Sayap-sayap Merdeka Sang Burung Pipit

Suara Muhammadiyah

Penulis

1
327
Burung Pipit

Burung Pipit

Sayap-sayap Merdeka Sang Burung Pipit

Oleh: Babay Parid Wazdi, Kader Muhammadiyah & Aktifis IPM 1988-1991

 

Jiwa–jiwa merdeka

adalah lentera yang tak padam,

berjalan di antara bayang-bayang dunia

dengan langkah yang tak gentar oleh angkara.

 

Jiwa Yusuf

lebih agung daripada para penguasa

yang menyalakan obor kesombongan.

Ia lebih jernih dari para wanita bangsawan

yang tertawan oleh cermin kekuasaan.

 

Jiwa Yusuf

lebih luas dari pada sebuah negeri

yang sedang sakit karena pencuri dan korupsi

 

Dan ruh kita,

oh ruh  bercahaya,

hendaklah menjadi penyembuh

bagi tanah yang lusuh,

yang ditikam bencana, banjir dan longsor

oleh tangan-tangan rakus

yang memakan bumi

seperti tikus melahap lumbung padi

 

Jiwa Hamka

lebih jernih dari debu kekuasaan Orde Lama.

Jiwa Mandela

lebih merdeka dari belenggu Botha

yang kini hanya tinggal nama

dalam buku sejarah yang berdebu.

 

Jiwa Ibrahim

melintas batas waktu

menembus windu, menembus abad.

Jiwa Musa

bergema hingga langit ketujuh

seperti hikayat yang tak usai

di bibir kemanusiaan.

 

Maka tanyakanlah pada hatimu:

maukah engkau menjadi Ibrahim, Yusuf, Musa,

menjadi Hamka, atau menjadi Mandela

yang menegakkan cinta

di tengah reruntuhan kekuasaan?

 

Ataukah engkau akan tumbang

seperti Botha dan Orde Lama,

yang hanya menyisakan gema

dan bukan cahaya?

 

Jiwa–jiwa merdeka

selalu berbuat yang terbaik

untuk bangsa

Dan sayap–sayap itu,

sayap–sayap yang ditempa dari ketulusan,

akan terbang tinggi mengangkasa dan melangit

 

Mereka membawa setetes air

untuk memadamkan api Namrudz

seperti burung pipit kecil

yang menentang kehancuran

dengan keberanian yang suci.

 

Dan di sana,

di dalam lintasan sejarah manusia

yang panjangnya puluhan ribu tahun,

tertulislah dengan indah:

bahwa kemerdekaan sejati

selalu lahir

dari hati yang setia pada kebaikan.

 

Dari Sang Burung Pipit

 

Salemba, 10 Oktober 2025

Penulis adalah Direksi Bank DKI (2018 sd 2022) & Dirut Bank Sumut (2023 sd 2025). Puisi ini diketik ulang dari tulisan tangan ayahku yang berada di rutan Salemba & puisi ini bagian dari Manifesto Tawasul Sang Burung Pipit (The Bright Way to Freedom and Faith), salam Ahmad Raihan Hakim (Alumni SMA Muh 3 Jkt 2018).


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

In Memoriam: Drs. H. Jindar Tamimi Harahap, M.A., Kader Tulen Muhammadiyah dari Tapanuli yang Mengab....

Suara Muhammadiyah

10 October 2025

Humaniora

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bagi kalangan warga Muhammadiyah, Lagu Sang Surya menjadi hid....

Suara Muhammadiyah

20 April 2025

Humaniora

Oleh: Ahmad Azharuddin Menemukan kedamaian di dalam hati merupakan sebuah konsep yang sangat pentin....

Suara Muhammadiyah

20 March 2024

Humaniora

Orang-orang Di Pintu Surga  Cerpen Erwito Wibowo Sesungguhnya saya mendatangi rumah seorang u....

Suara Muhammadiyah

18 October 2024

Humaniora

Sate Klathak Pak Bari; Menikmati Sate di Tengah Pasar Tradisional Oleh: Khafid Sirotudin, ....

Suara Muhammadiyah

7 August 2025