JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar pengajian yang berlangsung pada Jumat (10/10) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat. Tema yang diusung dalam pengajian ini yaitu "Peran dan Tantangan Pemuda dalam Mewujudkan Indonesia Berkemajuan.”
Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto menyebut, kisah-kisah yang terbentang di dalam Al-Qur’an, terdapat tokoh-tokoh yang memulai karier kenabiannya sejak muda. Dari Nabi Ibrahim, misalnya, sebagaimana tersebut di Qs al-Anbiya ayat 60, Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim".
“Di sini disebutkan fata (anak muda). Kalau kita baca lebih lanju dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dikatakan usianya baru 20 tahun. Tapi sudah membuat gebrakan luar biasa yang menghebohkan senatero negeri, yaitu ketika menghancurkan berhala-hala, kemudian menyisakkan satu yang lebih besar dan kapaknya dikalungkan (di leher patung besar, red),” kata Agung.
Pada usia tersebut, Nabi Ibrahim juga menunjukkan intelektualitasnya. Di mana menolak terhadap keyakinan bahwa matahari adalah Tuhan. Namun, ketika matahari terbenam, Nabi Ibrahim berkeyakinan bahwa ia adalah ciptaan Allah yang bisa menghilang, sementara Tuhan sendiri Maha Kekal.
“Itu proses intelektualitasnya yang luar biasa, yang berbeda sama sekali dengan kondisi masyarakat pada waktu itu. Itu kisah keteguhan Nabi Ibrahim keyakinannya untuk memperjuangkan dan meyakini secara istikamah al-haqq (Yang Benar) itu luar bisa,” jelasnya.
Selain itu, dalam konteks keistikamahan di usia muda, juga ditemukan dari kisah Nabi Yusuf. Dalam kisah ini, termaktub di Qs Yusuf ayat 30 yang menerangkan, meski Nabi Yusuf digoda sedemikian rupa oleh Isteri Al Aziz, namun Nabi Yusuf justru tidak tergoda sama sekali.
“Padahal yang menggoda itu cantik, kaya raya, tapi dia tida tergoda. Istikamah di dalam tantangan-tantangan dan godaan yang sampai saat ini godaan seperti itu bukannya semakin reda, tapi semakin banyak,” ujarnya.
Di sisi lain, ada Nabi Musa Dalam catatan sejarah para nabi, cara mereka berjuang menghadapi kezaliman dan membangun masyarakat berbeda-beda. Nabi Musa, misalnya, melakukan perlawanan langsung terhadap Raja Fir’aun sejak usia muda. Ini serupa dengan perjuangan Nabi Ibrahim yang juga melawan tirani dari luar kekuasaan yang ada pada masa itu.
“Kalau Nabi Musa dan Nabi Ibrahim melakukan perlawanan dari luar kekuasaan. Tapi kalau Nabi Yusuf, melakukan pembinaan membangun karakter dan membangun masyarakat dari dalam kekuasaan,” ujarnya. Termasuk, Nabi Isa. Yang diangkat oleh Allah ke langit pada usia 33 tahun, ketika para penentangnya hendak membunuhnya. “Itu usia yang sangat muda sekali,” katanya.
Pandangan ini juga diaplikasikan oleh Muhammadiyah dalam melaksanakan perjuangan keistikamahannya dalam bidang dakwah sosialnya. Muhammadiyah tidak memandang dari mana perjuangan itu berasal — dari luar atau dari dalam kekuasaan — yang paling penting adalah fokus pada upaya membangun masyarakat yang unggul dan berakhlak mulia. Dan inilah yang mesti diserap sari pelajarannya oleh kalangan anak muda, lebih-lebih kader Persyarikatan.
“Muhammadiyah adalah organisasi kemasyarakatan. Muhammadiyah tidak pernah menganggap yang di dalam lebih utama (lebih mulia) atau sebaliknya. Tapi yang paling penting adalah mana yang paling mampu khoirunnas anfauhum linnas, memberikan manfaat untuk manusia yang lain,” tegasnya.
Pengajian ini menghadirkan narasumber Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dzulfikar Ahmad Tawalla, Ketua Umum PP IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) Riandy Prawita, Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bidang Pendidikan Bahasa dan Potensi Akademik (PBPA) Ode Rizki Prabtama, dan Ketua Umum PP Nasyiatul 'Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari. (Cris)