YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Perubahan ekonomi global yang berlangsung semakin cepat dan penuh ketidakpastian menjadi tantangan besar bagi para lulusan perguruan tinggi di seluruh dunia. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc., dalam acara Wisuda Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana Periode II Tahun Akademik 2025/2026 di Gedung Sportorium UMY pada Rabu (10/12), menegaskan pentingnya kesiapan kompetensi generasi muda untuk menghadapi peta ekonomi baru yang menuntut keterampilan lintas batas, kecakapan teknologi, serta mobilitas tenaga kerja yang lebih tinggi. UMY mendorong para lulusan untuk tidak hanya berkiprah di dalam negeri, tetapi juga berani memanfaatkan peluang karier di tingkat internasional.
“Pada saat ini, kita menghadapi perubahan ekonomi global yang bergerak sangat cepat. Kondisi ini menuntut para lulusan memiliki daya saing yang lebih kuat, tidak hanya di level nasional tetapi juga internasional. Karena itu, kami ingin mendorong alumni agar membuka diri terhadap peluang karier di luar negeri, di mana kebutuhan tenaga profesional sangat besar dan beragam, mulai dari teknisi, perawat, dokter, hingga apoteker,” ujarnya.
Menjawab kebutuhan tersebut, UMY menetapkan berbagai kompetensi tambahan sebagai standar bagi lulusannya. Hal ini termasuk Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) serta sertifikasi profesi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Pada wisuda kali ini, sebanyak 298 wisudawan telah memperoleh sertifikasi tersebut. Selain itu, kemampuan bahasa Inggris menjadi syarat utama bagi mahasiswa di semua jenjang, Diploma, S1, S2, dan S3.
“Sebelum diwisuda, setiap mahasiswa wajib memenuhi standar skor TOEFL sesuai ketentuan fakultas dan jenjangnya. Ini merupakan komitmen UMY untuk memastikan seluruh lulusan siap menghadapi tantangan global,” jelas Prof. Nur.
Sebagai bagian dari perguruan tinggi Muhammadiyah, UMY juga mewajibkan mahasiswa Muslim memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dan memahami tata ibadah dasar. Kompetensi religius ini diyakini menjadi fondasi moral yang penting untuk memperkuat integritas para lulusan ketika terjun ke dunia profesional.
“Kami memahami bahwa tugas akademik di UMY terasa lebih berat dibandingkan kampus lain. Banyak mahasiswa mengeluh di media sosial tentang padatnya tugas. Namun semua itu untuk kebaikan mereka sendiri. Ketika memasuki dunia kerja, mereka akan menyadari bahwa kompetensi yang diasah selama kuliah membuat mereka lebih siap dan unggul,” tambahnya.
Lebih jauh, Prof. Nur menjelaskan bahwa berbagai persyaratan kelulusan tersebut tidak hanya memperkuat kualitas akademik, tetapi juga mempersiapkan alumni untuk mengisi kebutuhan tenaga profesional di negara lain. Permintaan tenaga kerja terdidik di kawasan Timur Tengah, misalnya, disebut sangat tinggi.
“Kami melihat peluang luar biasa di negara-negara Timur Tengah. Banyak perusahaan membutuhkan SDM terdidik dari Indonesia. Jika para alumni UMY sudah memiliki kompetensi bahasa Inggris atau bahasa Arab yang memadai, tidak ada alasan bagi mereka untuk ragu mengambil kesempatan ini. Kami juga mengajak para orang tua untuk tidak khawatir ketika anak mereka ingin berkarier di luar negeri,” tutur Nurmandi.
Pada periode ini, UMY mewisuda sebanyak 689 mahasiswa, yang terdiri dari 620 Sarjana, 42 Magister, 13 Doktor, dan 14 Diploma. Sepuluh di antaranya merupakan mahasiswa internasional yang berasal dari berbagai negara, seperti Somalia, Gambia, Afganistan, Suriah, Filipina, dan Timor-Leste. (NF)


