PURWOREJO, Suara Muhammadiyah – Ruang Auditorium Kasman Singodimedjo, Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPWR) mendadak riuh, Kamis (18/12/2025). Bukan karena orasi politik, melainkan karena pancaran antusiasme ratusan siswa SD yang asyik menjajal berbagai inovasi media pembelajaran hasil buah pikir mahasiswa.
Gelaran tahunan bertajuk “Gelar Karya PGSD” kembali hadir. Kali ini, tema yang diusung bukan sekadar slogan: “PGSD Berkreasi, Berdampak dalam Aksi”. Ini adalah panggung bagi 168 mahasiswa semester 5 untuk membuktikan bahwa calon guru Muhammadiyah tidak hanya jago teori, tapi juga tangkas dalam aksi nyata.
Acara dibuka dengan khidmat oleh Dekan FKIP UMPWR, Assoc. Prof. Dr. Riawan Yudi Purwoko. Ketukan gong darinya menjadi simbol dimulainya pesta kreativitas ini. Dalam sambutannya, ia tak bisa menyembunyikan rasa bangga melihat separuh dari karya mahasiswa sudah berbasis digital.
“Ini bukan sekadar tren. Media digital yang mereka buat sangat relevan dengan kebutuhan sekolah saat ini, seperti penggunaan Smart Board atau Interactive Flat Panel. Hebatnya lagi, karena berbasis website, karya ini bisa diakses siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Dari Purworejo untuk Indonesia!” ujar Dr. Riawan optimis.
Dari Purworejo Menjangkau Bengkulu hingga Maluku
Ketua Pelaksana, Ageng Triyono, M.Pd., menjelaskan bahwa ada 26 kelompok yang terjun langsung dalam proyek ini. Mereka ditantang menciptakan inovasi untuk enam mata kuliah inti: dari Matematika yang sering dianggap sulit, hingga seni budaya yang penuh warna.
Tak hanya dipamerkan, karya-karya berupa media digital, alat peraga dua dimensi, hingga buku saku (book chapter) ini punya misi mulia. “Rencananya, karya-karya ini akan kami hibahkan ke sekolah-sekolah mitra. Menariknya, jangkauannya tidak hanya di Purworejo. Melalui mahasiswa kami yang berasal dari luar daerah, inovasi ini akan terbang hingga ke Bengkulu dan Maluku,” jelas Ageng dengan senyum sumringah.
Senada dengan itu, Ketua Prodi PGSD UMPWR, Rintis Rizkia Pangestika, M.Pd., menegaskan visi besar di balik acara ini. Beliau ingin lulusan PGSD UMPWR tidak hanya menanti panggilan mengajar, tapi juga mampu menjadi seorang Edupreneur.
“Kami ingin mahasiswa kami mandiri secara ekonomi dengan menjadi pengusaha media pembelajaran. Mereka bisa mengangkat kearifan lokal Purworejo ke kancah global melalui produk-produk edukatif,” ungkap Rintis.
Ia juga menambahkan bahwa media yang dibuat sudah mengusung konsep Deep Learning. Lewat pendekatan game-based learning, suasana belajar di kelas diubah menjadi lebih bermakna (meaningful), penuh kesadaran (mindful), dan tentu saja menyenangkan (joyful learning).
Pemandangan paling menyentuh terlihat di sudut-sudut stan. Ratusan siswa SD mitra tampak berebut ingin mencoba layar interaktif. Ada yang tertawa saat berhasil menyelesaikan kuis di aplikasi digital, ada pula yang tekun mengamati alat peraga konvensional yang warna-warni.
Bagi mereka, belajar hari itu bukan lagi tentang papan tulis yang membosankan, melainkan tentang petualangan yang seru. Melalui Gelar Karya ini, PGSD UMPWR kembali mengukuhkan posisinya: bahwa pendidikan dasar di Indonesia butuh sentuhan inovasi yang hangat, nyata, dan mencerahkan. (Nur Ngazizah)

