Persagi #2, Kebersihan Syarat Pokok Ibadah

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
542
Persagi #2

Persagi #2

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Muhammadiyah sendiri sejatinya sudah sejak lama memiliki pedoman tentang thaharah yang saat ini sedang direvitalisasi dan diketik ulang.

Pengajian Rutin Sabtu Pagi edisi kedua mengangkat tema penting tentang thaharah atau bersuci. Untuk masuk dalam pembahasan yang lebih komprehensif, muncul sebuah pertanyaan terkait mengapa di banyak kitab-kitab fikih selalu diawali dengan bab bersuci atau thaharah.

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Qaem Aulassyahied menjelaskan bahwa Allah itu berhak untuk diibadahi, dan ibadah yang paling agung adalah sholat. Sehingga syarat utama untuk menunaikan sholat adalah bersuci.

"Bersuci itu sangat penting. Kalau tidak bersuci maka ibadah yang dilakukan tidak sah. Maka bab ini diletakkan di awal," ujarnya.

"Kebersihan itu bagian daripada keimanan," tambahnya.

Qaem menegaskan, bersuci hanya berlaku pada sesuatu yang di dalamnya bernilai ibadah kepada Allah. "Kita disebut melakukan thaharah jika diniatkan untuk beribadah kepada Allah," tegasnya.

Thaharah memiliki dua bentuk, yakni membersihkan najis dan membersihkan hadas. Hal ini sejalan dengan pernyataan ulama besar Yusuf Al-Qordhowi yang menyebutkan bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang memiliki konsep bersuci yang sangat lengkap.

"Dari pengertian ini, kita bisa memilihat bahwa orang beriman sejatinya memiliki dua status. Pertama, orang yang suci dan tidak suci," ucapnya.

Ia pun menambahkan bahwa setiap orang yang beriman itu sejatinya dilahirkan dalam keadaan suci. Namun orang yang beriman juga dapat dikatakan berada dalam keadaan tidak suci ketika terkena najis maupun hadas. 

Qaem membagi najis dan hadas menjadi dua. Ada najis fisik dan najis maknawi. Adapun hadas terbagi menjadi besar dan hadas kecil.

"Pertimbangan ulama membedakan hadas menjadi dua adalah untuk membedakan cara membersihkannya," ungkap Qaem di Aula lantai 4 Grha Suara Muhammadiyah (24/5).

Qaem menegaskan bahwa wudhu memiliki fungsi pokoknya bukan untuk menghilangkan najis, tapi menghilangkan hadas. 

Oleh karena itu kedudukan thaharah di dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari keimanan. "Orang beriman jika tidak memperhatikan kebersihannya, itu mengindikasikan bahwa keimanannya tidak sempurna," tutup Qaem. (diko)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Balqis Florata De Manasa, murid kelas V SD Muhammadiyah Progra....

Suara Muhammadiyah

24 May 2024

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Hari ini, Senin (29/7), SMP UMP memulai kegiatan Forum Ta&rsq....

Suara Muhammadiyah

29 July 2024

Berita

KUDUS, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) menyambut mahasiswa baru dengan me....

Suara Muhammadiyah

11 September 2025

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah yang lahir pada 1912 telah menjelma menjadi gerakan ....

Suara Muhammadiyah

23 April 2025

Berita

Bekali Pelajar Bandung untuk Masa Depan Lebih Cerah BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Masa remaja....

Suara Muhammadiyah

29 August 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah