BANTUL, Suara Muhammadiyah– Tantangan sampah di kawasan wisata kini semakin mendapat perhatian serius. Tak terkecuali bagi Desa Wisata Edukasi Ikan Hias Dewi Kajii, Kadisoro, Bantul yang menjadi salah satu lokasi pemberdayaan masyarakat melalui program “Desa Wisata Zero Waste”. Sebuah inisiatif pemberdayaan masyarakat yang digagas oleh tim pengabdian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di bawah koordinasi Dr. Ratih Herningtyas, salah satu penerima program dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
Sebagai bagian dari program tersebut, baru-baru ini digelar seminar bertema “Mengubah Sampah Menjadi Berkah: Edukasi, Ekonomi, dan Lingkungan”. Seminar ini menghadirkan Ananto Isworo, S.Ag., pendiri Gerakan Sedekah Sampah yang akrab disapa Ustadz Sampah, sekaligus penerima penghargaan Kalpataru dari Pemerintah DIY.
Dalam sesi edukasi, Ananto menekankan pentingnya perubahan pola pikir sejak dari rumah tangga. “Delapan puluh persen persoalan sampah selesai jika ada kesadaran bersama. Keluarga adalah titik awal,” ujarnya.
Ia juga menggarisbawahi perbedaan antara bank sampah dan sedekah sampah. Menurutnya, sedekah sampah tidak hanya memberi nilai ekonomi, tetapi juga berdampak sosial karena hasilnya dialokasikan untuk kegiatan kemanusiaan.
Salah satu peserta, Rini Sutriasih, juga mengaku mendapat perspektif baru. “Saya sadar sekarang bahwa sampah bisa jadi sarana ibadah sekaligus pemberdayaan ekonomi. Dari rumah, saya akan mulai membiasakan anak-anak memilah sampah dan mengurangi plastik sekali pakai,” ungkapnya.
Gerakan ini diharapkan tidak berhenti pada satu kali kegiatan. Ketua tim pengabdian, Dr. Ratih Herningtyas, menargetkan agar praktik baik di Dewi Kajii bisa berkembang menjadi model pengelolaan sampah terpadu bagi desa wisata lain di DIY bahkan nasional. Melalui program BIMA (Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat), pendekatan zero waste ini dirancang tidak sekadar kampanye sesaat, melainkan budaya baru yang berkelanjutan.
“Desa wisata harus tetap menjadi sumber ekonomi tanpa menambah beban lingkungan. Inovasi pengelolaan sampah berbasis edukasi dan komunitas adalah kuncinya,” jelas Dr. Ratih.
Dengan dukungan akademisi, komunitas, dan tokoh agama, semangat Desa Wisata Zero Waste kini semakin relevan sebagai jawaban atas isu lingkungan yang terus berkembang. Dewi Kajii diharapkan menjadi contoh nyata bahwa sampah bukan lagi ancaman, melainkan berkah bagi masyarakat.