YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Staff Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Arif Jamali Muis, SPd, MPd mengatakan, pendidikan karakter tidak lahir secara instan, tetapi terbentuk melalui pembiasaan yang konsisten. Namun, pembiasaan itu hanya dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah yang positif.
“Suasana sekolah yang menggembirakan adalah dasar pembentukan karakter. Kalau sekolah saja terasa menekan, apalagi kegiatan IPM-nya tidak menyenangkan, maka karakter yang baik akan sulit tumbuh,” tegasnya saat keynote speaker di forum Pelajar Bicara Kemanusiaan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah di SM Tower Malioboro Yogyakarta, Sabtu (6/12),
Artikel ini telah tayang di suaramuhammadiyah.id dengan judul: Pelajar Muhammadiyah sebagai Agen Utama Mengeliminasikan Kekerasan di Ruang Publik, https://suaramuhammadiyah.id/read/pelajar-muhammadiyah-sebagai-agen-utama-mengeliminasikan-kekerasan-di-ruang-publik
Ia mengingatkan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang ditentukan oleh karakter, sehingga sekolah harus menjadi ruang yang memberi rasa aman dan kenyamanan bagi pelajar.
Karena itu, Arif mendorong para aktivis IPM untuk menghadirkan program dan kegiatan yang menghibur, kreatif, dan relevan dengan kebutuhan pelajar.
“Kegiatan IPM harus menggembirakan, menjadi alternatif positif bagi siswa, dan membuat sekolah terasa nyaman untuk semua,” ujarnya.
Arif juga menekankan bahwa aktivis IPM perlu berpikir keras secara kolektif untuk merancang kegiatan yang benar-benar bermanfaat, bukan sekadar memenuhi program kerja. Melalui aktivitas berdiskusi, bernegosiasi, hingga mengorganisir kegiatan, pelajar sebenarnya sedang ditempa kemampuan berpikir, berkomunikasi, dan berproses menjadi pribadi yang lebih matang.
Lebih jauh, ia mengajak IPM untuk fokus pada isu-isu yang dekat dengan kehidupan pelajar, seperti perlindungan anak, literasi digital, kesehatan mental, hingga pencegahan kekerasan dan pelecehan seksual. Semua itu, menurutnya, hanya bisa diperjuangkan jika sekolah menjadi ruang yang aman.
“Isu penting IPM bukan politik elite, tetapi bagaimana memastikan teman-teman pelajar aman, nyaman, dan bisa berkembang,” ungkapnya. (Vivi)


