BATU, Suara Muhammadiyah - Dakwah tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus berkolaborasi dengan semua pihak. "Singkatnya menuju kemajuan umat," ucap Ustadz Adi Hidayat, Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat pembukaan Rapat Kerja Nasional Rakernas II Majelis Tabligh PP Muhammadiyah di Kusuma Agrowisata Resort & Convention Batu-Malang, Jawa Timur, Jumat (24/10).
Ustadz Adi mengulas kata umat yang ditemukan sebanyak 64 kali di dalam Al-Qur'an, dengan 49 kali dalam bentuk tunggal dan 13 kali dalam bentuk jamak. Para ulama membagi penyebutan tersebut menjadi dua kategori.
Pertama, umat standar, yang menghimpun kumpulan manusia, hewan, jin, bahkan tumbuhan. Dalam konteks Rakernas, Ustadz Adi mengingatkan agar jangan sekadar berkumpul tanpa arah, "Ada golongan umat yang cuma kumpul, ngobrol, ngalor ngidul tidak jelas urusannya ke mana, setelah itu pergi," tegasnya, menekankan pentingnya partisipasi aktif.
Kedua, umat ideal, yaitu golongan yang memiliki visi jelas dan mampu memberikan stimulasi terciptanya kemajuan dan kesejahteraan berkelanjutan, baik secara spiritual maupun sosial. "Umat yang punya visi. Berkumpul untuk merumuskan sesuatu. Berkumpul mengeluarkan resolusi. Membawa semangat kebaikan yang diimplementasikan dalam kehidupan," jelasnya.
Karenanya, Ustadz Adi menekankan bahwa Rakernas harus menghasilkan resolusi konkret dalam menciptakan masjid-masjid yang berkualitas. "Integrasikan untuk umat. Tampilkan wajah Islam sebagai solusi bagi teman-teman yang belum Muslim. Pertanyaannya, apakah itu dilakukan karena Allah?" tanyanya.
Jika dilakukan bersama dengan niat karena Allah, maka semua kegiatan tersebut menjadi ibadah penuh makna dan wujud nyata dari al-ma'ruf, yakni kebaikan yang dikenal dan dilakukan di tengah masyarakat. "Semua kegiatan dinilai sebagai ibadah," ujarnya.
Inilah substansi utama Rakernas, yaitu membentuk umat ideal, bukan sekadar kumpul-kumpul atau dokumentasi. "Yang diharapkan adalah rumusan resolusi yang menampilkan akumulasi sifat-sifat kebaikan," tegasnya.
Sifat kebaikan tersebut harus dipraktikkan dan menjadi contoh nyata. "Komitmen kolektif mempraktikkan yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar," tambah Ustadz Adi.
Kolaborasi dakwah yang diwujudkan lewat Rakernas, terutama dalam bidang kemasjidan, membuat dakwah Muhammadiyah di masjid tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan.
"Rakernas duduk bersama, kita kolaborasi dengan berbagai elemen, menghadirkan kolektivitas sifat kebaikan, menjadikan masjid sebagai laboratorium kolaborasi dan pusat praktik kebaikan. Programnya? Supaya orang bahagia, supaya orang sukses," tutupnya. (Cris)


