SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Ancaman abrasi terus menghantui pesisir utara Kota Semarang. Berdasarkan riset Institut Pertanian Bogor (IPB), laju abrasi di wilayah ini telah mencapai rata-rata 10,31 meter per tahun selama dua dekade terakhir. Situasi ini menjadi alarm keras bagi keberlanjutan ekosistem dan kehidupan masyarakat pesisir.
Menjawab tantangan tersebut, Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kota Semarang berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa D3 Teknologi Laboratorium Medis Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) menginisiasi aksi bertajuk PROMAS & Gubug Nasyiah. Kegiatan ini digelar pada Sabtu–Ahad, (14-15/06/2025), di kawasan pesisir Pantai Mangunharjo, Semarang.
Mengusung tema “Hijau Pesisirku, Sehat Wargaku: Mangrove untuk Air, Udara, dan Kesehatan”, kegiatan ini berhasil menanam 300 bibit mangrove sebagai bentuk pencegahan terhadap abrasi, pemulihan ekosistem pesisir, serta upaya membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
“Kami ingin membuktikan bahwa merawat bumi adalah tanggung jawab semua orang, termasuk generasi muda perempuan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan peduli terhadap pesisir dan masa depan anak cucu kita?,” ujar Prasasti Nugrahaning Gusti, Ketua PDNA Kota Semarang.
Penanaman mangrove dilakukan secara gotong royong oleh kader PDNA dan mahasiswa HIMA D3 TLM Unimus, dengan dukungan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang, Lazismu, Klinik Kualita Medica, dan sejumlah mitra lainnya. Lumpur, terik matahari, dan peluh tak menyurutkan semangat para relawan untuk membungkuk dan menanam satu demi satu bibit mangrove sebagai simbol nyata pencegahan terhadap krisis ekologis.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian milad ke-97 Nasyiatul Aisyiyah. Selain penanaman mangrove, diselenggarakan pula pemeriksaan kesehatan gratis dan edukasi lingkungan yang menyoroti peran penting mangrove dalam menjaga kualitas udara, air, serta keseimbangan ekosistem laut.
Mangrove bukan sekadar tanaman pesisir. Ia merupakan benteng alami paling efektif untuk melindungi garis pantai dari abrasi. Akar-akarnya yang kompleks dan saling bertaut meredam gelombang laut dan menahan sedimen. Selain itu, mangrove mampu menyerap karbon dioksida hingga lima kali lebih banyak dibandingkan hutan tropis biasa, menjadikannya penyerap karbon yang efektif dalam mitigasi perubahan iklim global.
“Aksi ini adalah wujud komitmen kami terhadap keberlanjutan lingkungan. Kami ingin masyarakat tidak hanya menanam, tetapi juga merawat dan menjaga,” kata Fadya Annajwa, Ketua HIMA D3 TLM Unimus.
Kegiatan ini turut dihadiri tokoh-tokoh Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Semarang, seperti Dr Listyaning, Dra Sri Rahayu, MPd, dan Nur Laela BY, SPd, serta perwakilan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang.
Wakil Ketua PDM Kota Semarang, Dr AM Jumai, memberikan apresiasi atas inisiatif ini. “Aksi tanam mangrove ini bukan sekadar program lingkungan, tetapi juga dakwah bil hal. Ini menunjukkan bahwa kader perempuan Muhammadiyah mampu hadir menjawab isu-isu strategis global secara konkret,” ujarnya.
Gerakan Green Nasyiah yang diusung PDNA Kota Semarang menjadi contoh bahwa sinergi antara organisasi perempuan muda, mahasiswa, dan komunitas lokal dapat menciptakan dampak nyata. Di tengah krisis iklim dan kerusakan lingkungan, aksi ini menghadirkan harapan baru dari tepian laut Semarang. (Salsabila)