YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Prestasi membanggakan kembali diraih oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dr. Ir. Iswanto, S.T., M.Eng., IPM., ASEAN Eng., dosen Program Studi Teknik Elektro UMY, berhasil masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientist Network tahun 2025.
Penghargaan bergengsi yang dirilis oleh Stanford University bekerja sama dengan Elsevier ini menempatkan Dr. Iswanto bersama empat dosen UMY lainnya sebagai bagian dari jajaran peneliti dan ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Pencapaian ini semakin mengharumkan nama Fakultas Teknik dan UMY di kancah global.
Dr. Iswanto menjelaskan bahwa penilaian tersebut dilakukan secara ketat oleh tim dari Stanford University berdasarkan data publikasi Scopus yang dikurasi oleh Elsevier. Para peneliti yang masuk dalam daftar ini memiliki tingkat sitasi tinggi, terutama dari artikel yang diterbitkan melalui jurnal-jurnal Elsevier.
“Saya menulis artikelnya di jurnal Elsevier. Banyak yang bilang jurnal Elsevier itu sulit, dan memang benar. Tapi kalau kita mau berusaha, pasti ada celah untuk bisa masuk,” ujar Iswanto saat ditemui di Café 1912 UMY pada Jumat (10/10).
Lebih lanjut, Iswanto mengungkapkan bahwa capaian tersebut tidak lepas dari kolaborasi riset yang intens. Ia secara rutin bekerja sama dengan peneliti dari STIKOM Yos Sudarso serta beberapa penulis luar negeri, termasuk dari Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia.
Jaringan kolaborasi internasionalnya semakin kuat berkat kiprahnya sebagai pengelola Jurnal Robotic and Control (JRC), yang memiliki editor dari berbagai negara. Meskipun fokus risetnya di bidang robotika, Iswanto aktif menerapkan pendekatan multidisiplin dan kolaboratif.
“Saya senang membantu rekan-rekan dosen lintas bidang. Misalnya dosen pertanian yang punya persoalan pengolahan data, atau dosen kesehatan yang butuh bantuan dalam aspek teknologinya,” jelasnya.
Beberapa hasil penelitiannya antara lain robot penyiram tanaman dan robot penyelamat, yakni kapal penyelamat yang dikendalikan dari jarak jauh untuk menolong korban tenggelam.
Bagi Iswanto, penelitian adalah sarana terbaik untuk mengembangkan ilmu sekaligus memperkaya pembelajaran bagi mahasiswa.
“Kalau kita meneliti, ilmu yang kita dapat lebih tinggi. Dan hasil penelitian itulah yang kita sajikan ke mahasiswa,” ungkapnya.
Dalam proses mengajar, ia lebih menekankan aspek implementatif dibandingkan teori semata. Iswanto juga memanfaatkan media sosial, YouTube, dan video pembelajaran untuk menyebarkan hasil risetnya kepada publik.
Dengan memprioritaskan riset, ia berharap dapat terus menghadirkan ide-ide baru yang berkontribusi pada peningkatan kualitas akademik dan reputasi internasional UMY.
Keberhasilan Dr. Iswanto bersama empat dosen UMY lainnya yang masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientist 2025 menjadi bukti nyata komitmen UMY dalam menghasilkan karya ilmiah bereputasi global.
“Alhamdulillah. Sebagai dosen, mengajar itu penting, tapi penelitian itu lebih penting,” tutup Iswanto dengan rasa syukur. (Jeed)