SERANG, Suara Muhammadiyah - Dalam pembukaan Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah (NA) II di Serang Banten, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, ada 3 ide besar yang melatarbelakangi lahirnya organisasi otonom Muhamadiyah yang menghimpun perempuan muda.
Pertama, memperkokoh persatuan bangsa dan negara. Di masa pra kemerdekaan, perempuan yang terhimpun dalam berbagai organisasi kepemudaan memiliki andil besar dalam memerdekakan bangsa dan rakyat Indonesia. Salah satu yang paling berpengaruh adalah melalui momentum Sumpah Pemuda dan Kongres Perempuan pertama.
Kedua, membangun akhlak generasi baru. NA pada waktu kelahirannya tidak dapat dilepaskan dari upaya membangun akhlak bangsa. Pondasi akhlak yang dibangun NA tidak sebarang, melainkan bersumber pada agama dan nilai luhur bangsa.
Kesadaran dan perjuangan perempuan pada waktu itu jauh melampaui kesadaran kolektif kita sebagai bangsa. Mereka menyadari bahwa jika generasi baru tumbuh tanpa akhlak, akan sangat berat bagi mereka membangun dan membentuk sebuah peradaban luhur.
Oleh sebab itu Haedar menekankan sangat pentingnya akhlak menjadi landasan perjuangan NA saat ini dan kedepan. "Membangun akhlak dan karakter adalah perjuangan panjang," ujarnya.
Ketiga, memperdalam agama. Bagaimanapun Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan, bukan gerakan politik praktis. Jika keduanya diposisikan secara berhadap-hadapan, mungkin irisannya adalah gerakan sosial dan dakwah.
Karena Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan, maka akan selalu melekat dalam dirinya nilai-nilai agama.
"Agama harus terus dipelajari, dihayati, serta menjadi way of life," tegas Haedar di Hotel Horison Kota Serang, Banten (4/9).
Menurutnya, segala dimensi kehidupan memiliki nilai agama. Yang mena setiap usaha dan perilaku harus mengandung unsur kebenaran dan kepantasan. Memandang kehidupan dunia sebagai sesuatu yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan berikutnya. "Bingkai keislaman semacam inilah yang kita pahami sebagai Islam berkemajuan," ungkapnya.
Selain itu Haedar juga menekankan tentang semangat Al-Ma'un yang tak jarang masih sering disalahpahami. Al-Ma'un menurutnya salah satu surat yang tidak hanya pro kepada mereka yang lemah, tapi juga berpihak kepada mereka yang berpunya atau orang kaya.
"Semangat Al-Ma'un itu menggerakkan mereka yang berpunya untuk berbagi kepada yang miskin, serta mengajak mereka yang tidak berpunya untuk menyayangi orang kaya," ujar Haedar. (diko)