Oleh: Prof Dr Dadang Kahmad, MSi
Saya membuka kitab “Hadits Arbain” sebuah buku kumpulan empatpuluh hadits yang dihimpun oleh Sekh Nawawi, sebuah buku lama tapi isinya sangat penting tentang pedoman beragama yang perlu untuk diimplementasikan. Seperti halnya dalam hadits nomor tujuh belas, saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yaitu hidup itu harus selalu unggul, yang dalam hadits tersebut Allah memakai kata ihsan. Dengan redaksi lengkapnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (manusia) berbuat ihsan dalam setiap
perkara”…….
Ihsan bisa berarti melakukan sesuatu dengan sebaik baiknya, seindah-indahnya. Hal tersebut bisa diartikan sebagai keunggulan dalam melakukan dan menghasilkan sesuatu. Maka tagline program Muhammadiyah 2022 sampai 2027 “Muhammadiyah unggul dan berkemajuan” sangat bersesuaian dengan makna hadits tersebut. Semua organ Persyarikatan dari mulai Pimpinan Pusat sampai Pimpinan Ranting, AUM serta semua sayap Gerakan Dakwah Muhammadiyah harus melakukan kinerja sebaik-baiknya atau secara ihsan. Maka diharapkan semua sayap gerakan tersebut menjadi unggul dan berkemajuan.
Dengan prinsip ihsan diharapkan Gerakan dakwah dan seluruh amal usaha Muhammadiyah seperti di bidang Pendidikan berkualitas unggul, di semua lembaga kesehatan juga unggul di bidang kerja sosial bersifat unggul. Begitu pula pada semua Unit Pembantu Pimpinan (UPP) dalam lima tahun ke depan mampu bertransformasi menjadi UPP dan amal usaha Muhammadiyah yang berkembang maju serta berkualitas ihsan.
Menurut hasil penelitian perusahaan komputer terkenal IBM, keberhasilan individu maupun perusahaan banyak ditentukan oleh sikap dan motivasi karyawannya. Sedangkan kemampuan pengetahuan hanya menyumbang sepuluh persen dari kesuksesan. Sikap dan motivasi diri warga Persyarikatan, merujuk kepada ideologi Muhammadiyah yang sudah tersusun sejak masa awal terbentuknya Muhammadiyah.
Ideologi ini adalah kerangka acuan ideal bagi langkah dan perjuangan serta sumber etika dari seluruh anggota Persyarikatan baik pimpinan maupun anggota biasa. Dalam istilah antropologi, ideologi merupakan sisitem budaya yang mempola semua aktivitas dari masyarakat penganutnya. Yang juga melahirkan kepribadian, atau karakter bagi orang yang menganut ideologi tersebut. Juga ideologi bisa disebut driving force atau kekuatan penggerak bagi roda organisasi.
Bunyi hadits nomor tujuh belas dari empat puluh hadits tersebut sebagai berikut
عَنْ اَبِي يَعْلَى شَدَّادِابنِ أوْسٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ : إِنَّ اللّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ احَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ (رواه
Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh maka berlakulah baik dalam hal tersebut. Jika kalian menyembelih berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya (Riwayat Muslim)
Sangat luar biasa dicontohkan dalam hadits tersebut sampai menyembelih hewan pun harus berlaku baik melebihi kebiasaan. Dengan mempersiapkan peralatan yang tajam serta perlakuan baik kepada hewannya sendiri. Mafhum yang didapat apalagi memperlakukan dan sikap terhadap manusia harus lebih baik lagi. Ihsan inilah yang memberikan kesan bahwa risalah Islam itu bersifat rahmatan lil alamin.•
Sumber: Majalah SM Edisi 16/2023


