Abdul Mu’ti: Muhammadiyah 2050 Membutuhkan Generasi yang Kreatif dan Berdaya Saing

Publish

25 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
122
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti dalam acara Rakornas MPKSDI PP Muhammadiyah (25/10)

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti dalam acara Rakornas MPKSDI PP Muhammadiyah (25/10)

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mu’ti, menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berlangsung di Hotel Lorin Syariah Surakarta, Sabtu (25/10). 

Dalam sesi Stadium General, Mu’ti menyoroti tantangan besar yang akan dihadapi Muhammadiyah dan bangsa Indonesia pada tahun 2050. Ia menegaskan bahwa ciri khas Muhammadiyah adalah selalu berpikir tentang masa depan. 

"Masa depan itu harus lebih baik dari masa kini,” ujarnya. 

Menurutnya, pandangan jauh ke depan itu sejatinya bersumber dari ajaran agama. Banyak ayat Al-Qur’an yang menekankan pentingnya regenerasi. “Punya keturunan itu bukan sekadar proses biologis, tapi juga regenerasi. Maka didiklah anakmu, karena mereka tidak hidup di zamanmu,” tutur Mu’ti mengutip pesan bijak yang relevan dengan konteks pendidikan dan kaderisasi. 

Mu’ti menggambarkan bahwa Indonesia tahun 2050 akan dihadapkan pada ancaman kerusakan lingkungan yang sangat serius. Meski ancamannya besar, kesadaran masyarakat untuk menanganinya masih rendah. “Jika kerusakan ini tidak dihentikan, akan terjadi ancaman yang tak pernah dibayangkan oleh manusia,” ujarnya. 

Ia menekankan bahwa solusi utama terletak pada perubahan perilaku, termasuk penghematan energi. “Sekarang mulai banyak riset tentang energi hemat energi. Kita ini negara yang bermandikan matahari dan angin yang melimpah, tapi belum dimanfaatkan optimal,” jelasnya. 

Mu’ti menilai, isu ekologi akan terus menjadi perhatian penting bagi umat manusia di masa depan. 

Selain isu lingkungan, Mu’ti menyebut isu “well-being” atau kebahagiaan manusia juga menjadi tantangan berikutnya. Menurutnya, ukuran kebahagiaan selama ini terlalu berorientasi pada materi. Padahal manusia adalah makhluk spiritual yang mencari makna hidup sejati. 

“Hidup bagi manusia bukan hanya soal materi. Karena itu, orang sekarang mencari bagaimana menemukan kebahagiaan sejati,” ujarnya. 

Fenomena “believe without belonging” —yakni keyakinan tanpa keterikatan pada institusi agama—menunjukkan bahwa spiritualitas kini menjadi jalan baru untuk mencari kedamaian batin. “Spiritualitas sedang menguat, bahkan aktivitas sederhana seperti makan pun kini dimaknai sebagai bagian dari spiritualitas baru,” tambahnya. 

Mu’ti juga menyinggung tantangan demografis global. Dunia mulai mengalami kekurangan penduduk karena banyak orang memilih tidak menikah atau tidak memiliki anak. “Bahkan ada gerakan untuk tidak berkeluarga. Di sisi lain, teknologi mulai didorong untuk menggantikan peran manusia,” ungkapnya. 

Ketika dunia semakin multinasional dan saling terkoneksi, terjadi konvergensi budaya dan nilai. Dalam situasi ini, Mu’ti menilai penting bagi Muhammadiyah untuk menyiapkan generasi masa depan yang kuat. 

“Alam ini diciptakan Allah dengan sunatullah. Maka kita harus fokus pada kekuatan sumber daya manusia,” tegasnya. 

Ia mengingatkan bahwa penggunaan teknologi yang berlebihan tidak selalu membuat manusia lebih maju, justru bisa menimbulkan ketergantungan. Karena itu, pendidikan harus membekali generasi muda dengan mental kreatif dan imajinatif.

 "Jika Allah Maha Kreatif, maka manusia juga harus memiliki kreativitas,” katanya. 

Menurut Mu’ti, pendidikan di Muhammadiyah tidak boleh terlalu membatasi, namun juga tidak boleh membebaskan tanpa arah. Dunia masa depan akan semakin multilingual dan penuh tantangan baru. Karena itu, kader Muhammadiyah harus berani berpikir di luar kebiasaan dan berijtihad. 

"Kita harus berani menafsirkan kembali Al-Qur’an. Kader kita harus berani berijtihad dan memiliki visi untuk menguasai ilmu,” pesannya. 

Mu’ti menutup pesannya dengan menegaskan pentingnya menyiapkan anak-anak usia SD, SMP, dan SMA saat ini sebagai generasi Indonesia 2050. Mereka harus dibekali kreativitas, spiritualitas, dan daya saing global agar mampu menghadapi masa depan yang kompleks. (diko)

 

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

Lakukan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Galpanda Pondok Muhammadiyah di Sidomulyo LAMPUNG....

Suara Muhammadiyah

11 December 2023

Berita

TEGAL, Suara Muhammadiyah - Bertempat di  Kampus STIKes Muhammadiyah Tegal aksi yang digelar ol....

Suara Muhammadiyah

7 May 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Wakil Sekretaris Muhammadiyah Disaster Management Center (MDM....

Suara Muhammadiyah

29 April 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Timnas sepakbola Indonesia U-23 berhasil raih poin tiga setela....

Suara Muhammadiyah

20 April 2024

Berita

PADANG, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Padang menggelar Gebyar Mila....

Suara Muhammadiyah

16 June 2025