Bandara Kematian - Catatan Perjalanan

Publish

4 September 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
962
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Bandara Kematian - Catatan Perjalanan

Oleh: Machnun Uzni, Wakil Sekertaris PWM Kaltim, Owner Sang Surya Wisata

Saya tuliskan ini sambil duduk-duduk di bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan. Sembari sesekali melihat orang lalu lalang bergegas antri check in pesawat. Mereka bergegas takut tertinggal dan bersiap satu jam atau tiga puluh menit sebelum pesawat tinggal landas untuk terbang.

Bandara mengajarkan kepada kita akan kedisiplinan. Mengatur ritme waktu dengan tanpa pandang bulu. Ketika terlambat dan tertinggal, tiket hangus dan kita pun menyesal.

Kadangkala kita pun mengeluarkan amarah. Manakala pesawat delay berjam-jam tanpa kepastian. Kesabaran yang terkadang hanya diganti dengan sebungkus roti atau sekotak makanan.

“Para penumpang yang terhormat, harap masuk melalui pintu tiga untuk tujuan Yogyakarta. Demikian, suara petugas bandara memanggil menjadikan para penumpang beranjak dari kursinya.”

Bagaimana dengan bandara kematian kita?

Saatnya tiba. Mau tidak mau, suka tidak suka kita akan memasukinya. Keranda Airlines hanya dengan dua tujuan saja; surga atau neraka. Keberangkatannya tepat waktu, tidak bisa diajukan atau diundurkan. Perbekalannya hanyalah iman dan taqwa. Pilotnya Izroil, keberangkatan yang diiringi isak tangis istri, suami, anak kerabat dan keluarga. Tetangga dan sahabat pun mengenang, takziah menyampaikan duka cita.

Sudahkan kita mempersiapkan bandara kematian dengan sebaik-baiknya? Menyiapkan tiket agar tidak salah tujuan, menyiapkan limit waktu yang ada dengan kesiapan amal.

Andai ada delay kehidupan. Andai ada kematian yang ditangguhkan. Delay sebagai kesempatan akan perpanjangan waktu yang diberikan, maka tentu taubat adalah pilihan. 

Target amal kebaikan kita rapikan, tentang sedekah terbaik yang akan kita keluarkan, Al Quran yang rutin dibaca dan dikhatamkan, sholat malam yang dipaksa untuk dapat dikerjakan dan amal kesalehan lainnya sebagai perbekalan.

Bandara kematian, yang tidak tahu kapan akhirnya kita melakukan penerbangan. Yâ ayyatuhan-nafsul-muthma'innah Wahai jiwa yang tenang, irji‘î ilâ rabbiki râdliyatam mardliyyah kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. fadkhulî fî ‘ibâdî Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. wadkhulî jannatî dan masuklah ke dalam surga-Ku! ( Al Fajr; 27-30).

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Kebijaksanaan Digital Muhammadiyah Oleh: Sukron Abdilah, Peneliti Pusat Studi Media Digital UM Band....

Suara Muhammadiyah

29 October 2025

Wawasan

Meniti Jalan Kehidupan dengan Ilmu dan Iman Oleh: Suko Wahyudi,  PRM Timuran Yogyakarta  ....

Suara Muhammadiyah

1 February 2025

Wawasan

Pengakuan Negara Terhadap Pengabdian Muhammadiyah: Bintang Mahaputra Utama untuk Haedar Nashir dan A....

Suara Muhammadiyah

28 August 2025

Wawasan

Pelegalan Alat Kontrasepsi untuk Remaja Merusak Masa Depan Bangsa Oleh: Nur Ngazizah,S.Si.M.Pd., Ke....

Suara Muhammadiyah

9 August 2024

Wawasan

Kita Bergerak Maka Kita Ada Iu Rusliana, Dosen Program Magister Manajemen UHAMKA Jakarta, Sekretari....

Suara Muhammadiyah

3 October 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah