Arsitek Peradaban Masjid: Mengenang Tapak Mujahid Ustadz Jazir ASP

Publish

26 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
130
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Arsitek Peradaban Masjid: Mengenang Tapak Mujahid Ustadz Jazir ASP

Oleh Akhmad Faozan: Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mayong

Akhir-akhir ini, begitu banyak orang membangun masjid sebagai simbol kemegahan, namun Ustadz Jazir membangun masjid sebagai pusat kehidupan dan peradaban akhir zaman. Seakan berada di genggaman erat tangan beliau, spirit itu membahana,  “masjid bukan lagi menara gading yang eksklusif, melainkan rahim yang melahirkan solusi bagi carut marutnya kompleksitas dan menjadi laboratorium kehidupan yang sebenarnya bagi generasi masa depan”. 

Kepulangan beliau hari ini, Senin, 22 Desember 2025 sontak menyisakan pesan untuk mengikuti tapak dan jejak beliau. Almarhum layak tersematkan sosok sang mujahid yang telah gigih menabuh genderang memperjuangan nasib manusia tentang bagaimana cara mengejar kebahagiaan dengan orientasi keabadian lewat rumah Allah. Beliau membuktikan bahwa untuk menjadi abadi, seseorang tidak perlu membangun istana untuk dirinya sendiri, melainkan dengan memakmurkan rumah Allah hingga setiap jengkal ubinnya bersaksi atas pengabdian yang tulus.

Tidak hanya di Yogyakarta saja, namun di berbagai tempat dan masjid yang telah disinggahi merasa kehilangan atas kepergian beliau selama-lamanya. Dalam ucapan selamat tinggal atas wafatnya beliau di berbagai media menggambarkan suasana duka namun penuh inspirasi atas berpulangnya Ustadz Jazir.

Masjid Jogokariyan sebagai bukti bahwa kesuksesan masjid tersebut adalah manifestasi dari pemikiran besar beliau. Hingga masjid-masjid lain merasa “terusik” dengan konsep provokatif beliau yang kemudian masjid-masjid menjelma menjadi tujuan “healing” bagi hati-hati manusia yang “sakit” karena mengerasnya hati bergumul dengan kepentingan dunia yang kepentingannya sesaat dan jauhnya diri manusia dari pusat kedamaian dan ketentraman batin yaitu masjid. 

Wafatnya beliau seakan menjadi panggilan hati bagi kita untuk melanjutkan estafet "memasyarakatkan masjid dan memasjidkan masyarakat." dengan jalan satu-satunya memakmurkannya dengan dasar keyakinan iman yang mantab dan dasar ikhlas serta takutnya hati akan terjerembabnya dalam jurang kesesatan terdalam. Hal ini sangat sesuai dengan surat At Taubah ayat 18 yakni tugas orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun selain Allah, sehingga mereka termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. Ayat ini menjelaskan bahwa memakmurkan masjid bukan hanya soal bangunan fisik, tapi terutama tentang memperbanyak ibadah, ketaatan, dengan dasar keimanan di dalam hatinya.   

Masjid sebagai Episentrum Peradaban

Betapa pentingnya mendekonstruksi Fungsi Masjid dimana beliau telah membangun ulang  visi sebagai orientasi abadi bahwa masjid tidak boleh hanya menjadi tempat ibadah ritual (shalat), tapi harus menjadi pusat solusi (sosial, ekonomi, dan politik). Akan tetapi Mohon maaf bukan politik praktis yang membikin gaduh. Beliau lebih mendominasikan betapa pentingnya masjid yang dapat menghadirkan spirit maju dan bangkit dan terentaskan dari kemiskinan dan marginalisasi dari sistem sosial. 

Demikian juga beliau telah mereview ulang dengan membangun mindset “Inklusivitas Peradaban” lewat masjid yang berawal dari Masjid Jogokaryan. Beliau pun mengajarkan, bagaimana beliau mengajarkan bahwa masjid harus ramah bagi semua kalangan, termasuk mereka yang masih jauh dari agama. Merka perlu dirangkul, bukan menjauhinya menjadikan mereka terasa tertolak dan seakan masjid sebagai tempat eksklusif bagi orang-orang atau kelompok tertentu. Karena bukan itu konsepnya. 

Filosofi Memakmurkan Masjid: Melayani hingga "Saldo Nol"

Pelajaran penting yang perlu dibangun adalah Paradigma Pelayanan, yang selama ini disalah artikan oleh sebagian pengurus takmir. Takmir  bukanlah sosok penguasa, tapi justru menjadi pelayan bagi tamunya Allah yang akan melaksanakan ibadah. Jika jamaah lapar, masjid memberi makan; jika jamaah sakit, masjid memberi bantuan. Dengan berbagai macam variasi dan inovasi program yang menarik bagi semua kalangan dan tingkatan masyarakat. 

Hingga suatu ketika beliau berani membuat kas masjid Jogokaryan "Saldo Nol": Dalam hal ini, beliau mengulas detail bagaimana mendapatkan keberkahan dari mengelola keuangan masjid dengan cara menembus batas langit. Dalam arti pelajaran pentingnya tentang manajemen keuangan masjid yang sudah seharusnya memegang prinsip transparansi dan produktifitas demi umat, di mana harta masjid harus disegerakan kembali ke umat agar menjadi berkah. Ini pula yang menjadikan makmurnya masjid dilihat secara kualitatif. Beliau memberikan barometer kesuksesan dalam membangun kemakmuran masjid pada jumlah jamaah shalat subuh yang setara dengan shalat jumat. Ini sebagai indikator keberhasilan masjid.

Rahim Generasi yang sebenarnya dalam Mencetak Pemimpin dari Shaf Masjid

Bila menilik dari sirah Rasulullah dan para sahabat,  Masjid menjadi proses regenerasi yang efektif dalam membangun militansi dalam keberagamaannya. Sosok seperti 10 sahabat yang dijamin masuk surga contoh nyata yang berproses di masjid. Maka konsep masjid sebagai tempat ramah anak yang telah dibangun oleh beliau pun betapa pentingnya pola dengan “membiarkan” anak-anak bermain di masjid agar memori masa kecil mereka terpaut pada rumah Allah. Berikutnya diajarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan mereka. Seperti tim medsos Masjid Jogokaryan semuanya ditangani oleh anak-anak remaja. 

Inilah Jalan Kebahagiaan dan Keabadian (The Path of Eternity) yang telah dibangun oleh Ustadz Jazir. Seakan almarhum memberikan prinsip kebenaran sejati dengan mengabarkan kebahagiaan dalam berbagi. Pelajaran bahwa kebahagiaan sejati ditemukan saat masjid mampu menghapus kemiskinan dan kesedihan bagi masyarakat dan umat di sekitarnya.

Masjid pula sebagai langkah membangun "Rumah tinggal abadi" di Akhirat. Almarhum telah mewakafkan pemikiran dan sistem masjid yang ditinggalkan beliau adalah amal jariyah yang tak akan putus (keabadian).

Seakan pesan terakhir untuk para penggerak pemakmur masjid bahwa tidak ada predikat lain yang indah pada masanya selain predikat tersematkan langsung dari Allah ‘Azza wajalla dengan  Khusnul Khotimah dalam Khidmat memakmurkan rumah Allah Swt. Langkah memakmurkan masjid adalah pengabdian sejati dihadapan Allah Swt. adalah jalan menuju akhir hidup yang mulia.

Maka, mari menghidupkan kembali semangat beliau menjadi “Spirit Jazir”. Karena Ustadz Jazir telah memberikan "key word" menuju kejayaan dan peradaban umat, yaitu kembali ke masjid. Warisan terbaik beliau bukan hanya cerita sukses Masjid Jogokariyan, tetapi  keberanian kita untuk menerapkan prinsip berkemajuan yang sama di masjid lingkungan kita masing-masing. Minimalnya ada langkah perubahan ke arah yang lebih baik yaitu menjadi pelayan sejati di rumah Allah Swt. (Mayong, 2 Rajab 1447- 22 Desember 2025)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Ketika Para Ibu Sudah Turun ke Jalan   Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Ranting Muhammadiyah Le....

Suara Muhammadiyah

30 March 2025

Wawasan

Filantropi Ramadhan Oleh: Dartim Ibnu Rushd/Dosen Fakultas Agama Islam-Universitas Muhammadiyah Sur....

Suara Muhammadiyah

7 March 2025

Wawasan

Fenomena Sosial Politik Saat Ini dan Filosofi “Menjabat” Belajar dari China Oleh: Sobir....

Suara Muhammadiyah

29 August 2025

Wawasan

Sumpah Jabatan: Makna Konstitusional dan Spiritual Oleh: Immawan Wahyudi, Dosen Fakultas Hukum UAD ....

Suara Muhammadiyah

9 December 2024

Wawasan

Keteladanan RA Kartini Mendobrak Kejumudan Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon ....

Suara Muhammadiyah

22 April 2024