PSIB UMM Dorong Peran Strategis Islam Berkemajuan dalam Isu Lingkungan

Publish

24 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
70
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Tegaskan Pentingnya Bangun Gerakan Kolektif Menyelamatkan Hutan

MALANG, Suara Muhammadiyah – Suasana dialektik dan penuh geliat intelektual mewarnai Kajian Islam Multidisipliner (KIM) edisi ke-6 yang digelar di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (23/12/2025). Mengusung tema “Ikhtiar Islam Berkemajuan Melestarikan Lingkungan”, diskusi yang dibuka langsung oleh Kepala Biro Riset, Penelitian, dan Kerjasama UMM Dr. Salahudin, S.IP., M.Si., M.P.A., ini tidak hanya menyajikan paparan akademis, tetapi juga menjadi ruang debat kritis, termasuk menyoroti praktik pengelolaan tambang yang dikelola oleh lembaga Muhammadiyah.

Acara yang menghadirkan dua pakar, Prof. Dr. Ir. Joko Triwanto, MP., IPU dan Rachmad K. Dwi Susilo, MA., Ph.D., berlangsung di Auditorium Masjid AR. Fachruddin lantai 2. Dalam sambutan pembukaannya, Salahudin menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dan keberanian untuk mengkritisi diri sendiri dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. “Islam Berkemajuan harus tampil bukan hanya dalam wacana, tetapi dalam praktik nyata yang beretika, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam,” ujarnya.

Lebih lanjut, Salahudin menegaskan bahwa kerusakan hutan di Indonesia sangat mengkhawatirkan, “kerusakan hutan di Indonesia cukup memprihatinkan, kejadian di Sumatera (Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat) merupakan sebagian kecil yang bisa kita lihat dampaknya. Di daerah Bima kerusakan hutan sangat parah, hampir 80% sudah terlihat lagi pohon-pohon yang tumbuh dan digantikan oleh tanaman jagung,” tegasnya.

Sementara ketua Pusat Studi Islam Berkemajuan (PSIB) UMM, Prof. Gonda Yumitro, Ph.D sekaligus memandu jalannya diskusi berharap bahwa kajian ini membuat kita bergerak secara kolektif untuk merawat hutan yang telah mengalami kerusakan, “sejak tahun 2000 sebanyak 9 juta hektar hutan Indonesia hilang. Hal ini disebabkan adanya pembukaan untuk perkebunan dan pertambangan, data tersebut mengingatkan kepada kita bahwa perlu adanya gerakan kolektif untuk merawat hutan,” ujarnya.

Gonda juga menekankan bahwa Allah telah memberikan amanah kepada manusia untuk menjaga hutan, “dalam al-Qur’an Allah telah menegaskan bahwa ia menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini menegaskan kepada kita bahwa manusia memiliki amanah untuk mengelola dan menjaga keseimbangan alam, bukan sebaliknya”,paparnya.

Prof. Dr. Ir. Joko Triwanto, MP., IPU yang merupakan pakar budidaya hutan UMM menekankan bahwa pentingnya pengusaha dan pemerintah memperhatikan lingkungan sekitar hutan ketika ingin membuka perkebunan dan pertambangan, “memanfaatkan hutan untuk kepentingan ekonomi sah-sah saja, akan tetapi harus sesuai dengan aturan. Jangan semua pohon di tebang demi kepentingan ekonomi semata,” paparnya.

Joko juga menekankan bahwa pemerintah dan pengusaha harus memiliki kepekaan terhadap kerusakan hutan yang terjadi saat ini, “Pemerintah Prabowo dan pengusaha harus melihat bencana yang terjadi di Sumatera dan Aceh sebagai alarm buat bangsa kita, bukan malah terus menggaungkan penanaman sawit, karena sawit dan pohon sangat berbeda. Pohon bisa menahan terjadinya erosi dan juga bisa menjaga sumber mata air. Inilah pentingnya Pemerintah dan Pengusaha tidak hanya memanfaatkan hutan sebagai sumber ekonomi semata, akan tetapi harus dilihat juga lingkungan sekitarnya," tegasnya.

Rachmad K. Dwi Susilo, MA., Ph.D., sebagai pakar sosiologi lingkungan menyoroti empat faktor penting terjadi bencana di dunia, “Ada empat faktor fundamental terjadinya berbagai bencana di dunia, baik bencana kekeringan hingga hingga bencana banjir. Pertama ialah faktor lingkungan dimana tidak ada kemampuan alam untuk mengembalikan kerusakan yang terjadi. Kedua ialah faktor psikologis dimana kerakusan menjadi cara hidup manusia modern. Ketiga ialah faktor psikologis dimana kerusakan lingkungan secara makro diproduksi secara berjamaah. Terakhir adalah faktor politik dimana relasi kuasa dalam politik menyebabkan kompromi antara Pemerintah dan pengusaha,” paparnya.

Rachmad menekankan bahwa yang kita bangun sebenarnya bukan hanya kesadaran, tetapi juga gerakan kolektif untuk merawat lingkungan, “selama ini banyak diskusi yang membangun kesadaran merawat lingkungan, akan tetapi ketika sadar tidak mau bergerak, ini hal yang konyol. Kita sadar bahwa lingkungan kita telah mengalami kerusakan yang cukup parah, namun kita tidak mau bergerak untuk menjaga dan merawatnya," tegasnya.

Rachmad juga menyampaikan bahwa Islam mempunyai prinsip dalam merawat lingkungan, “dalam islam, banyak sekali ulama yang menulis tentang lingkungan, seperti Qardhawi yang menekankan bahwa menjaga lingkungan sama halnya kita menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga keturunan, dan menjaga harta”, tuturnya.

Rachmad memandang bahwa Islam berkemajuan hadir untuk pencegahan dan pemulihan lingkungan, “peran Islam berkemajuan melihat fenomena yang terjadi saat ini hadir untuk mendorong upaya pencegahan dan pemulihan lingkungan. Muhammadiyah juga memiliki buku fikih kebencanaan sebagai rujukan kita dalam aspek menjaga lingkungan. Kehadiran buku itu memberi tuntunan bagi kita untuk tidak merusak lingkungan hingga menghindari perilaku yang menghadirkan bahaya,” tegasnya.

Forum ini menjadi hidup ketika peserta, yang terdiri dari akademisi, aktivis lingkungan, dan mahasiswa, mulai mempertanyakan konsistensi antara nilai-nilai pelestarian lingkungan dengan realitas pengelolaan usaha tambang yang dimiliki oleh organisasi Muhammadiyah. Beberapa pertanyaan kritis muncul tentang bagaimana prinsip Islam Berkemajuan diterapkan dalam operasional tambang tersebut, apakah sudah memenuhi standar keberlanjutan lingkungan, keadilan sosial, dan transparansi.

Para narasumber memberikan tanggapan dengan membawa perspektif fikih lingkungan, etika bisnis Islam, dan manajemen modern. Mereka mengakui bahwa tantangan tersebut nyata dan perlu menjadi bahan evaluasi bersama. 

“Inilah esensi dari kajian multidisipliner dan dialektika. Kita perlu berani menguji praktik kita sendiri dengan nilai-nilai yang kita usung. Pengelolaan tambang, atau aset apa pun, harus bisa menjadi teladan dalam penerapan prinsip al-‘adalah (keadilan) dan al-maslahah (kemanfaatan umum), dan Muhammadiyah ingin menjadi contoh bagaimana pengelolaan tambang yang baik,” jelas salah satu narasumber.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Pada Rabu, 10 Januari 2024, Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fak....

Suara Muhammadiyah

16 January 2024

Berita

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Bulaksumur Karangmalang (BSKM) menggelar acara Darul Arqo....

Suara Muhammadiyah

28 June 2025

Berita

TUBABA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tulang Bawang Barat, Lampung menyele....

Suara Muhammadiyah

27 November 2025

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Sepakbola berbasis kampus menjadi salah satu pilar dalam pengembangan o....

Suara Muhammadiyah

20 October 2023

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah — Dalam semangat mempererat sinergi antara pemerintah daerah dan b....

Suara Muhammadiyah

20 June 2025