Iman dan Ilmu

Publish

28 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
27
Dok Istimewa

Dok Istimewa

Iman dan Ilmu

Oleh: Sobirin Malian, Dosen Fakultas Hukum UAD

Bisa jadi membahas masalah iman dan ilmu itu nampak tidak menarik, karena sudah sangat sering dilakukan orang terutama dalam forum organisasi Islam atau majelis pengajian. Namun, tentu saja perkara sebesar dan sepenting itu harus selalu kita “aktualkan” tanpa rasa bosan, sebab persoalanya yang tidak pernah habis dikaji, didiskusikan. Kali ini kita dapat memulai kajian dengan mengutip firman Ilahi sebagaimana banyak dilakukan para ustadz, mubaligh dan para kalangan kampus: “…Allah mengangkat mereka yang beriman di antara kamu dan mereka yang diberi karunia ilmu pengetahuan ke berbagai tingkat (derajat) “QS. al Mujadalah/59:11).

Firman Allah SWT itu menegaskan bahwa, janji keunggulan, superioritas dan supremasi diberikan Allah kepada mereka yang beriman dan berilmu sekaligus. Iman akan mendorong kita (terjaga) untuk selalu berbuat baik guna mendapatkan ridha Allah, dan ilmu akan melengkapi kita dengan kemampuan menemukan cara yang paling efektif dan efisien dalam pelaksanaan (motivasi) untuk melakukan perbuatan baik itu. Dengan lain perkataan, iman mendidik kita untuk mempunyai komitmen kepada nilai-nilai mulia, luhur, dan ilmu memberi kita kecakapan (kepiawaian) teknis guna merealisasikannya. Ringkasnya, iman dan ilmu jika disinergikan akan membuat kita menjadi orang baik dan sekaligus tahu cara yang tepat (efisien dan efektif) mewujudkan kebaikan kita itu. Dari sini menjadi jelaslah bahwa, mengapa iman dan ilmu merupakan jaminan keunggulan dan superioritas.

Kalau kita benturkan dengan fenomena, apakah dalam politik, ekonomi, hukum, teknik, budaya atau apapun sangat jamak ditemui orang gagal men-sinergikan iman dan ilmu itu. Akibatnya, antara iman dan ilmu itu menjadi paradoks _iman berjalan sendiri dan ilmu mencari jalan  sendiri pula bahkan tak jarang kontradiktif.

Ilmu tanpa Iman

Secara hirarki nilai (etika dan moralitas) masih bisa dikenali bahwa iman adalah primer_hal utama dan ilmu adalah sekunder_pelengkap. Ini bisa dinarasikan : “Lebih baik seorang yang jujur meskipun bodoh daripada seorang jahat meskipun berilmu.” Atau, “lebih baik seorang yang bodoh tapi jujur daripada seorang pandai tapi jahat.”  Sebab kepandaian ditangan orang jahat akan menunjang kejahatannya itu sehingga berlipat ganda dan semakin merusak, seperti terbukti dari kejahatan para koruptor, para mafia atau zionis Israel.

Jika seseorang memiliki ilmu tetapi tidak beriman, kemungkinan yang akan terjadi dia bekerja tapi tidak dilandasi oleh etika. Hal ini dapat menyebabkan penyalahgunaan ilmu pengetahuan untuk kepentingan pribadi atau bahkan merugikan orang lain. Bisa juga seorang yang berpengetahuan, tetapi dia bekerja tidak memiliki tujuan yang bermakna atau tidak dapat memberikan kepuasan batiniah. Hal yang paling jelas, orang tersebut telah terputus dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dan bertindak.  

Iman tanpa Ilmu

Seorang yang beriman tapi tanpa ilmu yang cukup, maka pastilah pemahamannya sangat terbatas. Tanpa ilmu, seseorang mungkin kesulitan untuk berdialog dengan orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda, sehingga dapat menyebabkan kesalahfahaman atau konflik. Tanpa kedalaman ilmu, seseorang pastilah kesulitan untuk menghadapi tantangan atau masalah yang kompleks, sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam membuat keputusan. Atau dia hanya berpatokan pada dogma atau tradisi tanpa mempertanyakan atau memahami dasar-dasarnya.

Dalam kaitan ini, realitas sering menunjukkan kekalahan seseorang atau kelompok yang baik oleh orang atau kelompok yang jahat jelas bukan karena faktor iman orang atau kelompok yang baik itu, tetapi hanya karena ilmunya yang kurang.  Salah satu wujud nyata peran ilmu ialah, misalnya, kemampuan berorganisasi dan menyusun strategi. Atas dasar itu, ada diktum Arab yang sangat populer, “al-bathil bi-nidham yaghlil al-haqa bi-ghayr nidham”__kepalsuan (kejahatan) yang tersusun rapi akan mengalahkan kebenaran yang tidak tersusun rapi. Sesuatu hal yang amat logis dan masuk akal.

Dalam perpektif agama, iman tanpa diiringi ilmu yang cukup akan menimbulkan fanatisme.  Dia akan tidak toleran terhadap orang lain yang memiliki pandangan berbeda. Jika iman tanpa ilmu ini berada ditangan seorang pemimpin, maka yang terjadi adalah sikap tiranik (dalam terminologi al Qur’an disebut thughyan_ diambil dari kata-kata thaghut) “si Tiran”; adalah sikap yang selalu memaksakan kehendaknya kepada orang lain tanpa memberi peluang kepada orang itu untuk melakukan pertimbangam bebas. Mengapa begitu? Karena dalam sikap tiranik terselip pandangan, bahwa diri sendiri pastilah benar, dan orang lain pasti salah.

Dalam terminologi Qur’an, jika seorang beriman kepada Allah, berarti memandang diri sendiri sama dengan orang lain, dengan potensi sama untuk benar dan untuk salah. Maka iman membuat orang menjadi rendah hati atau tawadlu, bersedia melakukan musyawarah (rembukan). Sementara itu, ilmu tanpa iman _dalam bertindak pastilah ia orang yang tak beretika. Dalam setiap perilakunya sering tidak etis atau merugikan orang lain.

Dengan demikian, penting untuk memiliki keseimbangan antara iman dan ilmu pengetahuan, sehingga seseorang dapat membuat keputusan yang bijak dan bertanggungjawab.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Revitalisasi Tradisi Intelektual IMM  Oleh: M. Rendi Nanda Saputra, Sekretaris Umum PC IMM AR ....

Suara Muhammadiyah

1 March 2025

Wawasan

Lailatul Qadar Untuk Semua Oleh: Kumara Adji Kusuma, Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Wa....

Suara Muhammadiyah

30 March 2025

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (27) Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tinggal di M....

Suara Muhammadiyah

8 March 2024

Wawasan

Iuran Anggota Muhammadiyah: Mengapa Tidak Lewat LAZISMU?Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Ketua PRM Legoso, ....

Suara Muhammadiyah

10 February 2025

Wawasan

Oleh: Baskoro Tri Caroko Menyimak webinar yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BR....

Suara Muhammadiyah

30 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah