketimpangan yang ada,” tegasnya.
Ketiga, berdasarkan pada kesamaan dan kesetaraan. Agung menyebut, dalam penciptaan manusia, tidak ada perbedaan yang mendasar. “Semuanya sama dan setara. Sesuatu yang revolusioner dalam Islam memberikan kesetaraan untuk seluruh umat manusia,” tuturnya.
Keempat, kebebasan dan tanggung jawab. Menurut Agung, dalam beragama ada kebebasaan. “Tapi ingat, sudah jelas antara yang haq dan yang bathil,” sambungnya. Kebebasan di sini meniscayakan adanya tanggung jawab. “Masing-masing memiliki konsekuensi. Masing-masing memiliki akibat. Masing-masing memiliki dampak,” tekannya.
Kelima, al-khayr dan maslahat. Agung menerangkan, bahwa semua hal di kehidupan ini harus mampu mencegah dan menghilangkan kemungkaran. “Harus dicegah dan harus dihilangkan,” sambungnya.
Keenam, rahmah (kasih sayang). Menurut Agung, fondasi kemanusiaan harus berlandaskan pada elan kasih sayang. “Kasih sayang itu melampaui dari perbedaan warna kulit, suku, strata sosial, dan sebagainya,” sebutnya. Ketujuh, kebijaksanaan. Merupakan hal penting yang harus dimiliki dalam membangun peradaban.
“Al qiyam al asasiyah menurut Imam asy-Syathibi yang harus jadi dalam fondasi dalam kehidupan ketika kita akan membangun peradaban umat manusia yang utama,” ujarnya.
Di situlah korelasinya dengan peran pemuda Indonesia, khususnya pemuda Muhammadiyah. “Apa yang harus dilakukan oleh para pemuda dalam rangka membangun Indonesia berkemajuan,” terangnya. Indonesia berkemajuan, lanjut Agung, merupakan Indonesia yang berkeadaban. “Indonesia yang berkeadaban mulia, utama, sesuai dengan yang dipahami oleh Persyarikatan Muhammadiyah,” tandasnya. (Cris)