Singa di Atas Meja: Sosok Kasman Singodimedjo di Mata Sahabat

Publish

21 September 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
805
Singa di Atas Meja Sosok Kasman Singodimedjo di Mata Sahabat

Singa di Atas Meja Sosok Kasman Singodimedjo di Mata Sahabat

Singa di Atas Meja: Sosok Kasman Singodimedjo di Mata Sahabat 

Oleh: Mu’arif

Mr. Kasman Singodimedjo yang dikenal sebagai sang orator ulung ditempa dalam organisasi-organisasi pergerakan nasional, seperti Jong Islamieten Bond (IJB), Muhammadiyah, Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), Partai Masyumi, dan lain-lain (Panitia Peringatan 75 Tahun Kasman, Hidup Itu Berjuang: Kasman Singodimedjo 75 Tahun, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Lihat juga S.U. Bajasut & Lukman Hakiem, Alam Pikiran dan Jejak Perjuangan Prawoto Mangkusasmito: Ketua Umum (Terakhir) Partai Masyumi, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2014).

Peran fundamental Kasman dalam perdebatan seputar Dasar Negara lewat sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dan Konstituante tidak dapat diabaikan (Lihat Djarnawi Hadikusuma, Aliran Pembaharuan Islam: Dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H.A. Dahlan, (Yogyakarta: Persatuan, t.t.). Namun, di balik kisah heroik sang orator, sesungguhnya ia adalah seorang kader Muhammadiyah yang mengawali karir organisasi pada tahun 1921 sebagai anggota Cabang Muhammadiyah Batavia (Jakarta) yang pada waktu itu dipimpin oleh Kartosoedarmo (Baca Almanak Muhammadijah 1956-1960, Menteng Raja: Pusat Pimpinan Muhammadijah Madjlis Taman Pustaka, t.t.).

Kasman tercatat sebagai muballigh Muhammadiyah di Cabang Muhammadiyah Batavia hingga masa berkecimpung di Partai Masyumi. Karya-karya Kasman yang merekam pemikirannya banyak ditemukan di beberapa media massa selain dalam bentuk buku. Ia lebih banyak menulis—dalam bentuk artikel, buku, naskah pidato—tentang hukum dan politik ketatanegaraan dalam pandangan Islam.

Di Partai Masyumi, Kasman adalah salah satu ideolog partai yang banyak merumuskan pemikiran-pemikiran ideologis partai yang sempat memenangi Pemilihan Umum pada tahun 1955 (pemilu pertama). Bahkan, ia sudah terlibat dalam kepengurusan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)—organisasi embrio Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) sebelum menjadi partai politik. Dengan demikian, sebagian pemikiran Kasman telah merepresentasikan pemikiran ideologis Partai Masyumi.     

Karir Kasman di Muhammadiyah dimulai sebagai kader muballigh sejak 1921 hingga pasca berakhirnya karir di pemerintahan (jabatan terakhir sebagai Jaksa Agung Pertama RI). Setelah Kasman tidak aktif di pentas perpolitikan di tanah air—seiring pembubaran Partai Masyumi—ia memilih kembali aktif di Muhammadiyah pada masa kepemimpinan K.H. A.R. Fakhruddin. Posisi Kasman sebagai Wakil Ketua III Pimpinan Pusat Muhammadiyah sangat strategis.

Keputusan Presiden (Kepres) Republik Indonesia Nomor 123/TK/Tahun 2018 tanggal 6 November 2018 yang telah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Mr. Kasman Singodimedjo adalah keputusan politik yang tepat mengingat jasa-jasanya dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kepres ini akan mengingatkan kita semua pada perjalanan hidup sosok orator yang amat berpengaruh di organisasi Jong Islamieten Bond (IJB), sosok yang dilahirkan pada 25 Februari 1904 dari keluarga sederhana di desa Kalirejo, Bagelen, Purworejo. Ayah Kasman bernama Singodimedjo—berprofesi sebagai modin (juru adzan) di dusun Clapar (Kalirejo). Istri Singodimedjo bernama Kartini—berprofesi sebagai pedagang di pasar. Sedangkan adik-adik Kasman adalah: Kasmah (Ny. Sumoyo Joyokusumo), Kasiyem (Ny. A.S. Sarkiman), dan Surtiati (Ny. Purnomo Hadywijoyo).

Kasman menikah R. Soepinah Isti Kastiati (lahir 16 September 1909) dikaruniai enam anak: Rr. Sekarningsih Endahing Warni, R. Moehammad Soelaiman Wibisono, R. Kodrat Iradat, R. Djoko bangoen Mertani, Rr. Taroeningroem Setiadi, dan Ny. Dewi Nurul Mustaqimah. Lama setelah isteri pertama wafat, Kasman menikah dengan Ibu Salamah pada tanggal 13 September 1981. Ibu Salamah adalah janda Bapak Herman, berasal dari Banjarnegara Jawa Tengah yang tinggal di Sorosutan, Jalan Taman Siswa Yogyakarta. Pada saat itu, ia lebih dikenal dengan panggilan Ibu Herman, seorang perempuan aktivis Wanita Syarikat Islam Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah menikah dengan Kasman, Salamah pindah ke Jakarta mendampingi suaminya. Sepeninggal Kasman, Salamah (Bu Kasman) kembali ke Yogyakarta.

Peran fundamental Kasman dalam perdebatan seputar Dasar Negara Republik Indonesia lewat sidang-sidang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Konstituante tidak dapat diabaikan. Namun di balik kisah heroik sang orator, sesungguhnya ia seorang kader Muhammadiyah yang mengawali karir organisasi pada tahun 1921 sebagai anggota Cabang Muhammadiyah Batavia (Jakarta) yang pada waktu itu dipimpin oleh Kartosoedarmo. Bahkan, Kasman sudah tercatat sebagai propagandis (muballigh) Muhammadiyah sebelum ia terlibat dalam kepengurusan JIB (1925). Setelah tidak aktif di pemerintahan (jabatan terakhir sebagai Jaksa Agung Pertama RI), Kasman kembali aktif di organisasi Muhammadiyah. Di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Menteng Raya Nomor 62), ia sering berkelakar bahwa sosoknya tidak lebih sebagai ‘penunggu warung’ di Muhammadiyah.     

Karir Kasman di pemerintahan tercatat ketika ia menjabat sebagai Menteri Muda Kehakiman RI pada tahun 1947. Setelah Sutan Syahrir memegang pimpinan KNIP, peta politik di pemerintahan pusat mengalami pergeseran ketika kelompok sosialis menguasai parlemen. Kasman lebih banyak bergerak lewat Partai Masyumi yang terus mengalami tekanan. Sampai tahun 1959, lewat Penetapan Presiden No. 7/1959 Partai Masyumi dibubarkan oleh Soekarno. Sejak saat itulah Kasman memilih aktif di Muhammadiyah.

Di Muhammadiyah, Kasman bukanlah pendatang baru. Sebab, sejak 1921 ia telah tercatat sebagai anggota Muhammadiyah cabang Batavia. Ketika dibentuk JIB, posisi Kasman sebenarnya masih sebagai anggota dan sekaligus seorang muballigh Muhammadiyah. Hanya saja intensitas kegiatan Kasman di Muhammadiyah mulai berkurang ketika ia terjun di gelanggang politik nasional. Pasca pensiun dari karir politik di pemerintahan, sikap Kasman tetap kritis. Ia bahkan harus ditangkap oleh rezim yang pada mulanya adalah kawan seperjuangannya sendiri.

Sangat menarik dalam hal ini bahwa Kasman yang mulai aktif di jajaran PP Muhammadiyah pada periode 1968-1971 sering berkelakar bahwa ia hanyalah ‘penunggu warung’ di Muhammadiyah. Pengakuan Kasman sebagai ‘penunggu warung’ disaksikan oleh Haji Ahmad Basuni, pemimpin redaksi Suara Muhammadiyah pada waktu itu. Ahmad Basuni dalam kesaksiannya, yang dimaksud ‘warung’ di sini adalah kantor PP Muhammadiyah di Jl. Menteng Raya nomor 62. Terutama ketika memasuki periode 1974-1977 pada masa kepemimpinan KH AR Fachruddin, Kasman  menjabat sebagai Ketua III PP Muhammadiyah. Jika tidak sedang bepergian, Kasman selalu datang dan siap di kantor PP Muhammadiyah. Ia selalu siap melayani tamu atau langganan yang datang layaknya seorang ‘penunggu warung.’

Dalam ingatan Ahmad Basuni, sosok Kasman memiliki sikap yang tegas, kritis, agitatif, dan tidak kenal takut kepada siapa pun kecuali Allah SWT. Di akhir kesaksiannya, Ahmad Basuni menulis: “Itulah pengenalan saya sekedar terhadap dan dengan Pak Kasman Singodimedjo yang biasa dinamakan juga: Singa di atas Meja!

Mu’arif, Pengkaji Sejarah Muhammadiyah-‘Aisyiyah


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Abdul Kahar Muzakkir dan Diplomasi Muhammadiyah untuk Palestina  Oleh: Mu’arif Pada tah....

Suara Muhammadiyah

20 October 2023

Khazanah

Al Ghazali dan Inkoherensi (Bagian ke-2) Oleh: Donny Syofyan Pada hari pertempuran, para bangsawan....

Suara Muhammadiyah

7 November 2023

Khazanah

Pengumpulan dan Penulisan Hadits Oleh: Donny Syofyan Al-Qur’an memerintahkan kita mematuhi A....

Suara Muhammadiyah

27 November 2023

Khazanah

Kelahiran Mesin Cetak dan Penyebaran Islam di Eropa dan Amerika Oleh: Azhar Rasyid  Salah sat....

Suara Muhammadiyah

22 July 2023

Khazanah

Khadijah binti Khuwaylid (Bagian ke-2) Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andala....

Suara Muhammadiyah

13 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah