KARANGANYAR, Suara Muhammadiyah — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum. dan Ketua Dasar Lembaga Resiliensi Bencana (LRB)–Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah MH. Budi Setiawan, S.T., menyoroti secara serius isu proyek geotermal di wilayah Jenawi, Kabupaten Karanganyar, dalam pembukaan Diklat SAR Dasar LRB – MDMC PDM Karanganyar Tahun 2025.
Kegiatan yang digelar sebagai bagian dari penguatan kapasitas relawan SAR Muhammadiyah ini tidak hanya menekankan aspek teknis kebencanaan, tetapi juga memperkuat kesadaran kritis terhadap ancaman ekologis dan kemanusiaan yang berpotensi muncul akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkeadilan.
Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, dalam sambutannya menegaskan bahwa bencana tidak dapat dilepaskan dari relasi manusia dengan alam. Ia menolak pandangan yang menyederhanakan bencana sebagai takdir semata, tanpa melihat faktor struktural dan kebijakan yang merusak lingkungan.
“Banyak bencana hari ini bukan azab, tetapi akibat dari perbuatan manusia yang zalim terhadap alam. Karena itu, tugas relawan bukan hanya menyelamatkan korban, tetapi juga menjaga lingkungan agar bencana tidak terus berulang,” tegasnya.
Busyro juga menekankan pentingnya bangkit dan menyiapkan kader-kader SAR yang berintegritas, berilmu, dan berpihak pada keselamatan manusia serta kelestarian alam. Menurutnya, Diklat SAR Dasar ini merupakan contoh ikhtiar kolektif Muhammadiyah dalam membangun kekuatan kemanusiaan yang berorientasi pada pencegahan dan pemulihan, bukan sekadar respons darurat.
Senada dengan hal tersebut, Ketua MDMC PP Muhammadiyah, H. Budi Setiawan, menekankan bahwa relawan Muhammadiyah harus memiliki keunggulan moral dan spiritual selain kemampuan teknis.
“MDMC dibangun di atas nilai Al-Qur’an dan etika kemanusiaan. Relawan SAR Muhammadiyah harus bekerja dengan standar kompetensi yang jelas, komunikasi yang baik, dan tanggung jawab moral yang tinggi,” ujarnya.
Budi juga mengingatkan bahwa ketidaksiapan relawan dalam penanganan bencana dapat berdampak serius, tidak hanya bagi korban dan keluarga, tetapi juga terhadap kepercayaan publik. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa penyelamatan nyawa manusia dan lingkungan adalah prinsip fundamental dalam dunia SAR Muhammadiyah.
Pelaksanaan Diklat SAR Dasar LRB–MDMC PDM Karanganyar diawali dengan Diklat Ruang yang dilaksanakan di wilayah Jenawi, sebuah kawasan yang belakangan menjadi sorotan publik terkait rencana proyek geotermal. Pemilihan lokasi ini dimaksudkan sebagai bentuk penguatan wawasan kebencanaan berbasis konteks lokal.
Ketua PDM Karanganyar, Arif Babher, S.Ag., M.Pd.I., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Diklat ini tidak hanya bertujuan melatih keterampilan SAR, tetapi juga mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Ia mengajak seluruh peserta dan elemen Muhammadiyah untuk bersikap kritis terhadap proyek-proyek yang berpotensi menimbulkan bencana ekologis di Karanganyar.
Sementara itu, Ketua MDMC Karanganyar, Naziat Fatchur Rohman, menyatakan bahwa Diklat SAR Dasar ini merupakan langkah strategis dalam menyiapkan potensi relawan SAR Muhammadiyah yang siap siaga menghadapi berbagai ancaman bencana di Karanganyar.
“Karanganyar memiliki karakter geografis yang kompleks. Karena itu, penguatan kapasitas relawan SAR menjadi kebutuhan mendesak,” ujarnya.
Diklat SAR Dasar tahun 2025 ini dirancang dengan pendekatan dua medan utama, yaitu jungle rescue dan water rescue, menyesuaikan dengan potensi bencana dominan di Kabupaten Karanganyar. Melalui kegiatan ini, MDMC Karanganyar berharap dapat melahirkan relawan Muhammadiyah yang profesional, berwawasan lingkungan, serta memiliki kepedulian kemanusiaan yang kuat dalam bingkai dakwah amar makruf nahi mungkar.

