'Aisyiyah Sulsel Dorong Ketahanan Pangan dan Hidupkan Spirit Perempuan Berkemajuan

Publish

1 June 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
188
Foto Istimewa

Foto Istimewa

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Gerakan ‘Aisyiyah menegaskan peran strategis perempuan dalam membangun ketahanan pangan sebagai bagian dari dakwah sosial dan transformasi masyarakat.

Dalam Resepsi Milad ke-108 ‘Aisyiyah tingkat Wilayah Sulawesi Selatan yang digelar di Gedung Serbaguna ‘Aisyiyah, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu, 29 Mei 2025, Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sulsel, Dr Mahmudah, MHum menegaskan bahwa isu pangan bukan sekadar soal teknis, melainkan ladang perjuangan ideologis perempuan Muslim.

“Dengan usia 108 tahun, ‘Aisyiyah hadir bukan sekadar eksistensi formal, tetapi sebagai gerakan yang menyatu dengan denyut kehidupan masyarakat,” ujarnya di hadapan peserta dari 24 kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan.

Mahmudah menyoroti bahwa ketahanan pangan harus dipahami dalam kerangka dakwah kemanusiaan semesta. Ia menyinggung posisi Indonesia yang masih tertinggal dalam indeks ketahanan pangan global dan tingginya angka sampah makanan, sebagai panggilan moral bagi peran perempuan dalam pendidikan keluarga dan pengelolaan pangan rumah tangga.

Dengan mengusung tema “Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Desa Qaryah Thayyibah Menuju Ketahanan Nasional”, Milad ke-108 menjadi ajang peneguhan arah gerakan ‘Aisyiyah. Menurut Mahmudah, Desa Qaryah Thayyibah bukanlah konsep utopis, melainkan bentuk praksis nilai-nilai Islam yang menyeimbangkan hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.

“Ketahanan pangan menjadi bentuk konkret aktualisasi iman. Kampung Qaryah Thayyibah adalah tempat di mana nilai agama hadir dalam akidah, akhlak, ibadah, dan muamalah,” katanya.

Konsep ini, lanjut Mahmudah, berpijak dari keluarga yang religius, damai, dan produktif. “Dari keluarga sakinah lahirlah masyarakat berkeadaban. Maka membangun bangsa dimulai dari membangun dapur dan pekarangan rumah,” jelasnya.

Sebagai bentuk konkret dakwah sosial, ‘Aisyiyah telah mengembangkan program Lumbung Hidup, gerakan yang mengintegrasikan pertanian rumah tangga, pendidikan, dan ekonomi keluarga. Gerakan ini, menurut Mahmudah, lahir dari kesadaran kolektif, bukan dari intervensi proyek pemerintah.

“Di pekarangan rumah, ibu-ibu menanam sayur, merawat ayam, dan memupuk harapan. Ini bukan sekadar ketahanan pangan, tapi juga pendidikan dan pemberdayaan,” ucapnya.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya penguatan koperasi ‘Aisyiyah, yang kini telah menjangkau lebih dari 475 unit di seluruh Indonesia. “Koperasi kita bukan hanya untuk mencari untung, tapi membangun ekonomi berbasis nilai dan maslahat,” tuturnya.

Suasana resepsi semakin hidup ketika bidang LBSO (Lembaga Budaya Seni dan Olahraga) tampil membawakan lagu Panduan Jiwa. Lagu karya Dr. Maria Ulviani, M.Pd. ini tidak hanya penuh semangat, tetapi juga sarat pesan dakwah dan pencerahan ideologis, sehingga langsung menyita perhatian hadirin.

Penampilan tersebut membuat para peserta Milad bersorak ria dan memberikan tepuk tangan meriah. Koreografi yang dinamis, vokal yang solid, serta pesan lirik yang kuat menjadikan segmen ini sebagai salah satu momen paling berkesan dalam acara.

Lirik lagu Panduan Jiwa menampilkan kekayaan budaya lokal dengan menggunakan ungkapan-ungkapan khas Sulawesi Selatan seperti “ajari tau, rilangi jiwa,” “sipakatau, sipakainge,” dan bagian bridge yang menggunakan bahasa Makassar dan Bugis, seperti “Ballatta ni lino tauwe” dan “Ikatte Bainea”. Pesan moral dan religius dibalut dengan kebanggaan terhadap akar budaya lokal menjadikan lagu ini sebagai wujud dakwah kultural yang menyentuh dan menginspirasi.

Lagu ini menjadi bukti bahwa dakwah tidak hanya disampaikan melalui ceramah dan tulisan, tetapi juga bisa hadir dalam bentuk seni yang hidup dan membumi, memperkuat identitas kedaerahan dalam bingkai keislaman yang progresif.

Dalam pidatonya, Mahmudah mengangkat pentingnya pencerahan ideologis bagi perempuan. Ia mengutip Surah An-Nahl ayat 97 untuk menegaskan kesetaraan peran laki-laki dan perempuan dalam mengukir peradaban Islam.

“Risalah Perempuan Berkemajuan mengajak kita untuk tidak sekadar berada di belakang. Kita berjalan sejajar, membangun bangsa bersama,” tandasnya.

Ia menyeru kepada seluruh kader ‘Aisyiyah agar terus memperkuat sinergi lintas sektor demi membangun masyarakat yang adil dan mandiri. “Kalau kita tidak mampu memberi makan keluarga sendiri, bagaimana bisa bicara tentang kedaulatan bangsa?” tutupnya. (Ulva/Hendra)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah ....

Suara Muhammadiyah

10 September 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Berdasar penanggalan hijriah, pada tahun 2024, Majelis Tarjih telah....

Suara Muhammadiyah

21 February 2024

Berita

KUPANG, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, ....

Suara Muhammadiyah

5 December 2024

Berita

KEDIRI, Suara Muhammadiyah - Salah satu pesan Kiai Dahlan dalam bemuhammadiyah yang harus senantiasa....

Suara Muhammadiyah

27 April 2025

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Personal branding merupakan investasi penting dalam meniti karie....

Suara Muhammadiyah

5 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah