Realisasi Anggaran dan Capaian IKU 2024–2025: UMRI Siap Bangun Budaya Anggaran Berbasis Dampak

Publish

20 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
71
Foto Istimewa

Foto Istimewa

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah - Sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran serta pelaksanaan program strategis, Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran dan Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk Tahun Anggaran 2024–2025, yang digelar pada Selasa (20/5) di Auditorium Kampus Utama Umri Jalan Tuanku Tambusai Pekanbaru.

Dalam kegiatan ini dihadiri langsung oleh Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Umri, Rektor beserta Wakil Rektor, Dekan Fakultas, Direktur Pasca Sarjana, Direktur Direktorat, Kepala Biro, Pimpinan Unit, Lembaga, Kantor, serta Ketua Program Studi selingkungan Umri.

Dalam sambutannya, Rektor Umri, Dr Saidul Amin, MA, mengatakan bahwa hari ini akan membahas dan merumuskan langkah-langkah strategis yang berkaitan langsung dengan realisasi anggaran, serta arah kebijakan keuangan Umri ke depan.

“Kita menyadari bahwa pengelolaan anggaran tidak hanya soal serapan semata, tetapi lebih jauh lagi, soal dampak yang dihasilkan. Oleh karena itu, mulai tahun Anggaran 2025–2026, Umri mengusung sebuah pendekatan baru yang kami sebut sebagai Anggaran Belanja Berdampak. Sebuah konsep yang sejalan dengan semangat reformasi Anggaran Nasional, yang digaungkan langsung oleh Menteri dari kalangan Muhammadiyah. Dan tentu, sebagai bagian dari keluarga besar Muhammadiyah, sudah sepatutnya kita yang pertama-tama menyambut dan mengimplementasikannya,” katanya.

Ia menjelaskan Anggaran Belanja Berdampak ini menekankan pada tiga hal utama, yakni tujuan yang jelas, hasil yang terukur, dan sasaran yang nyata.

“Tidak boleh lagi ada program yang tidak jelas ke mana arah dan hasilnya. Bahkan jika sebuah program terlihat bagus di atas kertas, tetapi tidak menghasilkan manfaat nyata bagi kampus atau masyarakat, maka itu perlu dievaluasi. Sebaliknya, kita dorong program-program yang konkret, relevan, dan langsung menyentuh kebutuhan,” jelas Saidul.

Saidul berharap Umri akan membangun budaya penganggaran yang sehat dan berorientasi pada hasil. Dalam konteks ini, kolaborasi menjadi kunci. Pemerintah, kampus, dan dunia usaha adalah tiga pilar utama yang harus saling terhubung.

Maka dalam setiap kegiatan atau program Fakultas, Unit, maupun Program Studi, harus terlihat jelas irisannya apakah terhubung dengan kepentingan pemerintah, mendukung kebijakan internal kampus, atau berdampak langsung kepada masyarakat. Kita ingin Umri tampil sebagai “suluh bendang dalam nagari” sebuah penerang di tengah masyarakat.

Ia juga berharap kehadiran kampus harus memberikan solusi, bukan sekadar menjadi menara gading yang jauh dari kehidupan rakyat dengan mendorong setiap Fakultas menjadi Center of Excellence Pusat Keunggulan dalam bidangnya masing-masing. 

“Maka ke depan, perencanaan anggaran harus dimulai dari ide-ide yang kuat, dengan orientasi pada kebermanfaatan dan keberlanjutan. Kami percaya, dengan kebersamaan dan masukan dari kita semua, Umri dapat mengoptimalkan rencana-rencana yang sudah disusun. Akhir kata, mari kita jadikan momen ini sebagai ajang menyatukan visi, menajamkan strategi, dan memperkuat komitmen agar Umri benar-benar hadir dan berdampak di tengah masyarakat,” harapnya.

Ketua BPH Umri, Prof Dr M Nazir, MA, menyebut dalam menjalankan roda organisasi kampus harus menyadari bahwa keberhasilan tidak akan tercapai hanya karena kerja satu-dua orang. Dibutuhkan kerja sama yang sistemik, terstruktur, dan menyeluruh, di mana setiap individu memiliki peran yang jelas dan saling terhubung dalam satu sistem yang utuh.

“Saya berharap agar seluruh sivitas akademika dan tenaga kependidikan di Umri dapat bekerja sama secara sistemik, bukan sekadar bekerja sendiri-sendiri atau sektoral. Artinya, semua pihak harus berperan aktif dan saling mendukung, karena setiap orang memiliki nilai guna dan manfaat dalam sistem tersebut. Dalam sistem yang baik, tidak ada peran yang kecil atau tidak penting—semua saling melengkapi,” sebut Nazir.

Ia juga mengingatkan agar tidak ada di antara kita yang menjadi bagian yang lepas dari sistem, atau dalam istilah yang sering disebut “bungkal” yakni bagian yang mengeras, terpisah, dan tidak menyatu dengan aliran utama.

“Orang yang menjadi “bungkal” dalam organisasi bukan hanya tidak efektif, tetapi juga bisa menghambat laju gerak sistem secara keseluruhan. Mari kita bangun Umri ini dengan semangat kebersamaan, integrasi kerja lintas unit, dan saling percaya satu sama lain. Kampus ini hanya akan besar bila kita semua terlibat di dalam sistemnya secara utuh, bukan berjalan sendiri-sendiri,” pungkasnya. (Walida/m)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

KLATEN, Suara Muhammadiyah - Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Kec. Bayat Kab. Klaten melaksanakan ke....

Suara Muhammadiyah

15 March 2025

Berita

PONTIANAK, Suara Muhammadiyah - Dalam rangka memeriahkan milad 'Aisyiyah ke 107, Pimpinan Wilayah 'A....

Suara Muhammadiyah

18 May 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Dr KH Tafsir, MAg m....

Suara Muhammadiyah

17 March 2024

Berita

DEPOK, Suara Muhammadiyah- Musyawarah Ranting (Musyran) yang digelar oleh ranting Pondok Petir, Bojo....

Suara Muhammadiyah

18 September 2023

Berita

BUTON, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Buton (UM Buton) melaksanakan Rapat Senat ....

Suara Muhammadiyah

25 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah