Bandara Kematian - Catatan Perjalanan

Publish

4 September 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
807
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Bandara Kematian - Catatan Perjalanan

Oleh: Machnun Uzni, Wakil Sekertaris PWM Kaltim, Owner Sang Surya Wisata

Saya tuliskan ini sambil duduk-duduk di bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan. Sembari sesekali melihat orang lalu lalang bergegas antri check in pesawat. Mereka bergegas takut tertinggal dan bersiap satu jam atau tiga puluh menit sebelum pesawat tinggal landas untuk terbang.

Bandara mengajarkan kepada kita akan kedisiplinan. Mengatur ritme waktu dengan tanpa pandang bulu. Ketika terlambat dan tertinggal, tiket hangus dan kita pun menyesal.

Kadangkala kita pun mengeluarkan amarah. Manakala pesawat delay berjam-jam tanpa kepastian. Kesabaran yang terkadang hanya diganti dengan sebungkus roti atau sekotak makanan.

“Para penumpang yang terhormat, harap masuk melalui pintu tiga untuk tujuan Yogyakarta. Demikian, suara petugas bandara memanggil menjadikan para penumpang beranjak dari kursinya.”

Bagaimana dengan bandara kematian kita?

Saatnya tiba. Mau tidak mau, suka tidak suka kita akan memasukinya. Keranda Airlines hanya dengan dua tujuan saja; surga atau neraka. Keberangkatannya tepat waktu, tidak bisa diajukan atau diundurkan. Perbekalannya hanyalah iman dan taqwa. Pilotnya Izroil, keberangkatan yang diiringi isak tangis istri, suami, anak kerabat dan keluarga. Tetangga dan sahabat pun mengenang, takziah menyampaikan duka cita.

Sudahkan kita mempersiapkan bandara kematian dengan sebaik-baiknya? Menyiapkan tiket agar tidak salah tujuan, menyiapkan limit waktu yang ada dengan kesiapan amal.

Andai ada delay kehidupan. Andai ada kematian yang ditangguhkan. Delay sebagai kesempatan akan perpanjangan waktu yang diberikan, maka tentu taubat adalah pilihan. 

Target amal kebaikan kita rapikan, tentang sedekah terbaik yang akan kita keluarkan, Al Quran yang rutin dibaca dan dikhatamkan, sholat malam yang dipaksa untuk dapat dikerjakan dan amal kesalehan lainnya sebagai perbekalan.

Bandara kematian, yang tidak tahu kapan akhirnya kita melakukan penerbangan. Yâ ayyatuhan-nafsul-muthma'innah Wahai jiwa yang tenang, irji‘î ilâ rabbiki râdliyatam mardliyyah kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. fadkhulî fî ‘ibâdî Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. wadkhulî jannatî dan masuklah ke dalam surga-Ku! ( Al Fajr; 27-30).

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Prima Trisna Aji, Dosen prodi Spesialis Medikal Bedah Universitas Muhammadiyah Semarang 1 Muh....

Suara Muhammadiyah

26 June 2025

Wawasan

Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko, LPCRPM PP Muhammadiyah, Pemberdayaan Ekonomi, Seni Dan Budaya Ketik....

Suara Muhammadiyah

19 July 2024

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (11) Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Saputra Di da....

Suara Muhammadiyah

16 November 2023

Wawasan

Refleksi Milad Ke-93 Pemuda Muhammadiyah dan Spirit Diaspora Kader Oleh: Ilham Kurniawan, S.IP, Mah....

Suara Muhammadiyah

2 May 2025

Wawasan

Pesan Kakek untuk Sang Presiden  Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Wakil Sekretaris LPCRPM Pimpinan Pu....

Suara Muhammadiyah

22 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah