YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Holy Cross of Davao College (HCDC) Filipina menjadi tonggak penting dalam memperkuat kerja sama akademik di kawasan ASEAN. Kesepakatan ini tidak hanya memperluas ruang kolaborasi di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, tetapi juga meneguhkan komitmen kedua institusi dalam mendorong integrasi regional.
UMY dan HCDC menyepakati kerja sama dalam skema pertukaran pengetahuan, mobilitas mahasiswa, serta kolaborasi lintas budaya dan agama. Penandatanganan berlangsung pada Rabu (20/8) di Ruang Sidang Komisi AR Fachrudin A, UMY, oleh Wakil Rektor Bidang Mutu, Reputasi, dan Kemitraan UMY, Ir. Slamet Riyadi, M.Sc., Ph.D., dan Presiden HCDC, Bro. Noelvic H. Deloria, S.C.
Dalam sambutannya, Noelvic menyebut kerja sama dengan UMY sebagai langkah strategis bagi HCDC menjelang peringatan 75 tahun berdirinya kampus tersebut. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara dalam memperkuat solidaritas regional dan meningkatkan kualitas pendidikan.
“Kami ingin menjadikan MoU ini lebih dari sekadar dokumen. Kolaborasi ini harus hidup dan memberi dampak nyata bagi mahasiswa, dosen, maupun komunitas kami. Bersama UMY, kami ingin memperluas dialog antaragama, memperkuat solidaritas ASEAN, serta mendorong riset yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs),” ujar Noelvic.
Bidang riset juga menjadi prioritas dalam kerja sama ini. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UMY menyoroti peluang penelitian bersama dalam studi komunikasi, hubungan internasional, hingga ilmu pemerintahan. Menanggapi hal tersebut, HCDC melalui Institute for Peace Communication menyatakan siap memfasilitasi penelitian kolaboratif, termasuk membuka akses bagi akademisi maupun praktisi di Filipina.
“Kami terbuka untuk riset bersama, pertukaran dosen, maupun kuliah tamu baik secara daring maupun luring. Setiap tahun kami juga menyiapkan proposal internasionalisasi untuk ditawarkan kepada mitra,” imbuh Noelvic.
Senada dengan itu, Slamet menegaskan bahwa kerja sama ini melanjutkan hubungan baik yang sudah terjalin antara UMY dan perguruan tinggi di Filipina, khususnya melalui program pengabdian masyarakat di Davao sejak 2017.
“Kami berharap MoU ini dapat memperluas kolaborasi dalam pertukaran mahasiswa dan staf, penelitian bersama, hingga pengabdian masyarakat internasional. HCDC dapat menjadi mitra strategis UMY untuk memperkuat jejaring akademik di Filipina,” ungkap Slamet.
Diskusi pasca penandatanganan menunjukkan komitmen kedua belah pihak untuk segera menindaklanjuti kesepakatan ini. Beberapa rencana konkret yang dibahas antara lain program pertukaran mahasiswa mulai semester genap 2026, dengan fasilitas akomodasi gratis dari HCDC serta dukungan timbal balik dari UMY.
Selain itu, bidang pengabdian masyarakat juga menjadi fokus bersama. UMY memaparkan pengalamannya dalam pengabdian masyarakat di Davao, termasuk kontribusi terhadap komunitas keturunan Indonesia yang berjumlah sekitar 13.000 jiwa. Noelvic dan Slamet pun berharap kolaborasi ini dapat berkembang menjadi jaringan akademik yang saling menguatkan, sekaligus memberi manfaat nyata bagi masyarakat di Indonesia maupun Filipina. (ID)