Islam Berkemajuan: Dinamika Sosiospiritual dalam Ruh Bermuhammadiyah
Oleh: Soleh Amini Yahman, Drs. Soleh Amini Yahman. MSi. Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi UMS Solo, Wakil Ketua Majelis Pustaka Informasi PDM Solo
Muhammadiyah menyebut dirinya sebagai gerakan “Islam Berkemajuan”. Sebutan ini bukan sekadar label kosong, melainkan sebuah sikap ideologis, kultural, dan praksis yang menjadi jawaban atas tantangan zaman. Di tengah arus globalisasi yang menghadirkan pergeseran peradaban, istilah “berkemajuan” hadir sebagai penegasan bahwa Islam, sebagaimana dipahami dan diperjuangkan Muhammadiyah, adalah agama yang membawa umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik, modern, sekaligus berakar pada nilai-nilai ilahiah.
Istilah “Berkemajuan” mengandung arti lebih dari sekadar maju. Kata “maju” sendiri sudah bermakna dinamis, berkembang, dan bergerak ke depan. Namun dengan imbuhan ber- dan akhiran –an, istilah ini memiliki kedalaman makna yang lebih filosofis. “Berkemajuan” bukanlah kemajuan yang statis atau berhenti di satu titik, melainkan sebuah proses yang terus mendaki, penuh tantangan, dan mengandung spirit untuk membawa manusia menuju puncak peradaban yang lebih luhur.
Abdul Mu‘ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyebutkan bahwa ada lima pondasi Islam Berkemajuan yang menjadi karakter gerakan Muhammadiyah. Kelima pondasi itu adalah: pertama, tauhid yang murni; kedua, memahami Al-Qur’an dan Sunah secara mendalam; ketiga, melembagakan amal saleh yang fungsional dan solutif; keempat, berorientasi kekinian dan masa depan; dan kelima, bersikap toleran, moderat, serta suka bekerjasama. Pondasi ini memperlihatkan bahwa Muhammadiyah tidak hanya mengusung slogan, tetapi menghadirkan paradigma Islam yang utuh dan menyeluruh.
Globalisasi menghadirkan peluang sekaligus ancaman. Di satu sisi, teknologi informasi dan transformasi digital membuka ruang-ruang baru bagi penyebaran dakwah dan pengetahuan. Namun di sisi lain, globalisasi juga membawa sekularisasi, konsumerisme, dan disorientasi moral. Dalam konteks inilah, Islam Berkemajuan menjadi panduan Muhammadiyah untuk menjaga agar umat Islam tidak kehilangan arah dalam pusaran modernitas.
KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sejak awal telah menanamkan kesadaran bahwa agama tidak boleh hanya berhenti pada ritual, melainkan harus hadir dalam kehidupan nyata. Ia mengajarkan surat al-Ma‘un secara berulang-ulang, agar murid-muridnya memahami bahwa shalat yang benar adalah shalat yang melahirkan kepedulian sosial. Dari sinilah, Muhammadiyah membangun kesadaran bahwa amal saleh harus fungsional, menyentuh realitas, dan memberi solusi bagi masalah-masalah kemanusiaan.
Dinamika Sosiospiritualitas dalam Ruh Bermuhammadiyah
Islam Berkemajuan bukan hanya ide, tetapi ruh yang hidup dalam warga persyarikatan. Dinamika sosiospiritualitas Muhammadiyah terlihat dari kemampuannya menyatukan dimensi sosial dan spiritual. Kemajuan material, teknologi, dan institusional tidak dipisahkan dari ibadah, keikhlasan, dan nilai-nilai moral Islam. Contoh konkret dari dinamika sosiospiritualitas ini dapat dilihat pada berbagai amal usaha Muhammadiyah. Rumah sakit, sekolah, dan universitas Muhammadiyah tidak hanya mengejar prestasi duniawi, tetapi juga menjadi sarana dakwah yang memadukan profesionalisme dan nilai spiritual. Dokter di rumah sakit Muhammadiyah, misalnya, tidak sekadar menyembuhkan penyakit, tetapi juga menanamkan nilai empati dan kasih sayang. Guru Muhammadiyah bukan hanya mengajar ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan akhlak dan semangat beramal saleh.
KH. Ahmad Dahlan memberi teladan bagaimana pendidikan spiritual dan sosial harus berjalan seiring. Ia mengajarkan murid-muridnya membaca, berpikir kritis, tetapi juga merasakan penderitaan fakir miskin. Dari sinilah lahir sebuah kesadaran bahwa ruh Muhammadiyah adalah memadukan iman, ilmu, dan amal dalam satu tarikan nafas.
Di era modern, ruh ini tetap hidup dalam gerakan Muhammadiyah kontemporer. Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), misalnya, menunjukkan bagaimana kepedulian sosial dipadukan dengan profesionalisme modern dalam penanggulangan bencana. Lazismu, melalui program zakat, infak, dan sedekah, mengelola solidaritas sosial umat dengan sistem yang transparan dan modern, tetapi tetap berakar pada semangat al-Ma‘un.
Sosiospiritualitas Muhammadiyah juga terlihat dalam gerakan dakwah ekologi yang dikembangkan oleh Majelis Lingkungan Hidup. Di tengah krisis iklim global, Muhammadiyah menegaskan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah. Inilah wajah Islam Berkemajuan yang tidak hanya berorientasi pada manusia, tetapi juga pada seluruh ciptaan Allah.
Muhammadiyah di Era Digital
Di era digital, Muhammadiyah menghadapi tantangan sekaligus peluang baru. Perkembangan teknologi informasi menghadirkan ruang dakwah yang lebih luas, tetapi juga ancaman disinformasi, hoaks, dan degradasi moral. Islam Berkemajuan menuntut agar Muhammadiyah mampu merespons perkembangan ini dengan bijak. Dakwah di ruang digital harus hadir dengan konten yang mencerahkan, edukatif, dan membangun peradaban, bukan sekadar mengikuti tren yang dangkal.
Perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menjadi contoh nyata bagaimana Islam Berkemajuan diimplementasikan dalam dunia akademik. Kampus-kampus ini bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan modern, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keislaman yang inklusif dan moderat. Dengan demikian, lahirlah generasi Muslim yang cerdas, berakhlak, sekaligus adaptif terhadap perkembangan zaman.
Islam Berkemajuan dalam Muhammadiyah bukan sekadar jargon, tetapi ruh, visi, dan praksis nyata. Ia lahir dari tauhid yang murni, tumbuh dalam amal saleh yang fungsional, dan bergerak menuju masa depan dengan orientasi kemajuan yang menyeluruh. Muhammadiyah menunjukkan bahwa Islam dapat hadir sebagai kekuatan pembaruan peradaban, tanpa kehilangan akar spiritualitasnya.
Seperti pernah ditegaskan KH. Ahmad Dahlan, “Janganlah merasa puas bila engkau sudah melakukan ibadah pribadi. Selama di sekelilingmu masih ada orang miskin yang terlantar, anak yatim yang menangis, dan fakir miskin yang kelaparan, maka kewajibanmu belum selesai.” Pesan ini menjadi landasan moral yang memastikan bahwa kemajuan dalam Muhammadiyah bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh umat manusia.
Dengan demikian, Islam Berkemajuan adalah jalan tengah yang membebaskan manusia dari keterbelakangan, sekaligus menjaga agar kemajuan itu tidak kehilangan ruh spiritual. Inilah wajah Islam yang dipersembahkan Muhammadiyah bagi Indonesia dan dunia: Islam yang mencerahkan, membebaskan, dan menuntun umat menuju peradaban utama.