JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sejak zaman Kiai Haji Ahmad Dahlan, Muhammadiyah sudah mendirikan Bahagian (Majelis), yaitu Bahagian Sekolahan, Bahagian Tabligh, Bahagian Taman Pustaka, dan Bahagian PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem).
Secara khusus Bahagian PKO ini, digarisbawahi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman. Sang konseptor dari pendirian PKO ini yaitu Kiai Haji Sudjak, sebagai sensitivitas kepada kaum dhuafa untuk menyediakan pelayanan kesehatan.
“Namanya memang PKO. Karena spirit gerakan Muhammadiyah itu suka menolong,” tuturnya, saat Pengajian PP Muhammadiyah, Jumat (19/12) di Aula Kantor Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat.
Agus menegaskan, siapa pun dan dari mana pun masyarakatnya, yang oleh Muhammadiyah niscaya ditolong. “Kalau memang dia sedang membutuhkan pertolongan,” tekannya, dengan menyingkap spirit menolong ini masih berjalan sampai sekarang.
“Termasuk, yang tidak bisa mengakses layanan kesehatan, Kiai Sudjak membangun klinik. Yang sampai sekarang tercatat sebagai pelayanan kesehatan milik pribumi pertama yang masih bertahan, yakni PKU Muhammadiyah Yogyakarta,” ujarnya.
Dari sini saja, dapat dikemukakan, Muhammadiyah napasnya memang bergerak melintas batas, lebih-lebih dalam bidang kemanusiaan. “Kita terus mengambil bagian,” sebut Agus, dengan mencotohkan Muhammadiyah hadir tatkala bencana tsunami di Aceh (2004), gempa bumi likuifaksi di Palu (2018), bahkan sampai melanglang buana sekalipun.
“Muhammadiyah meyakini bahwa cobaan Allah bisa datang kepada siapa pun dan yang sedang mendapatkan cobaan. Dan tugas kita adalah meringankan,” jelasnya.
Segala rupa kiprah tersebut, baik dalam skala nasional maupun internasional, menjadi catatan kritis bagi Muhammadiyah. “Terus kita perbaiki sebagai amal saleh yang lebih baik,” tuturnya. Lebih jauh lagi, meneropong dera bencana Sumatera, niscaya menjadi ruang kebersamaan untuk saling tolong menolong lintas semesta.
“Maka, Muhammadiyah dengan gerakan One Muhammadiyah One Response, melakukan gerakan itu sejak penggalangan dana, penggalangan relawan, dan sudah hadir ke lokasi,” bebernya.
Pada konteks ini, dilihat bersama bahwa, betapa tingginya sensitivitas Muhammadiyah dalam merespons kebencanaan sebagai implikasi dari dakwah dibidang kemanusiaan. Kesemuanya itu, lanjut Agus, sudah pasti melibatkan seluruh pihak.
“Semuanya kita libatkan sejauh kita bisa menolong,” kata Agus, dengan menegaskan, Muhammadiyah fokus totalitas menolong masyarakat yang terdampak bencana. “Karena panggilan iman,” sambungnya.
Pengajian ini menghadirkan narasumber Ketua Lembaga Resiliensi Bencana PP Muhammadiyah Budi Setiawan, Ketua Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Mariman Darto, dan Ketua Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah (Lazismu) PP Muhammadiyah Ahmad Imam Mujaddid Rais. (Cris)

