Identitas Pendidikan Muhammadiyah
Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Sekretaris LPP PWM Kalbar/Dosen IAIN Pontianak
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi moderat yang konsisten dalam dakwah melalui pendidikan. Komitmen tersebut terlihat dari jumlah amal usaha pendidikan yang mendunia, diakui sebagai pembaruan mengikuti zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam sebagai landasan. Pendidikan Muhammadiyah meyakini, bahwa Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu melahirkan lulusan sebagai produk unggul sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Selain juga mencetak sumberdaya manusia dengan integritas dan tanggung jawab moral yang tidak mudah terombang-ambing oleh kekuasaan.
Pada perjalanannya, Kurikulum adalah salah satu yang sering memunculkan trouble tersendiri ditiap peralihan kepemimpinan, karena perubahan visi misi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Namun disisi lain, perubahan kurikulum juga mampu menjadi adaptasi peralihan mengikuti tren berkembang dunia. Hanya saja butuh persiapan matang sebelum perubahan tersebut dilakukan.
Tidak hanya sumber daya manusia sebagai aktor intelektual atau pelaku perubahan, tetapi juga perangkat pendukung yang membuat kurikulum ketika diterapkan sesuai visi-misi yang diinginkan (hard skill dan soft skill). Agar lulusan mapan dalam pengetahuan, terampil dan adaptif dengan kebutuhan kerja serta memiliki etika profesional, manajemen waktu serta mampu berkomunikasi dengan baik.
Hal tersebut menjadi topik menarik dalam diskusi rutin SIKA Asosiasi Doktor Muhammadiyah Indonesia, 17 Agustus 2025 dengan narasumber Moh. Mahfud Effendi, guru besar matematika Universitas Muhammadiyah Malang.
Dihadiri beberapa kader Muhammadiyah perwakilan nusantara, diskusi menjadi apik serta sarat ide berkemajuan karena mengupas tentang persiapan pendidikan ke depan agar tidak tertinggal dengan negeri luar yang semakin berinovasi tanpa meninggalkan identitas manusiawi pendidikan itu sendiri. Misalnya metode pembelajaran efektif yang tidak dominan mengandalkan AI. Atau penilaian peserta didik disebut pintar bukan sebab penilaian akademis saja tetapi dari banyak aspek.
Kurikulum sebagai Landasan Pendidikan
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum didefinisikan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Cakupan terdiri atas struktur yakni muatan pembelajaran (materi yang disampaikan, beban belajar yang berupa alokasi waktu), serta kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
Keberadaan kurikulum tidak dapat dipandang sebelah mata, sebab ia adalah panduan utama, rencana pendidikan, dan alat mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Negara maju di benua Amerika dan Eropa mengemas kurikulum dengan titik tekan pada keterampilan menyesuaikan kebutuhan zaman. Dimulai dengan seleksi guru yang ketat, pemanfaatan teknologi yang efektif, pembelajaran berpusat pada siswa, dan keterlibatan orang tua/masyarakat dalam proses belajar sesuai dengan porsinya.
Anak diberikan ruang bebas untuk mengeksplorasi diri, memilih pelajaran bahkan ekstrakurikuler yang mereka senangi dan tidak membuat terbebani. Prof. Mahfud Effendi menyebutnya dengan istilah kurikulum swalayan. Ibarat supermarket berisi berbagai macam kebutuhan dan hal menyenangkan diri, maka pendidikan pun demikian.
Indonesia sendiri sepertinya sedang berproses mengarah kesana, walau masih banyak kerikil yang menjadikan proses tersebut belum sepenuhnya berjalan baik. Beberapa sekolah Muhammadiyah lanjut Prof. Mahfud Effendi sudah memulai hal tersebut dan sukses. Inilah keunggulan pendidikan Muhammadiyah sebagai institusi pendidikan swasta di Indonesia yang turut andil memberikan ruang edukasi berbeda dengan hasil yang pantas disejajarkan dengan institusi pendidikan dunia.
Walaupun demikian masih banyak masyarakat lebih tertarik memasukkan anak ke pendidikan negeri, sebab dirasa lebih terjangkau dengan fasilitas ditanggung langsung oleh negara. Atau mempercayakan ke lembaga pendidikan swasta lain, karena dianggap lebih pas.
Perbedaan selera dalam memilih jurusan, akan turut menentukan masa depan walaupun bukanlah satu-satunya. Karena nyatanya begitu banyak faktor, yang membuat seseorang disebut layak dan profesional selain memiiki mental tangguh, etika dan sikap positif. Mereka pun berusaha senantiasa mengembangkan keterampilan dan pengetahuan secara berkelanjutan, fokus pada produktivitas kerja, menjadikan pekerjaan tidak hanya ladang mencari nafkah tetapi sarana memupuk pahala, kinerja berdampak baik dan menebar kebaikan untuk semesta.