PACITAN, Suara Muhammadiyah – Kabupaten Pacitan, Jawa Timur tengah menjadi bidikan Deni Asy’ari, Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media / Suara Muhammadiyah dalam mengembangkan bisnis perekonomian dan pariwisata. Menurutnya, wilayah ini memiliki warisan dan tradisi yang sangat kaya raya, lebih-lebih menyangkut kebudayaannya.
“Pacitan itu punya ikon yang sangat heritage, kulturnya yang betul-betul origin, belum banyak bercampur dengan nilai-nilai dan aktivitas-aktivitas jauh melampaui modernitas. Dan ini sebuah potensi dari sekian daerah, yang menjaga kuat nilai dengan kekuatan heritage dengan kekayaan alam,” tuturnya dalam Podcast Special Talk: Sinergi Membangun Pacitan dalam Semangat Berkemajuan, Selasa (29/7) di Radio Suara Pacitan.
Selain kekayaan warisan dan tradisinya, Pacitan dalam tesmak Deni, memiliki potensi alam yang eksotis. Dan ini, menjadi kans untuk mengembangkan bisnis pariwisata sebagai reaktualisasi dari keputusan Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan, di mana merekomendasikan agar gerakan ekonomi sebagai program prioritas.
“Gerakan ekonomi ini variannya banyak, salah satunya tentunya adalah wisata yang kita kembangkan. Apa yang sudah dilakukan ini sudah berproses di Yogyakarta, yang kita akan kembangkan dibeberapa daerah, sesuai dengan peta area yang menjadi target Muhammadiyah mengembangkan wisata. Terutama sekali memang kita sekarang ini memasuki kawasan pantai,” ujarnya.
Kawasan pantai memang dinilai sangat strategis dalam pengembangan bisnis ekonomi dan pariwisata. “Orang ingin kembali ke alam,” sebutnya. Dan ini, yang tengah dieksekusi oleh SM, pelan tapi pasti. “Ketika kami mencoba membuka model dakwah wisata di Bantul, Kebumen, ternyata responsnya bagus,” terangnya. Termasuk yang ada di wilayah Kabupaten Pacitan ini.
“Pacitan ini ternyata sangat luar biasa dari apa yang sudah kami lakukan sebelumnya. Pacitan ini sangat origin dan sangat menarik saya lihat. Tujuan kami bagaimana bisa mewarnai dalam aspek pengembangan wisata,” bebernya.
Pengembangan wisata ini bernapaskan literasi. “Wisata yang akan kami kembangkan ke depan itu memberikan inspirasi baru, baik dalam aspek wawasan, lingkungan, ekosistem bisnis, sumber daya manusia, dan lain-lain sebagainya,” jelasnya.
Termasuk pengembangan Kemadjoean Resto, bisnis ekonomi di sektor kuliner. Yang di dalamnya terdapat pusat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) daerah. “Kalau di Kemadjoean Resto yang kita kelola di Pancer ini, hampir 35% produk-produk UMKM,” bebernya.
Spirit utama dari pengembangan wisata ini berfondasikan pada kolaborasi. Dan ini menjadi sesuatu hal yang niscaya dan amat penting dalam menjalankan bisnis ekonomi.
“Kita tidak mungkin di era disrupsi untuk bermain monopoli dalam pengembangan potensi-potensi daerah. Daerah sendiri juga kewalahan. Kuncinya harus networking,” tegasnya. (Cris)