Rektor UMY Masuk 0,5 Persen Akademisi Terbaik Dunia

Publish

19 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
75
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Tekankan Riset Kolaboratif dan Fokus Keilmuan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc., kembali menorehkan prestasi membanggakan di tingkat global. Berdasarkan pemeringkatan ScholarGPS 2025, ia menempati peringkat ke-11 dunia dalam bidang Ilmu Pemerintahan dan peringkat ke-23 dunia dalam bidang Ilmu Politik. Capaian tersebut menempatkan Prof. Achmad Nurmandi dalam jajaran 0,5 persen akademisi paling berpengaruh di dunia, sekaligus memperkuat posisi UMY dalam peta akademik internasional.

Dalam wawancara yang berlangsung pada Selasa (16/12) di Gedung Student Dormitory UMY, Nurmandi menegaskan bahwa capaian tersebut bukan hasil kerja individual semata, melainkan buah dari proses panjang kolaborasi akademik yang dibangun bersama dosen, mahasiswa, asosiasi keilmuan, serta jejaring akademisi internasional sejak lebih dari satu dekade lalu.

“Prestasi ini adalah hasil kerja kolektif. Sejak 2010 saya membangun kolaborasi dengan banyak peneliti, baik di dalam maupun luar negeri. Tanpa jejaring dan kerja sama, capaian akademik seperti ini tidak mungkin terwujud,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa keterlibatan aktif dalam riset lintas negara, termasuk kolaborasi dengan akademisi dari universitas papan atas dunia, membentuk kapasitas akademiknya secara signifikan. Pengalaman sebagai visiting professor dan research fellow di berbagai perguruan tinggi luar negeri menjadi ruang pembelajaran penting, terutama dalam memahami kultur riset, standar publikasi, dan etika akademik global.

“Lingkungan akademik sangat menentukan. Kalau kita hanya berada di zona yang sama, kapasitas itu tidak akan berkembang. Kita memang harus keluar, belajar dari mereka yang punya kapasitas lebih,” ungkapnya.

Secara keilmuan, Prof. Achmad Nurmandi dikenal konsisten menekuni bidang urban government dan urban planning yang kemudian berkembang ke ranah e-government, termasuk e-democracy, e-participation, e-election, serta dinamika pemerintahan digital berbasis media sosial. Ia menilai perkembangan ilmu yang begitu cepat menuntut akademisi untuk jeli membaca celah kajian yang belum banyak disentuh.

Menurutnya, salah satu strategi riset yang berdampak tinggi adalah keberanian menekuni bidang yang spesifik dan relatif sedikit peminat. Pendekatan ini memungkinkan karya ilmiah menjadi lebih menonjol dan memiliki kontribusi keilmuan yang jelas, sehingga lebih mudah dirujuk oleh peneliti lain.

“Kalau kita masuk ke bidang yang sudah terlalu ramai, kita hanya akan menjadi pengikut. Tapi ketika kita menggarap cabang ilmu yang belum banyak disentuh, karya kita justru menjadi rujukan,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa banyak publikasinya yang memperoleh sitasi tinggi justru berasal dari studi kasus Indonesia dan Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa konteks lokal memiliki daya tarik global apabila dikaji dengan pendekatan teoritik dan metodologi yang kuat.

ScholarGPS sendiri merupakan platform pemeringkatan akademik global yang mengintegrasikan data dari Scopus dan Web of Science, dengan indikator utama meliputi jumlah publikasi, sitasi, bidang keilmuan, serta pengaruh akademisi dalam skala dunia. Tingginya tingkat sitasi menjadi penanda utama relevansi dan dampak seorang ilmuwan dalam bidangnya.

Lebih lanjut, Nurmandi menegaskan bahwa dalam dunia akademik, kualitas publikasi harus menjadi prioritas utama, melampaui sekadar kuantitas. Ia mendorong para guru besar di lingkungan UMY untuk menghasilkan karya ilmiah yang benar-benar berdampak dan memberi kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan publik.

“Negara memberikan kehormatan dan tunjangan profesi kepada profesor agar mereka menghasilkan karya berkualitas. Bukan sekadar simbol atau pencitraan, tetapi kontribusi keilmuan yang nyata,” tegasnya.

Dengan jumlah 47 guru besar yang dimiliki UMY saat ini, Nurmandi berharap setiap profesor mampu melahirkan setidaknya satu karya ilmiah berkualitas tinggi setiap tahun. Sementara itu, bagi dosen muda dan akademisi yang belum mencapai jabatan profesor, ia mendorong keberanian untuk menembus jurnal-jurnal internasional bereputasi sebagai bagian dari pembangunan kultur akademik yang unggul dan berdaya saing global. (Jeed)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PADANG, Suara Muhammadiyah - Setelah lama terhenti, Aisyiyah Sumatera Barat kembali menggelar temu r....

Suara Muhammadiyah

28 September 2025

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Moderasi beragama menjadi agenda penting dalam menjaga harmoni sosial,....

Suara Muhammadiyah

26 April 2025

Berita

TANAH DATAR, Suara Muhammadiyah - Ribuan anggota 'Aisyiyah memadati Gedung Nasional, Kabupaten Tanah....

Suara Muhammadiyah

20 October 2025

Berita

SRAGEN, Suara Muhammadiyah – Sebagai wujud nyata pengabdian kepada masyarakat dan implementasi....

Suara Muhammadiyah

9 June 2025

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Puluhan Siswa SMK Muhammadiyah Lasem mengikuti Pelatihan Kader Ta....

Suara Muhammadiyah

17 September 2024